Kolumnus Ustadz Musthofa Amin mempunyai pandangan tentang cinta sebagaimana yang beliau ceritakan:
“Seorang pemuda yang beruntung meminta petunjuk kepadaku dengan menanyakan wanita mana yang harus dinikahi? Apakah dia harus kawin dengan wanita berperadaban yang menguasai banyak bahasa asing agar dapat menemaninya berekreasi ke Eropa atau ke Amerika? Ataukah wanita cantik dan menarik yang akan mendampinginya di dalam pesta-pesta dan pertemuan-pertemuan dengan disinari berbagai lampu? Ataukah menikah dengan wanita yang bekerja yang mengerti nilai kerja dan memperhitungkan kepayahan dan kesulitan, dapat memperkirakan kemelaratannya dan beratnya tugas suami, sehingga ia tidak menambah beban beratnya dan persoalan-persoalannya, sedangkan ia tenggelam dalam sifat-sifat yang banyak dan pekerjaan-pekerjaan besar? Ataukah dengan nama keluarga ramah yang menciptakan rumahnya surga tempat ia beristirahat di sana dari sengsaranya bekerja secara terus-menerus?
Diapun menjawab, “engkau perlu menikah dengan seorang wanita yang memiliki beberapa sifat, ia bagaikan tongkat yang dapat engkau pergunakan bertelekan ketika engkau mendaki gunung, payung yang dapat engkau pergunakan untuk melindungi kepalamu dari hujan dalam kehidupan dan sebagai penangkal petir. Engkau memerlukan lampu yang dapat menerangimu ketika berjalan dalam kegelapan, memerlukan kompas yang dapat engkau jadikan pedoman dalam kebingungan, butuh almari untuk menyimpana rahasiamu, butuh rem untuk mengerem perjalannmu, butuh semangat yang kuat ketika menghadapi serangan lawan, butuh aspirin tablet ketika kepalamu terasa pening, butuh suara yang merdu yang dapat meninabobokkanmu agar matamu dapat terpejam ketika hendak tidur, butuh saputangan untuk mengusap air matamu dan mengeringkan keringatmu, butuh kompres untuk mengompres lukamu, butuh penangkal suara untuk mencegah sampainya hiruk-pikuk ke telingamu, butuh teman berunding untuk merundingkan persoalan yang kau hadapi. Bila engkau mencari bijak, maka engkau dapati dia di hadapanmu, bila engkau memerlukan teman dia sudah berada di sampingmu, dan bila engkau kehilangan seorang ibu, engkau dapati pada istrimu kasih sayang ibumu dan kerelaan berkorban untukmu.
Lelaki biasa hanya membutuhkan wanita yang biasa, tetapi lelaki yang beruntung berarti dia lelaki yang luar biasa, karena itu ia memerlukan wanita yang luar biasa pula. Yang sanggup memikul beban yang melebihi beban wanita biasa, yang lebih sabar daripada nabi Ayyub, yang tegar seperti gunung, yang dapat enjadi tiang sandaran bagi lelaki yang fakir hati dan akalnya. Yang dapat mengembalikan harapannya ketika sedang berputus asa, yang dapat membangkitkan semangat dan kemantapan hatinya ketika sedang bergejolak, yang membikinnya tersenyum ketika ia tidak dapat tersenyum, yang penyantun ketika ia sedang terhimpit, yang mempergauli manusia dengan baik padahal ia sedang berkuasa sebagai ratudan menahan diri dari menumpahkan darah. Sewaktu reputasinya meningkat ia semakin tawadhu’, sewaktu kedudukannya meningkat, diulurkan tangannya untuk menggapai orang-orang yang jatuh di atas tanah. Bila suaminya mempunyai kedudukan yang tinggi, ditariknya untuk bersikat tawadhu’. Dan bila suaminya bangkrut, ia memperlakukannya seperti orang yang terkaya di muka bumi.
Pemuda itu berkata, “mustahil aku dapat istri seperti ini?
Saya katakan kepadanya, “Setiap wanita yang merasa cinta bisa bersikap seperti istri ideal ini”
oleh: firmansyah
Leave a Reply