OaseImani.com

Karena Iman Butuh Siraman

  • Home
  • Artikel Islam
    • Akhlak
    • Aqidah
    • Bukuku
    • dakwah
    • Fikih
    • Fikih Ramadhan
    • Hadits
    • Khotbah
    • Kisah
    • Maqalah
    • Tafsir
    • Tarbiyah
    • Tarikh
    • Tarjamah
    • Tsaqofah
  • Artikel Pilihan
    • maharoh
    • Muslimah
    • Resensi Buku
  • Buku
  • Diaryku
  • Download
    • Mp3
    • Book
    • Video

February 18, 2013 by Ibnu Abdil Bari Leave a Comment

Sungai Superpanjang dalam Tubuh Kita

Bayangkan, dalam tubuh kita terdapat sungai yang mengalir sepanjang 160 kilometer. Ya, sungai sepanjang itu adalah pembuluh darah tubuh kita. Hulu dan muaranya berada di satu tempat, yaitu Jantung.

Pembuluh darah ibarat saluran irigasi yang super canggih. Saluran yang mampu mengaliri seluruh sel-sel tubuh dengan darah. Mengirim oksigen dan gula sebagai bahan bakar sel, lalu mengambil sisa-sisa pembakaran sel untuk dibuang.

Berawal dari jantung, darah dipompa keluar jantung menuju pembuluh nadi. Darah yang penuh dengan oksigen. Darah lalu mengalir menuju cabang-cabang pembuluh nadi yang lebih kecil, ke seluruh organ-organ tubuh, tanpa terkecuali. Hingga berujung di pembuluh kapiler, saluran terakhir di mana darah langsung terhubung dengan sel. Di sinilah, terjadi pertukaran oksigen dengan karbondioksida.

Perjalanan dilanjutkan. Darah yang kotor dipenuhi karbondioksida ini, dialirkan lagi menuju jantung. Melalui pembuluh bilik yang terkecil, menuju pembuluh balik yang lebih besar, hingga berakhir di jantung. Lagi-lagi, jantung memompa darah kotor ke paru-paru. Di sinilah, karbondioksida dilepas, dan digantikan lagi dengan oksigen. Darah yang sudah bersih dan kaya oksigen, dikembalikan lagi ke jantung untuk dialirkan ke seluruh tubuh.

Jika seluruh pembuluh darah tubuh disambung menjadi satu, maka panjangnya mencapai 160 kilometer. Panjang yang bisa digunakan untuk mengelilingi bumi sebanyak 4 putaran.

Dan Jantung adalah pompa yang luar biasa. Organ sebesar kepalan tangan ini terus berdenyut, sejak manusia masih berwujud janin, dan baru berhenti saat ruh manusia dicabut. Jantung mampu berdenyut 70 kali setiap menit, atau 100.800 kali sehari semalam. Setiap denyutnya, jantung mampu memompa darah sebanyak 59 cc. Dari tiap denyut inilah, dalam sehari, seluruh darah dalam tubuh mampu berkeliling 1.000 putaran.

Subhanallah. Allah Ta’ala berfirman mengingatkan, “Fa bi ayyi ala’i rabbikuma tukadziban, duhai jin dan manusia, nikmat Rabbmu yang manakah yang kamu dustakan?”  dan juga firman-Nya, “Wa fi anfusikum afala tubshirun, dan pada dirimu sendiri, apakah engkau tidak memperhatikan?”

Sebuah renungan bagi kita tentunya; betapa besar nikmat kesehatan yang Allah limpahkan kepada kita….,

 

*sumber; majalah ar-risalah, rubrik kauniyah, edisi 140, vol. XII, Rabi’ul Awwal-Rabi’uts Tsani/Februari 2013.

Filed Under: Tadzkirah

February 4, 2012 by Budi Yahya 1 Comment

Slalu Ada Kebaikan di Balik Kelembutan

Slalu Ada Kebaikan di Balik Kelembutan

Written by : Budi Yahya

            Suatu hari, sekelompok orang Yahudi lewat dihadapan Rosululloh. Mereka mengucapkan salam kepada Nabi (السَّامُ عَلَيْكُمْ) ‘Kecelakaan bagimu’. Ibunda Aisyah yang mendengar ucapan itupun paham, betapa busuk dan jelek maksud dari salam orang-orang Yahudi. Aisyah kemudian menjawab salam itu (وَعَلَيْكُمْ السَّامُ وَاللَّعْنَةُ) ‘Dan bagi kalian kecelakaan dan laknat’. Rosululloh yang mendengar ucapan istri tercintanya itupun bersabda :

            ‘Wahai Aisyah, sesungguhnya Alloh menyukai kelembutan disetiap urusan’

Aisyah pun berkata, ‘Tidakkah engkau mendengar ucapan mereka wahai Rosululloh  ?’Nabipun menjawab : ‘Sudah kujawab dan atasmu’. (Shohih Bukhori, Hadits no. 6024)

            Abu Ubaid mengatakan, bahwa maksud dari (السَّامُ) adalah kematian atau kematian yang cepat.

            Betapa busuk dan jelek batin orang kafir. Betapa besar kebencian dan kejengkelan mereka terhadap Islam. Maka tak heran jika Aisyah ra. istri Rosululloh pun gerah mendengar ucapan orang Yahudi itu. Hingga menjawab salam palsu mereka dan mendo’akan laknat Alloh atas mereka.

            Bila ada orang kafir yang mengucap salam kepada kaum muslimin, maka hendaknya dijawab (عَلَيْكُمْ مَا قُلْتُمْ ) ‘Dan bagi kalian apa yang kalian katakan’ atau (وَعَلَيْك ) ‘Dan atas kamu’ sebagaimana yang dicontohkan oleh Rosululloh. Namun Rosululloh tidak serta-merta membenarkan ucapan istrinya itu. Bahkan beliau menasihati istrinya dan melarangnya mengucapkan laknat. Beliau masih sempat mengajarkan adab mulia kepada istrinya, hingga tidak terbiasa mengucapkan ucapan yang kurang sopan dan tidak berlebihan dalam keburukan. Padahal itu adalah situasi yang lumrah dimana orang yang dihina pasti akan marah dan bisa jadi mendoakan keburukan.

 

Makna Ar Rifqu

Dari tinjauan bahasa, Ar Rifq sebagaimana dijelaskan Ibnu Mandhur dalam Lisanul Arobnya. Ar Rifq Berarti Sesuatu yang tipis, halus dan lembut. Atau lawan dari kata Al ‘Anfu atau Asy Syiddah. Yaitu yang keras, kejam dan bengis.

            Suatu hari saat Nabi berkumpul dengan sahabatnya yang tercinta, datanglah seorang badui, kemudian sang badui kencing dalam masjid.

            عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ : أَنَّ أَعْرَابِيًّا بَالَ فِي الْمَسْجِدِ فَقَامُوا إِلَيْهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُزْرِمُوهُ ثُمَّ دَعَا بِدَلْوٍ مِنْ مَاءٍ فَصُبَّ عَلَيْهِ

 

            Dari Anas bin Malik : ‘Sesungguhnya seorang badui kencing dalam masjid. Maka para sahabat berdiri hendak menghalaunya. Kemudian Rosululloh bersabda : ‘Janganlah kalian menghalaunya’. Kemudian beliau meminta seember air dan disiramkan diatas bekas kencing’. (Shohih Muslim, Hadits no. 659).

            Imam An Nawawi mengatakan : ‘Hadits ini menunjukkan sifat Rifq Rosululloh kepada sang badui. Dimana beliau tidak bersikap keras dan menyakiti badui itu selama tidak menyelisihi atau menentang urusan Islam.’

            Juga berfaidah bahwa Nabi mencegah timbulnya dua bahaya/kerugian dengan menghilangkan bahaya yang lebih besar. Kencingnya si badui dalam masjid adalah sebuah dhoror (bahaya/kerugian). Namun tercecernya kencing adalah bahaya yang lebih besar. Bila tidak mungkin menghilangkan keduanya, maka di pilih bahaya yang lebih kecil dan menghilangkan bahaya yang lebih besar.

             Bukankah kencing dalam masjid adalah tindakan kurang ajar ?. Bukankah itu bisa bermakna penghinaan terhadap Dien ini ?. Namun betapa janggal dan mengganjal perkara itu, Rosululloh dengan kelembutan dan kematangan akalnya mampu mengajari jutaan umatnya tentang beberapa hukum syar’I  dari kejadian itu…

            Yang Lembut dan Kasar

 

            Alloh berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ

 

‘Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir’… (Al Maidah : 54)

            Al Hafidz Ibnu Katsir berkata : ‘Ayat ini mengabarkan keagungan Alloh, bahwa Ia akan menggantikan kaum yang berpaling dari menolong Diennya dengan kaum yang lebih kuat pembelaannya dan lebih lurus jalannya.’

            Diantara ciri mereka :

            Pertama, mereka mencintai Alloh dan Alloh pun mencintai mereka.

            Kedua, bersikap lemah lembut dan tentu saja keras terhadap orang kafir.

            Ibnu Katsir mensifati dengan orang yang tawadhu’ dan merendahkan diri dihadapan saudaranya dan walinya. Namun disatu saat ia berubah garang kepada lawannya.

            Begitu pula Rosululloh, beliau disifati dengan “الضحوك القتال” yaitu yang banyak tersenyum dan berperang. Maksudnya beliau sangat ramah dan murah senyum pada kaum muslimin. Tapi dibalik keramahan dan kelembutannya, beliau juga berperang dan berkonfrontasi dengan musuhnya.

Yang Manis dan Pahit dirasa

Rosululloh bersabda :

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

            ‘Permisalan seorang mukmin dalam kecintaan, berkasih sayang dan berlemah lembut ibarat satu badan. Jika satu anggota badan mengeluh sakit, maka sekujur tubuh akan meresakan sakit dan demam.’  (HR Muslim, Hadits no. 6586).

            Betapa indah bila kaum muslimin hidup dengan petunjuk Robbnya. Menghiasi perjalanan panjangnya ke negeri akhirat sembari bernaung dibawah payung hidayah.

            Betapa indah cerita kehidupan sahabat dan kaum salaf dalam berkasih sayang, seindah dongeng pengantar tidur yang lebih dekat dengan alam khayal. Akibat gersangnya hati dan jauhnya hidup dari petunjuk Qur’ani.

            Apalah susahnya bila sedikit bermuka manis dan bertutur lembut dihadapan saudara seiman. Adakah yang lebih besar dari janji pahala yang bakal Alloh berikan kepada orang yang berlemah lembut pada saudaranya ?.

عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ : قَالَ لِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

            ‘Dari Abi Dzar beliau berkata : ‘Nabi e berkata kepadaku. Janganlah kau remehkan hal yang ma’ruf itu sedikitpun. Meski hanya bermuka manis dihadapan saudaramu.’ (Shohih Muslim, Hadits no. 6690).

            Senyum adalah satu contoh kecil bentuk kelembutan dan kasih sayang seseorang. Sungguh banyak kelembutan lain yang bisa kita sajikan dan persembahkan kepada saudara seiman. Sebuah pepatah mengatakan ‘Senyum adalah jarak terdekat antar kedua manusia’.

            Berkata penuh santun, sadar akan kekurangan masing-masing. Namun bukan berarti mentolerir satu kemunkaran dan kemaksiatan.

Rosululloh bersabda :

انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا

            ‘Tolonglah saudaramu dalam keadaan dholim maupun didholimi’. (Shohih Bukhori, Hadits no. 2443).

            Menolong saudara yang terdholimi adalah hal yang maklum. Namun bagaimanakah menolong saudara yang berbuat dholim ?. Para ulama menjelaskan bahwa cara menolongnya adalah dengan mencegahnya dari berbuat kemunkaran. Maka perlu dipahami bahwa mencegah dan melarang seseorang yang akan berbuat kemunkaran merupakan satu bentuk kasih sayang meski terkadang pahit dirasa. Namun perlu diperhatikan pula adab dalam beramar makruf nahi munkar.

            Ibnu Rojab Al Hanbali dalam Jami’ul Ulum wal Hikam menyatakan bahwa dalam beramar Makruf Nahi Munkar hendaknya dipilih cara yang paling baik. ((أوقعهافى القلب / paling berkenan dihati.

            Pernah suatu ketika Khalifah Harun Ar Rosyid di tegur dengan perkataan yang sangat keras atas sebuah kesalahan. Selesai ditegur, beliau berkata pada orang yang menegurnya : ‘Sesungguhnya Musa, orang yang lebih baik darimu diutus kepada Fir’aun orang yang lebih buruk dariku. Namun Alloh berfirman kepada Musa dan Harun :

فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

            ‘maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (Thoha : 44).

            Segala sesuatu hendaknya ditempatkan pada tempatnya. Begitu pula kelembutan dan permusuhan hendaknya ditempatkan dan berikan sesuai porsinya.  Kecintaan dan kelembutan jangan sampai tertukar dengan sikap keras dan permusuhan. Satu hal yang terkadang kurang disadari, pernahkah kita menghitung berapa kali kita bersikap keras kepada saudara seiman. Menampakkan dan menyombongkan kebaikan didepan saudara kita. Menunjukkan dan menahbiskan diri sebagai yang paling wah… dan paling unggul dalam ketaatan kepada Alloh. Sedikit angkuh dan bisa jadi menganggap rendah saudara kita. Satu sikap yang bisa jadi melempem jika berhadapan dengan para wali setan.  Wal I’yadzu Billah.

Bukankah Alloh berfirman :

‘Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.’ (Al Ahzab : 19)

            Disaat aman, seolah mereka adalah orang yang paling kuat dan paling dekat kepada Alloh. Namun bagaimana bila kondisi genting, musuh menyerang dan ajal seakan tak henti mengintai. Masihkah kita ‘mampu’ berlaku sombong atas kebaikan yang kita miliki sembari merendahkan saudara seiman yang lain. Atau hanya diam dan melempem bagai krupuk tersiram air bila dihadapkan dengan kekuatan wali setan… ?

            Tapi satu yang tak terpungkiri, tidaklah kelembutan itu menghiasi sesuatu kecuali akan mendatangkan kebaikan…Wallohul Musta’an.

            Maroji’ :

  1. Al Qur’an Al Kariim
  2. Tafsir Al Qur’anul ‘Adhim                  : Al Hafizh Ibnu Katsir
  3. Shohih Bukhori           : Muhammad bin Ismail Al Bukhori, Darus Salam Riyadh, Cetakan Pertama 1417 H
  1. Shohih Muslim            : Muslim bin Hajjaj An Naysaburi, Darus Salam Riyadh, Cetakan Pertama 1419 H
  1. Fahul Bari                                           : Ibnu hajar Al Asqolani
  2. Syarhu Shohih Muslim                  : Imam An Nawawi
  3. Jami’ul Ulum wal Hikam               : Ibnu Rojab Al Hanbali
  4. Lisanul Arob                                      : Ibnu Mandhur

 

 

Filed Under: Tadzkirah

February 3, 2012 by Budi Yahya Leave a Comment

Tak Sekedar Cinta Gombal…

Tak Sekedar Cinta Gombal…

 

Ce : “Say…sebesar apakah cintamu padaku…???!”

Co : “Mmm… Cintaku padamu seluas langit dan sedalam samudera. Aku tak bisa hidup tanpamu. Sehari tak melihatmu, aku hanyalah ikan yang hidup tanpa air. Sedetik tak mengingatmu, aku hanyalah daun yang terbang tanpa arah. Aku siap mati dan berkorban demi dirimu…sayangku… ^_^”

Hari ini rayuan gombal ala pemuda-pemudi yang mabuk cinta bukanlah acara tabu. Hingga seorang anak muda rela menggadaikan iman (meski tanpa sadar) demi sebuah cinta dusta. Hari ini ia berkata rela mati demi sang kekasih, mari dilihat sepuluh atau dua puluh tahun kemudian. Saat sang kekasih bersedia menjadi pendamping hidup sementara ajal menjemputnya tanpa permisi. Relakah sang kekasih ikut mati mendampingi kekasihnya…???. Tanyakan pada William Shakespieres dari mana ia mendapat ide cerita Romeo and Juliet.

Bicara kecintaan, sepertinya hingga hari ini tak ada orang yang lebih kecintaan dan kesetiaannya melebihi kecintaan para sahabat pada Islam dan Rosululloh. Aqidah kuat serta Wala’dan Baro’ yang kokoh menghunjam didada, cukup menjadi modal dasar untuk meraih kecintaan hakiki. Cinta pada Alloh dan Rosul melebihi cinta pada selainnya. Mungkin untuk para kuli tinta, cerita seperti ini cocok sekali untuk mengisi Headline News… ^_^

Seperti apa ceritanya???…

            Abu Ubaidah bin Jarroh

            Anak bunuh bapaknya sendiri

 

            Durhaka…?!!. Sekilas tak salah bila kata itu terucap dari seorang manusia normal. Betapa tidak seorang anak yang besar dan tumbuh dibawah asuhan seorang ayah, namun saat dewasa dan datang kepadanya Muhammad si pembawa Dien baru, sang anak tega menebas ayahnya sendiri hanya karena kecintaan pada sang Nabi. Namun betapa agung urusan ini hingga Alloh menurunkan sebuah ayat Al Qur’an dari langit ke tujuh, memuji dan menjadikannya contoh bagi seluruh umat.

Alloh berfirman :

“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati…” (Al Mujadilah : 22).

Ibnu Syaudzab menceritakan : “Dalam perang Badar, ayah Abu Ubaidah (yang kafir) berusaha menampakkan diri dan mencari anaknya. Mengetahui hal itu, Abu Ubaidah selalu berkelit menghindari ayahnya. Hingga keadaan amat kacau dan Abu Ubaidah membunuh ayahnya. Kemudian Alloh menurunkan sebuah ayat …(Al Mujadilah : 22).” (Dikeluarkan oleh Al Baihaqi, Hakim dan Thabrani).

            Abdulloh bin Abdillah bin Ubay bin Salul

            Anak minta ijin untuk memenggal ayahnya

 

            Dari Abu Huroiroh berkata : “Rosululloh berjalan melewati Abdulloh bin Ubay (gembong munafik) yang berada di bangunan tinggi. Ibnu Ubay berkata : ‘Ibnu Abi Kabsyah (Rosululloh) telah menaburkan debu pada kita’. Maka Abdulloh bin Abdulloh bin Ubay bin Salul meminta ijin pada Rosul : ‘Ya Rosulalloh, demi Yang memuliakanmu kalau engkau mengijinkan, aku akan membawa kepala ayahku padamu.’ Rosul menjawab : ‘Tidak, bahkan berbuatlah baik padanya…’ (Diriwayatkan oleh Al Bazzar dengan rijal yang tsiqoh).

            Mush’ab bin Umair

            Ada yang lebih ‘saudara’ dari saudara kandung

Dari Ayyub bin Nu’man berkata : ‘Abu Aziz bin Umair (saudara kandung Mush’ab bin Umair) di hari Badar menjadi tawanan kaum muslimin dan menjadi tanggungan Muhriz bin Nadhlah. Mush’ab berkata pada Muhriz : ‘Wahai Muhriz keraskanlah tanganmu padanya…Sesungguhnya di Makkah ia mempunyai ibu yang kaya raya’. Maka Abu Aziz berkata pada saudaranya : ‘Inikah perlakuanmu padaku wahai saudaraku…?. Mush’ab menjawab : ‘Muhriz adalah saudaraku selain kamu.’ Hingga sang ibu mengirim 4000 dirham sebagai penebus Abu Aziz. Dan inilah jumlah tebusan terbesar diantara tawanan Badar.

            Ummu Habibah

Tikar usang yang lebih berharga dari bapaknya

 

            Az Zuhri menceritakan : ‘Ketika Abu Sufyan bin Harb pergi ke Madinah, ingin menemui Rosululloh yang berhasrat menyerang Makkah. Ia meminta perpanjangan perjanjian Hudaibiyah, namun Rosululloh tidak menerimanya. Kemudian ia pergi dan menemui putrinya Ummu Habibah. Hingga saat ia ingin duduk di tikar Rosululloh, maka Ummu Habibah menariknya. Abu Sufyan berkata : ‘        Wahai anakku apakah engkau lebih mencintai tikar ini dari padaku ?.’ Ummu Habibah menjawab : ‘Sesungguhnya ini adalah tikar Rosululloh sedangkan engkau adalah Musyrik yang najis……’ (Dikeluarkan oleh Ibnu Sa’d).

Ini hanyalah sekelumit kisah cinta sahabat dan shohabiah, sebuah cinta hakiki yang mendahulukan cinta pada Alloh dan Rosul-Nya melebih semua kecintaan. Bukan cinta gombal para pencari dunia yang mudah luntur dan terbang dari relung hati.

 

Maroji’ :

 

  1. Al Qur’anul Karim
  2. Hayatu Shohabah                    : Al Alamah As Syaikh Muhammad Yusuf Al Kandahlawy dengan tahqiq dan ta’liq Syaikh Nayif Al Abbas dan Muhammad Ali Daulah. Juz 2 bab Khuruju Shohabah anis Syahwati Nafsaniyah. Darul Qolam Damsyiq, cetakan kedua tahun 1983.

 

 

           

 

Filed Under: OaseImani, Tadzkirah

  • 1
  • 2
  • 3
  • …
  • 14
  • Next Page »

Tulisan Terakhir

  • Zina adalah HUTANG!
  • Menulislah!
  • Qomusika
  • Sinopsis buku “Air Minum dari Langit”
  • Jasa Pengetikan Bahasa Arab – Jasa Ketik Arab Online

Komentar Terakhir

  • Kekalutan, Penderitaan, Keadilan, dan Pembalasan – Adam's Blog on Hakekat Kejujuran
  • Jangan Sampai Terlewat! Ini Waktu Berdoa Paling Mustajab Di Hari Jumat – Infohaji.co.id on Doa Mustajab pada Hari Jum’at, Kapan?
  • Zaky on Teruntuk Ukhti yang Tengah Menanti
  • Yuni on Mendidik Karakter Dengan Karakter | Catatan Parenting Ida S. Widayanti
  • Diyahla diyah on Adzan Tengah Malam

Pengunjung

Copyright © 2019 · Generate Pro Theme on Genesis Framework · WordPress · Log in