Abstrak
Posisi Al-Qadhi Al-Baqilani dari Shifatullah Al-Khabariyah (Studi Analitis-Kritis)
Terma Shifatullah adalah salah satu terma terpenting dalam ilmu kalam. Hal ini dikarenakan beberapa sebab, di antaranya : 1. Ilmu ini berkaitan tentang Allah, karenanya ia menjadi semulia-mulia ilmu secara mutlak, 2. Puncak kebahagiaan sejati seorang hamba adalah dengan mengenal Allah, sementara tidak ada sarana untuk mengenal Allah kecuali dengan mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya, 3. Salah satu rukun iman yang paling utama adalah iman kepada Allah, dan iman yang hakiki bisa diraih dengan berusaha mengenal-Nya melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Inilah urgensi membahas sifat-sifat Allah. Namun, di sisi yang lain, terma sifat-sifat Allah juga ditengarai sebagai terma yang banyak diperdebatkan. Maka, ada perbedaan pendapat yang sangat mencolok antara ulama salaf di satu sisi, dan juga para filosof, mutakallim, dan musyabbihah di sisi yang lain.
Ada yang menetapkan sebagaimana yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya, ada yang menafikan secara total, dan ada pula menetapkan sebagian dan menakwilkan sebagian yang lain dengan makna yang lebih rasional, dan bisa difahami oleh akal. Perbedaan pendapat ini semakin tajam ketika membahas Shifatullah Al-Khabariyah, sifat-sifat Allah yang tidak bisa diketahui kecuali berdasarkan nash syar’i; Al-Qur’an dan As-Sunah.
Diantara ahli kalam yang membahas terma ini adalah Asya’irah. Karenanya kami mengambil salah satu tokoh mereka, yaitu Al-Qadhi Al-Baqilani. Al-Qadhi adalah pelopor kedua dalam mazhab Al-Asy’ari karena kontribusinya yang sangat besar dalam mengembangkan mazhab tersebut. Ia, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Asakir dan juga Al-Qadhi Iyadh, ditengarai sebagai imam ra’si arba’i mi’ah, pembaharu abad ke empat. Bahkan Ibnu Taimiyah -ulama salaf yang banyak mengkritisi pendapat Asya’irah dalam banyak karyanya-, pun memuji Al-Qadhi sebagai mutakallim berfaham Asy’ari yang paling afdhal; tidak ada Asya’irah semisal dia, baik sebelum maupun sesudahnya.
Karena urgensitas tema dan tokoh inilah, maka penulis menganggap urgensi keharusan menyelesaikan tesis yang membahas Shifatullah Al-Khabariyah menurut Al-Qadhi Al-Baqilani ini; dengan harapan bisa menjawab dua pertanyaan penting; bagaimana pendapat Al-Qadhi tentang sifat-sifat tersebut, dan juga bagaimana posisinya dari Abu Hasan Al-Asy’ari dan salaf.
Penelitian ini bersifat literer, dan pada waktu yang sama juga disebut penelitian kualitatif; dengan memakai metode analisis-kritis. Data-data kualitatif tentang pemikiran teologis Al-Baqilani tentang Shifatullah Al-Khabariyah dianalisa secara analisis-kritis dengan menggunakan Al-Manhaj As-Salafi sebagai pisau analisisnya; manhaj yang memiliki keistimewaan –di antaranya- sebagai manhaj tauqifi; mengimani sebagaimana yang tercantum dalam nash syar’i. Termasuk di dalamnya masalah Shifatullah, yaitu dengan menetapkan apa yang diafirmasikan Allah dan Rasul-Nya, tanpa tahrif, ta’thil, takyif dan tamtsil, dan menafikan apa yang dinegasikan Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan metodologinya menggunakan manhaj istiqra’i dan manhaj istidlali.
Dari analisa data dengan metode analisa-kritis tersebut disimpulkan bahwa Al-Qadhi banyak mengikuti pendapat Abu Hasan Al-Asy’ari, dan sesuai dengan pendapat para salaf. Al-Baqilani sependapat dengan mereka dalam menetapkan sifat-sifat Allah berupa wajah, tangan, mata, nuzul dan istiwa’; menetapkan sifat-sifat tersebut tanpa menakwil. Tapi Al-Qadhi berselisih pendapat dengan mereka dalam masalah sifat Allah yang berupa ridha dan ghadhab. Karena ia berasumsi bahwa itu adalah sifat-sifat manusiawi, karenanya harus dimaknai dengan makna yang lebih rasional. Tapi pendapat ini salah, dan sudah dibantah oleh para ulama salaf.
Penjelasan-penjelasan tentang Shifatullah Al-Khabariyah, dan juga sifat-sifat Allah yang lain, bisa ditemukan dalam dua buah karya Al-Qadhi, “Al-Inshâf” dan “At-Tamhid”. Dalam dua buku tersebut, ada juga terma-terma yang belum banyak dibahas secara lebih spesifik oleh para peneliti, di antaranya adalah masalah kenabian, kalamullah, dan lain-lain. Akhirnya, penulis menyadari bahwa tesis ini jauh dari kata sempurna, karenanya berbagai saran dan kritik yang membangun sangan penulis nantikan; agar tesis ini bisa lebih memuaskan. Sekian, mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi umat.
Sepenuh cinta, Abu Kayyisa Ulayya
Leave a Reply