“Kita ada di sini tidak untuk bermain-main, bermimpi dan berjalan-jalan. Kita punya tugas berat yang harus dikerjakan dan beban-beban untuk diangkat. Jangan menghindari perjuangan~hadapilah, berjuang adalah karunia Tuhan.” (Shaftesbury)
Dekatnya Pertolongan Alloh….
Masih adakah yang meragukan pertolongan Alloh….?
Selasa-rabu kemarin saya mengikuti seminar, hanya saja tidak sampai malam, saya hanya mengikuti sampai magrib. Ada cerita menarik dari kakak tingkat yang mengikuti acaranya sampai jam sepuluh malam….
Jadi, hari itu adalah seminar entrepreunership yang diadakan oleh KM ITB, dengan pembicara Pak Heppy Trenggono dan tim iibf nya. Ketika malamnya diadakan real game, jadi peserta diterjunkan ke tempat2 umum untuk menjual produk selama satu jam. Produk yang dijual adalah makanan instan ‘potayo’. Setiap orang diberi 12 bungkus dengan harga perbungkusnya Rp 3000 dari panitia. Para peserta tidak boleh membawa hp/uang ketika berjualan.
Dan mulailah sebuah cerita yang menarik bagi saya….
Ada salah seorang peserta yang pada waktu mendekati habisnya satu jam, belum bisa berhasil menjual satu pun produk. Ia tetap berusaha sekuat tenaga dan pasrah. Lalu ada seorang bapak yang mobilnya mogok, peserta tersebut membantu mendorong mobil bapak tersebut sampai pada akhirnya mobil tersebut bisa berjalan kembali. Kemudian bapak itu mengucapkan terima kasih dan bertanya ke peserta tersebut,”Lagi ngapain?”. Peserta tersebut menjawab bahwa ia sedang berjualan makanan instan, ia ingin pulang ke jawa tengah tapi tidak ada uang (memang saat itu peserta dilarang membawa uang). Akhirnya bapak tersebut memberinya uang Rp 50.000. Peserta tersebut memberikan beberapa produknya agar ia tidak hanya diberi uang secara cuma2.
Dengan begitu ia sebenarnya telah balik modal (12×3000=36000). Tapi karena produk dan waktunya masih, ia berusaha menawarkan lagi ke orang2 di sana. Kemudian ia menawarkan ke seorang bapak2 d dalam mobil. Bapak2 tersebut menolak untuk membeli. Kemudian tiba2 ada seorang bocah cilik pengemis yang meminta uang ke peserta tersebut. Bocah cilik itu mengaku belum makan. Peserta tersebut menimbang2, ada selembar uang 50000 di tangannya dan produknya. Kalau ia memberikan uang itu, maka ia tidak punya uang. Tapi kalo ia memberi makanan instannya, belum tentu bisa langsung dimakan oleh bocah cilik itu. Lalu apa yang peserta itu lakukan? Pada akhirnya ia memberikan selembar uang 50000 tersebut ke bocah cilik itu. Rugikah peserta tersebut? Di tangannya itu kini tak ada uang sepeser pun. Subhanalloh…..bapak2 yang tadi menolak untuk membeli produk makanannya, menemui peserta itu. Apa yang bapak itu lakukan? Membeli produknya? Ato memberi uang 50000 seperti bapak yang mobilnya mogok tadi? Bukan itu semua. Tapi bapak itu memberikan uang Rp 400.000 secara cuma2. Subhanalloh……
Bapak2 yang memberika uang 400.000 itu bukanlah panitia, bukanlah tim iibf, tapi benar2 orang umum yang sama sekali tidak tahu bahwa orang yang berjualan itu adalah peserta seminar. Bapak2 itu hanyalah orang yang Alloh gerakkan untuk membantu peserta itu……..
Benar adanya, ketika kita ikhlas….ketika kita pasrah….ketika kita akan mengharap ridho-Nya, maka pertolongan itu dekat. Ini sebuah real game, dan dari permainan kecil ini saja Alloh sudah menunjukkan kuasa-Nya. Lalu, bagaimana dengan permainan dunia ini? Mungkin saja usaha kita macet karena kita kurang sedekah. Mungkin saja hidup kita awut2an karena kita kurang menggantungkan diri pada-Nya. Sungguh, pertolongan Alloh itu dekat….
Hikmah Bangun Pagi
Kata mbah uti saya, “bar subuh kuwi ojo turu neh, ngko rejekine dipatok ayam (habis subuh jangan tidur lagi, nanti rejekinya dipatok ayam)”. Alhasil, saya gak berani tidur habis subuh kalo lagi pulkam. Bukan karena takut rejekinya dipatok ayam, tapi karena takut diceramahin……. :D. Kata mbah uti lagi, “sholat rong roka’at sedurunge subuh ki entuk ndunyo lan seisine…..(sholat dua roka’at sebelum subuh itu dapat dunia seisinya…)”. Kata banyak orang, ”Belajar pagi2 itu enak, lebih gampang masuk, daripada maksain belajar mpe larut malam.”
Apakah itu hanya katanya?
Hayo siapa yang suka telat bangun pagi? Hayo siapa yang habis subuh tidur lagi? (clingak-clinguk:D). Memang benar, belajar pagi2 itu lebih enak dan lebih mudah masuk otak ketimbang maksain belajar mpe larut malam. Dan buat saya, garap tugas atau laporan pagi2 itu juga lebih cepat selesai (lah, itu si dasarnya dah kekejar2 waktu, jadi harus buruan selesai :D). Dan perkataan2 orang-tua2 tentang ‘rejeki bakal dipatok ayam kalo tidur lagi habis subuh itu’ gak sepenuhnya salah, tapi juga gak sepenuhnya bener. Kenapa?
Coba baca hadits berikut ini:
Sakhr Al-Ghamidi mengisahkan bahwa Nabi Muhammad saw berkata , “Ya Alloh, berkahilah umatku pada pagi hari mereka.” Bila beliau melepas pasukan, beliau melepas mereka di awal hari. Sakhr adalah seorang saudagar dan dia biasa mengirim dagangannya pagi2 sekali, dan dia menjadi kaya raya. At-Tirmidzi dan Ahmad.
Abu Hurairoh meriwayatkan: Nabi berkata, ”Agama sebenarnya sangat mudah, dan orang yang terlalu membebani diri dalam agamanya tidak akan mampu terus begitu. Maka janganlah kalian menjadi ekstremis, tapi berusahalah mendekati kesempurnaan dan terimalah berita baik yang pasti akan kalian terima; dan dapatkan kekuatan dengan beribadah di pagi hari, di malam hari…….
Subhanalloh……..
Ternyata sudah berabad2 lalu Rasululloh mendoakan kita…..tentang hikmahnya pagi hari…….
Lalu adakah yang masih berniat tidur lagi habis subuh? Adakah yang berniat membiasakan tidur larut malam (pagi) sehingga bangun menjadi kesiangan? Insya Alloh, bangun pagi jadi gak ngantuk lagi. Ya habis tidur, wudu, sholat, ngerjain tugas atau ngetik gitu, biar gak ngantuk……:D. Tapi kalo sekali2 tidur habis subuh, ya gak apa2, he9x (ini sih mberi toleransi ke diri sendiri:D).
Jadi tahu kenapa tho kenapa pedagang dah keluar subuh2? Saya juga jadi tahu kalo bangun pagi2, hari itu pasti akan berjalan dengan baik. Kenapa? Dengan pagi, semangat hidup pasti lebih besar. pagi2 bangun, bisa sholat malam, subuh tepat waktu, garap tugas, mengerjakan pekerjaan rumah, sarapan, jadi semua hak diri sendiri terpenuhi tho? Dan merasa mantap untuk menjalani hari itu dengan baik penuh semangat.
Ayo kita bangun pagi2 sekali. Jemput bekal hidup sebelum matahari terbit. Bukankah kita ingin mendapatkan berkah dan manfaat doa yang dipanjatkan Rasulullah tersebut?
Gak ada alasan karena gak mempan pake alarm, terlalu cape, dll. Itu alasan klasik. Sebelum tidur, niatin bener2 kalo memang ingin bangun pagi, insya Alloh pasti bangun pagi. Dan itu akan menjadi alarm biologis kita….. jangan mengandalkan alarm jam/hp, karena itu hanyalah benda mati. Tapi andalkan diri sendiri…..
Teguran siang itu sangat Indah
“Ada dua nikmat yang sering dilupa manusia; nikmat kesehatan dan waktu luang.”
(HR. Bukhari, Tirmidzi, Ibnu Majah, ad-Darimi, Ahmad, al-Hakim, Baihaqi, Ibnu Abi Syaibah, Thabrani).
Pada hari Ahad, 13 Juni 2010 pukul 13.00, ada tamu agung bertamu ke salah satu rumah Allah yang aku tempati. Tamu yang banyak memberikan pelajaran dan hikmah yang luar biasa indahnya. Terus terang, aku sudah tertegur dengan melihatnya. Semua ciri fisik yang tidak sempurna mungkin melekat pada tubuhnya; mata yang cekung, kaki yang kecil dan bengkok, tangan yang tidak lurus dan kurus kering, lisan yang berbicara dengan terbata-bata dan memaksa orang yang berdialog dengannya harus memusatkan semua perhatian dan konsentrasinya. Singkatnya, semua cacat fisik hampir ia miliki. Dan inilah yang memberikan banyak pelajaran kepada diri ini. Lelaki itu bernama Mukhlish yang terlahir pada 1989. Ia baru berusia 21 tahun namun serasa sudah seperti kakek-kakek berumur 60 tahun-an. Wajahnya serasa mirip akhi Ibrahim Naseer. (http://www.oaseimani.com/2010/06/nikmat-kesehatan/)., sekalipun secara fisik akhi Mukhlis masih lebih sehat daripada akhi Ibrahim.
Ketika melihatnya berjalan, hatiku tercabik, tersayat-sayat. Allah, maafkan hamba-Mu ya Allah yang kurang mensyukuri karunia dan nikmat-Mu. Aku mengamati jalannya. Ia berjalan tertatih-tatih; berjalan setapak demi setapak dengan kaki berjinjit dengan tangan yang berada di depan dada seolah-olah sedang belajar jurus beladiri. Untuk berwudhu dan shalat juga ia harus susah payah. Aku semakin terharu dan tak terasa menitikkan air mata ketika melihatnya berdiri tidak sempurna di tengah shalatny; ia tidak bisa berdiri tegak (baca; hampir membungkuk), dan duduk tasyahud akhir dengan kondisi kaki terbalik; mendirikan kaki kiri dan meletakkan kaki kanan di bawah kaki kiri yang berdiri tersebut. Allah, hanya Allah yang tahu apa yang ada dalam hatiku; aku bersyukur pada-Mu ya Allah.
Selesai shalat, aku memintanya untuk berbincang-bincang. Dengan senang hati, ia menerima dan menyambut permintaanku dengan berusaha tersenyum seindah yang ia bisa. Syukur alhamdulillah. Kesan pertama yang aku dapatkan darinya, ia berusaha berbicara ramah dan berkomunikasi sebaik mungkin yang ia mampui. Walaupun kalau kita memosisikan dia sebagai orang normal, kita akan mengatakan lelaki ini betul-betul menghina kita; bicaranya tidak jelas dan terbata-bata, mulutnya yang ketika berbicara –maaf, sekali lagi maaf, bukan bermaksud menghina– ke kanan ke kiri (baca; merat merot) persis seperti orang kesurupan yang berbicara. Tetapi itu semua bukan atas keinginannya. Allah sedang mengujinya dengan penyakit yang semoga semakin mendekatkan dirinya kepada Allah, dan menggugurkan dosa-dosanya. Ku lihat dia sangat bersyukur dan tidak pernah berkeluh kesah atas semua ujian-Nya.
Aku harus bersabar mendengar semua kata-katanya dengan memusatkan semua konsentrasi yang aku punya. Setelah bertanya apa sebab ia sedemikian rupa, ia menjawab bahwa ketika kecil dahulu ia sakit asma selama empat tahun, sehingga membuat tubuhnya seperti sekarang ini. Menurut pengakuannya, ia bisa berdiri ketika berumur empat tahunan sembari mengatakan bahwa kalau anak normal biasanya bisa berjalan ketika usia satu tahunan, berbeda dengan dia. Untuk sekedar duduk saja dulu dia harus bersandar di tembok. Mengutarakan semua pengalaman pahitnya itu, tidak terlihat ada rasa sesal dan keluh kesah dari mulutnya. Ini yang semakin membuatku salut kepadanya. “Lelaki luar biasa” kataku dalam hati.
Karena cacat fisik inilah, ia masuk S.L.B. Ketika mendengarnya, aku mengerenyitkan dahi, tidak faham ucapannya. Setelah meminta mengulang ucapannya tersebut, ia menjelaskan, “S.L.B yang artinya sekolah luar biasa. Karena saya seperti ini makanya saya bisa masuk s.e.k.o.l.a.h l.u.a.r b.i.a.s.a.” “Allahu Akbar.”pekikku dalam hati. Bahkan dengan bangga ia bercerita, “Teman-temanku ada yang b.i.s.u. Ada yang t.u.l.i. Bahkan ada yang m.a.i.n-m.a.i.n s.e.n.d.i.r.i.” sembari tertawa.
Ketika kutanya, “Sikap teman-temanmu bagaimana?”
Ia menjawab, “Baik-baik mas, tetapi ada juga yang j.a.i.l.”
“Maksudnya Jail (baca ; jahil alias usil)?” tanyaku.
“Teman-teman suka menggelitiku.” Jawabnya dengan tetap tersenyum.
“Reaksi kamu bagaimana ketika digelitiki sama teman-teman?”
“Aku cuman bisa duduk, dan tertawa geli. Tidak bisa berbuat apa-apa. Duduk di tempat dengan tertawa terbahak-bahak ketika digelitik sama mereka. ” Kembali ia menjawabnya dengan wajah ceria, seolah tiada ada rasa marah dan dendam kepada teman-temannya. Padahal sebelumnya, ketika ia menceritakan kisahnya yang satu ini, aku sempat berkata dalam hati, “Kejam sekali teman-temannya. Kok yo tega-teganya menggelitik teman yang cacat seperti dia. Kan sudah bisa diduga bahwa dia tidak akan bisa lari, apalagi membalas. Dalam kondisi normal saja, dia berjalan selangkah demi selangkah dengan berjinjit apalagi dia digelitik. Kalau aku yang digelitik mungkin akan mati di tempat sambil tertawa-tawa. Ah, tega nian teman-temannya.” Tetapi ia ternyata memiliki hati seluas samudera, tidak ada rasa dendam yang berkesumat dalam dada. Subhanallah. Ini yang mungkin belum aku miliki. Hati seluas samudera; yang selalu memaafkan saudara-saudaranya. Saling memaafkan, salah satu sifat orang bertakwa yang dijanjikan jannah, “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imran : 134).
Lebih mengejutkan lagi ketika ia mengatakan, “K.e.n.a.n.g.a.n – t.a.k – t.e.r.l.u.p.a.k.a.n.”
Aku hampir tidak percaya dengan kata-kata yang keluar dari lisannya, maka aku memintanya untuk mengulanginya. Katanya, “M.a.s.a-m.a.s.a.- i.n.d.a.h. dan menjadi K.e.n.a.n.g.a.n –k.e.n.a.n.g.a.n t.a.k – t.e.r.l.u.p.a.k.a.n.” Allahu Akbar !, pengalamannya ketika digelitik sama teman-temannya justru menjadi masa-masa indah, dan menjadi kenangan tak terlupakan baginya. Padahal, kalau kita mau jujur; memosisikan diri seperti dia; kita mungkin akan memohon ampun dengan menangis agar tidak digelitik, karena kita mungkin akan tertawa cekikikan tak terkendali. Sekali lagi, hatinya seluas samudera. Seolah ia sudah siap menghadapi semua konsekwensi kecacatan fisiknya. Aku benar-benar tertegur ketika berbincang-bincang dengannya. Pelajaran seperti inilah yang tidak mungkin aku dapatkan dalam universitas manapun kecuali universitas kehidupan. Sungguh besar karunia dan nikmat-Mu ya Allah.
Di tengah-tengah perbincangan, tiba-tiba ia mengatakan, “Aku capek mas.” Ketika mendengarnya, serasa ada bom yang memborbardir tubuhku. Terasa sakit. Sakit sekali. Ya, aku sangat bisa merasakan lelah dan letihnya, dan itu tidak termasuk kategori mengeluh. Bila secara tabiat kita lelah dan letih, dan lapar maka kita boleh mengungkapkannya. Seperti halnya Musa ketika melalang buana mengelilingi dunia ketika hendak mencari dan belajar kepada Khidhir, ia mengatakan kepada pemuda yang membersamainya, “Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya, “Bawalah ke mari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.” (al-Kahfi : 62).
Ya, aku sangat bisa memahami kecapekan dan kelelahannya. Seharian tadi ia berkeliling bersama sepedanya. Dengan tubuh dan fisik seperti dia, sungguh itu merupakan perjuangan yang luar biasa. Sudah mencari penghidupan sendiri dengan menjual telur asin dengan berkeliling setiap harinya. Sungguh satu sifat yang lagi-lagi membuatku takjub.
Ketika kutanya, “Setiap harinya, berapa yang laku?”
Ia menjawab jujur, “Kalau sepi bisa 50 telur, kalau ramai bisa sampai seratus telur.”
Dan kembali kutanya, “Setiap telurnya bisa untung berapa?”
“Berkisar antara 200 sampai 500-an.”jawabnya.
“Uangnya ditabung ya?”
“Iya.”
Percakapan ini semakin membuka mata kita, betapa dangkal dan picik serta betapa pemalasnya para pengamen dan peminta-minta, yang selalu berargument bahwa ‘pekerjaan’ mereka masih lebih baik daripada mencuri. Jadi, menurut mereka, pekerjaan itu hanya punya dua alternatif; kalau tidak meminta dan mengamen, ya mencuri. Paradigma berfikir yang sedemikian rendah dan tidak bermutu. Tapi, itulah realitas di tengah masyarakat kita. Sangat memprihatinkan memang bila kita menilik bahwa indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah.
Kemudian karena sudah mendekati jam 13.30; waktu biasa ia pulang ke rumah yang terletak di daerah Gawok-Baki-Sukoharjo, ia ingin berpamitan, namun sebelum pulang aku merogok dompetku mengeluarkan uang sepuluh ribu sebagai bentuk terima kasihku atas ilmunya siang itu. Sayang ia menolaknya. Aku berusaha mendesaknya dan memintanya agar mau menerima. Tidak lama setelah itu, ia menerima uang itu. Untuk sejenak, aku sangat bahagia. Namun tak lama berselang uang itu berada di tangannya, ia mengulurkannya kepada saya lagi dan tidak mau menerimanya sembari mengucapkan terima kasih. Aku betul-betul terharu dengan prinsipnya; tidak mau menerima pemberian orang lain. Betul-betul menjaga diri dari meminta-minta, Allah berfirman, “Orang yang tidak tahu menyangka mereka itu adalah orang-orang yang berkecukupan karena mereka ta’affuf .” (al-Baqoroh : 273).
Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu mengabarkan bahwa orang-orang dari kalangan Anshar pernah meminta-minta kepada Rasullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak ada seorang pun dari mereka yang minta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melainkan beliau memberikan hingga habislah apa yang ada pada beliau.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda kepada mereka ketika itu:
مَا يَكُوْنُ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ لا أدَّخِرُهُ عَنْكُمْ، وَإِنَّه مَنْ يَسْتَعِفّ يُعِفّه اللهُ، وَمَنْ يَتَصَبَّرُ يُصَبِّرَهُ اللهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ، وَلَنْ تُعْطَوْا عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ
“Apa yang ada padaku dari kebaikan tidak ada yang aku simpan dari kalian. Sesungguhnya siapa yang menahan diri dari meminta-minta maka Allah akan memelihara dan menjaganya. Dan siapa yang menyabarkan diri dari meminta-minta maka Allah akan membuatnya mampu bersabar. Dan siapa yang merasa cukup dengan Allah dari meminta kepada selain-Nya maka Allah akan memberikan kecukupan padanya. Tidaklah kalian diberi suatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Bukhari).
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan: “Dalam hadits ini ada anjuran untuk ta’affuf (menjaga kehormatan dengan tidak meminta-minta), qana’ah dan bersabar atas kesempitan hidup dan kesulitan di dunia.”
Aku kehilangan cara untuk membuatnya menerima uang itu, dan akhirnya aku punya ide, “Ya sudah kalau tidak mau, uang itu saya pergunakan untuk membeli telurnya.”
“Tetapi sekarang saya tidak membawa telur mas.”
“Hmm, kalau begitu ya sudah uangnya dibawa dulu. Besok kembali ke sini dengan membawa telurnya.”
“Begitu ya. Besok mas ada di masjid ini kan?”
“Ya –insya’Allah- ada.”
Akhirnya ia mau menerima uang itu dan aku sudah tidak peduli lagi dengan uang itu. Aku sudah mengikhlaskannya, baik ia membawa telor atau tidak nantinya. Yang jelas, banyak pelajaran yang aku dapatkan dari mas Mukhlis siang itu. Sebuah teguran yang sangat indah dari Allah melalui salah satu hamba-Nya, Mukhlis. Semoga seindah namanya, orang yang ikhlash. Terima kasih untuk mas Mukhlish yang memberikan pelajaran berharga pada siang itu.
Akhukum fillah, Ibnu Abdil Bari el ‘Afifi.
Shalahuddin
H.A.R. Gibb berkata, “Sebenarnya Islam itu kadangkala berkembang dengan cara yang mengagumkan sekali. Ia meledak dengan tiba-tiba, sebelum para pengamat dapat mengetahui gejala-gejalanya, sehingga mereka sulit untuk meramalkannya. Gerakan Islam itu hanyalah membutuhkan kepemimpinan, ia tidak membutuhkan selain kehadirannya Sholahuddin baru.”
- 1
- 2
- 3
- …
- 28
- Next Page »