Boleh dikata, inilah tulisan fenomenal yang pernah aku catatkan. Ketika aku posting di facebook, ada 300 teman yang suka dan 200-an komentar, bahkan lebih. Fantastis. Untuk ukuran akun Facebook, bukan group apalagi page, tentu sangat menakjubkan. Aku bahkan tidak pernah membayangkan catatan itu akan direspon sedemikian rupa. Selalunya pembaca berlinang airmata. Ia menjadi kaya makna dengan komentar para pembaca. Aku pernah dikirimi pesan yang membuat bulu roma-ku merinding. Berdesir. Berikut isi pesannya,
“Assalamu’alaikum…Subhanalloh…,
Puji syukur kehadirat ALLAH Yang Maha Besar lagi Maha Bijaksana.
Terima kasih pak ustadz, telah menandai catatan di fb yang bertuliskan nama saya…,
Mala mini sedang mati lampu…, saya terbangun…lalu saya menyalakan hp untuk mencari sedikit cahaya…, lalu saya ingin sekali membuka fb…
Ketika saya buka….ada catatan dari fb bernama ibnu…,timbul kesombongan dari saya. Afwan bapak, saya berkata dengan kesombongan tingkat tinggi (karena merasa sudah cukup ilmu islam) aghhhh…judulnya begini, dah bisa kutebak….awalnya saya enggan untuk membacanya…tetapi saya berpikir; saya harus mendapatkan Ridho-Nya bila ‘main’ fb, maka saya membaca note dari bapak….,
Dalam suasana gelap…., saya baca…., baca,…baca….dan baca….., sampai akhirnya..kesombongan ini luruh..mata inipun tak bisa menahan tangis…malu pada amal-amal yang telah sia-sia diperbuat…, waktu tak bisa berjalan mundur…bagaimana kalau esok adalah giliran saya….ya Allah, ampuni hamba…., (Terima kasih pak ustadz, saya mohon, pak ustadz selalu kirimi saya note….mohon ya pak).
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa bapak, memasukkan bapak ke dalam golongan-golongan orang beriman, semoga bapak melewati yaumul hisab dengan selamat…semoga bapak masuk ke dalam jannah-Nya..amin ya Allah (Jujur, terharu saya membaca untaian bait doanya….., Amin amin amin ya Allah, kabulkanlah doa-doa kami).
Afwan ya pak…komentnya panjang….(setelah selesai membaca note dari bapak..listrik langsung menyala lagi, mungkin inilah cara Allah menegur kesombongan saya) saya jadi tidak berdaya…., Wassalamu’alaikum.
Berikut catatan yang membuatnya berkomentar seperti di atas :
Acara ini terinspirasi setelah mengikuti acara, “Life Management Training” bersama pak Kiseno, yang sedikit banyak merubah kehidupanku; Bagaimana aku harus menjalani hidup ini dengan baik dan bagaimana pula seharusnya aku bermuamalah; menjalin hubungan baik dengan Allah dan manusia. Ada energi spiritual yang menggugah diri ini; sehingga terdetik dalam benak untuk mengadakan acara serupa kepada anak-anak didikku. Menularkan ilmu yang didapat agar lebih bermanfaat.
Acara itu terjadi pada malam jum’at, tepatnya pada 12 Juni 2009 kemarin. Acara itu bertajuk “Malam Pertama.” Acara yang sangat special karena aku menyiapkan mental dan ruhiyah selama sebulan lamanya, dengan satu asa; semoga acara berlangsung sempurna dan berkesan bagi mereka. Dan tepat pada pukul 03.00, aku membangunkan anak-anak untuk bangun dari tidurnya. Ada perasaan tersendiri ketika itu, semua anak-anak sangat antusias menyambutnya, tidak seperti biasanya. Semangat mengikuti acara yang membuat mereka penasaran, karena memang aku tidak memberitahukan detailnya acara kepada mereka sebelumnya.
Setelah berwudhu, kami shalat malam bersama beberapa raka’at di lantai bawah masjid. Selesai shalat, aku mengintruksikan mereka untuk menutup mata dan meminta dengan sangat agar tidak ada yang berbicara, walaupun sepatah kata. Mereka berbaris memanjang, dengan formasi anak yang di belakang memegang pundak teman di depannya. Saat itulah, acara dimulai. Aku pun tak lupa mengajak mereka untuk banyak beristighfar kepada Allah Ta’ala. Astaghfirullahal ‘Azhim….astaghfirullahal ‘Azhiim….
Karena mata mereka tertutup, aku memandu mereka dengan berjalan tertatih-tatih dan derapan kaki yang berat dengan hentakan yang keras seolah-olah seorang pesakitan yang akan menghadapi siksaan. Hati mereka tidak karuan mendengarkan suara derapan kakiku yang terdengar keras dan menyeramkan, apalagi mereka tidak tahu apa yang akan mereka alami. Ketakutan yang melanda mereka semakin terasa karena didukung dengan dinginnya kota soreang pada malam itu, dingin menusuk tulang. Kata mereka, acara malam itu terasa sangat menegangangkan, menakutkan, mengharukan sekaligus menyedihkan…, karena itulah acara pertama mereka yang bertajuk malam pertama.
Setelah tiba di lokasi yang dimaksud, aku memandu mereka satu per satu untuk menempati tempat duduk yang tersedia; persis di depan kertas Hvs dan lilin yang sudah disiapkan panitia untuk masing-masing anak dengan keadaan mata mereka masih tertutup. Setelah duduk dengan tenang, aku masih mengingatkan mereka banyak beristighfar. Aku pun memulai berorasi,
“Wahai saudara-saudaraku yang aku sayangi dan aku cintai…. Suatu ketika, Yani diajak oleh ayahnya untuk mengunjungi wilayah pemakaman umum kaum muslimin di kota metropolitan, Jakarta. Mereka berputar sejenak dan kemudian mendapatkan makam yang dicari. Mereka duduk di depan seonggok nisan, “Hj. Muthia binti Muhammad, Lahir : 19 Januari 1915, Meninggal : 20 Januari 1965.”
Ayah Yani berkata, “Nak, ini adalah kuburan nenekmu, mari kita berdoa untuk kebaikan nenekmu.” Yani melihat wajah ayahnya, lalu menirukan tangan ayahnya menengadah ke atas dan memejamkan matanya seperti halnya ayahnya. Ia mendengarkan doa ayahnya untuk neneknya.
Selesai berdoa, Yani bertanya, “Yah, nenek waktu meninggal berumur 50 tahun ya Yah ?” Ayahnya mengangguk sambil tersenyum sembari memandang pusara ibunya, Hj. Muthia.
“Hm, berarti nenek sudah meninggal 44 tahun yang lalu ya, Yah ?” kata Yani berlagak dengan menghitung dengan jarinya, “Ya, nenekmu sudah di dalam kubur selama 44 tahun…”jawab ayahnya
Yani memutar otaknya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana, di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut, “Muhammad Zaini, Lahir : 19 Februari 1804, Meninggal : 30 Januari 1910.”
“Hmm, kalau begitu, yang itu sudah meninggal 109 tahun yang lalu ya Yah ?” jarinya menunjuk nisan di di samping kuburan neneknya. Sekali lagi ayahnya mengangguk, tangannya terangkat mengelus kepala anaknya satu-satunya sembari menatap teduh mata anaknya dan berkata, “Memangnya kenapa nak ?”
“Hmm, ayah semalam bilang bahwa kalau kita mati, lalu dikubur dan kita banyak dosanya, kita akan disiksa. Dan ditempatkan pada parit dari parit-parit neraka. Begitu sebaliknya, kalau amal shalih kita banyak, kita akan mendapatkan kenikmatan dan tinggal di sebuah taman dari taman-taman jannah. Iya kan Yah ?” Yani meminta persetujuan ayahnya.
Ayahnya tersenyum dan bertanya, “Lalu ?” “Ya…kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa selama 44 tahun dong yah di kubur ? tetapi kalo nenek banyak amal shalihnya berarti sudah 44 tahun pula berada di taman dari taman-taman jannah….ya nggak Yah ?” mata Yani berbinar karena bisa mengemukakan pendapatnya kepada ayahnya.
Ayahnya tersenyum, namun sekilas keningnya Nampak berkerut, tampaknya cemas, “Iya nak, kamu memang pintar.” Kata ayahnya pendek.
Pulang dari pemakaman, ayah Yani tampak gelisah. Setelah pulang, di atas sajadahnya, ayahnya merenungi perkataan anaknya. Lalu ia menunduk dan meneteskan air mata, kalau ia yang meninggal, lalu banyak dosanya, lalu kiamat masih 100 tahun lagi, masih 200 tahun lagi atau mungkin masih 300 tahun lagi ? sanggupkah ia selama itu menanggung derita di dalam kubur. Bukankah setelah bangkit dari kubur, siksa yang lebih dahsyat sudah menanti. Ayah yani tertunduk dan berdoa berulang-ulang, “Allahumma inni as’alukal ‘Afiyah fid dunya wal akhiroh.” Ya Allah, aku memohon kepada-Mu keselamatan dan kebaikan, di dunia dan akherat.
Setelah membacakan kisah tersebut, aku memerintahkan mentor untuk menyalakan lilin dan memerintahkan anak-anak membuka mata. Mereka kaget dan terperanjat ketika melihat lembaran putih yang bergambar nisan lengkap dengan nama mereka, nama ayah mereka dan tempat tanggal lahir mereka. Di tengah kekagetan mereka itulah, aku melanjutkan,
“Saudara-saudaraku yang aku sayangi dan aku cintai….sekarang bayangkanlah kalau seandainya pada malam hari ini kita lah yang meningal dunia. Menjadi mayit. Berada di alam kubur yang demikian pekat, gelap dan mengerikan. Tidak ada yang berani menemani kita, walau ia adalah orang yang terdekat sekalipun. Sendiri dan sepi.
Saudara-saudaraku yang aku sayangi…apakah kita lupa atau pura-pura lupa dengan kenyataan yang akan kita temui nanti, yaitu kematian. Siapakah yang bisa memastikan bahwa kita akan hidup berumur panjang. Padahal bisa jadi setelah malam ini, kita tidak bertemu dengan waktu pagi, tidak bertemu dengan ibu kita, tidak bertemu dengan ayah kita, tidak bertemu dengan kerabat-kerabat kita dan tidak bertemu dengan teman-teman dan orang-orang yang kita cinta.
Ikhwani fillah….suatu ketika khalifah Harun Ar-Rasyid pergi berburu. Kemudian beliau bertemu dengan buhlul. Khalifah berkata, “Wahai Buhlul, berilah aku nasehat.”
Buhlul bertanya“Wahai Harun, di manakah kubur ayah, kakek dan nenek moyangmu ?.”
“Di sana.” Jawab Harun singkat.
Buhlul bertanya “Lantas, di manakah istanamu ?”
“Di sana.” Jawab Harun.
Buhlul berkata, “Wahai Harun, engkau mengatakan kuburan ayah, kakek dan nenek moyangmu berada di sana sedang istanamu berada di sana. Tidakkah anda tahu, anda akan meninggalkan istana itu dan berpindah menuju kubur yang gelap gulita dan sendirian tanpa anak, istri dan harta yang selama ini kamu kumpulkan ? kamu akan berpindah dari istanamu yang menjulang tinggi nan megah menuju kuburan yang sempit.”
Kemudian Harun menangis dan menderita sakit. Hingga ketika sudah merasa ajalnya dekat, Harun mengumpulkan anak, istri dan para pengawal serta tentara istana sembari berkata, “Wahai Dzat yang tidak akan kehilangan kekuasaannya, kasihilah orang yang akan kehilangan kekuasaannya ini.” Lalu Harun meninggal dunia.
Ikhwani fillah…apakah kita mengira bahwa umur kita masih panjang dan menyangsikan datangnya malaikat maut yang siap menjemput kita. Tamu yang datang tanpa diundang. Bila waktunya tiba, ia akan melaksanakan titah Tuhannya, Allah Ta’ala tanpa memajukan dan tanpa memundurkan barang satu detikpun.
Maka, bayangkanlah seolah-olah kita sedang berada di kuburan dan merenungi nasib apa yang akan antum dapatkan di sana. Berada di salah satu taman dari taman-taman surga atau parit dari parit-parit neraka.
Setelah waktu merenung usai, aku memerintahkan mereka untuk membalik lembar nisan yang berisi pertanyaan-pertanyaan muhasabah. Dan memerintahkan mereka mengisinya. Di sela-sela mereka mengerjakan, aku mengingatkan mereka sesuai dengan urutan pertanyaan tersebut.
Pertanyaan pertama, “Amal apa yang sudah antum lakukan ?”
Aku melanjutkan,
“Saudara-saudaraku yang aku sayangi dan aku cintai..…
Sekarang mari kita merenung, amalan apakah yang sudah kita persiapkan untuk menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala ? sudahkah kita siap untuk menghadap-Nya. Mari kita juga merenung, amalan apakah yang sudah kita lakukan sesuai dengan keinginan dan perintah Allah dan Rosul-Nya ? apakah amal shalih kita sudah kita iringi dengan perasaan khauf ( rasa takut), raja’ (rasa berharap) dan mahabbah (rasa cinta) ? adakah kita berani menjamin diri kita terlepas dari siksa Allah Ta’ala? Apakah kita sudah melupakan dosa-dosa kita. Dosa mata kita, dosa tangan kita, dosa kaki kita, dosa lisan kita, dan bahkan dosa hati kita ?
Tak terasa, ada beberapa ikhwah yang meneteskan air mata dan berusaha menyembunyikan sesenggukan isak tangisnya. Keheningan malam itu dipecahkan dengan suara isak tangis yang tertahan. Kita bisa memaklmi bila kita membaca jawaban mereka,
“Saya tidak tahu amal kebaikan apa yang telah saya lakukan. Yang jelas, begitu sedikit amal kebaikan yang aku lakukan sedang dosa saya sangat banyak.”
“Selama ini mungkin amal yang saya lakukan sangat sedikit, bahkan tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dosa-dosa yang telah saya lakukan. Mungkin amal saya belum cukup untuk menebus semua dosa-dosa yang telah aku lakukan.” Astaghfirullahal ‘Azhim…..
Pertanyaan kedua, “Apa pesan antum kepada orang-orang yang antum cintai, ayah, ibu dan teman-teman antum ?”
Aku melanjutkan,
Ikhwani fillah….sekarang hadirkanlah bayangan orang-orang yang kita cintai, ibu dan ayah antum. Bayangkanlah wajah ibu dan ayah antum. Hadirkanlah kenangan-kenangan indah bersama mereka. Mari kita sejenak mengingat jasa-jasa mereka. Mengingat masa ketika kita masih dalam kandungan. Lupakah kita tentang berat tubuh kita yang dipikul oleh ibu kita ? selama kurang lebih Sembilan bulan 10 hari lamanya, ibu senantiasa membawa kita kemanapun beliau pergi. Dan Allah menyebut kesusahan yang dialami ibu kita saat mengandung dengan bahasa wahnan ‘ala wahnin, kesusahahan di atas kesusahan, kesulitan di atas kesulitan, kepayahan di atas kepayahan, yang bertambah-tambah. Memang demikian adanya. Ingatkah kita ketika di malam hari kita menangis, lalu ibu kita terbangun untuk menenangkan dan menidurkan kita lagi setelah selesai menunaikan hajat kita. Ingatkah kita ketika kita makan dan disuapi oleh ibu kita. Ketika kita mandi dan kita meraung-raung karena tidak ingin mandi. Ingatkah juga ketika ibu kita mengajari kita, “A…Ba…Ta…Tsa…” dengan kesabaran yang sangat tinggi. Ingatkah kita bahwa tatkala kita sedang sakit, ibu lah orang yang paling gundah dan gelisah.
Saudara-saudaraku yang aku sayangi dan aku cintai….
Sekarang, bayangkanlah wajah ayah kita. Tidakkah kita memahami bahwa hitamnya warna kulitnya dan berkeriputnya wajahnya adalah karena pengorbanannya yang tidak kenal lelah dalam mencari nafkah untuk kehidupan sehari-hari dan menyekolahkan kita. Itu semua dilakukan demi kita, anaknya. Orang tua kita ingin agar kita lebih pintar, lebih tiggi jenjang sekolahnya, lebih arif, lebih bahagia, lebih banyak mendapatkan ilmu-ilmu agama dan lebih bijaksana dalam memecahkan problem kehidupan yang akan kita dapatkan dan lebih bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan. Itulah ayah kita. Ia curahkan semua pengorbanannya kepada kita. Sekalipun sakit, ia tetap bekerja dan tidak memperdulikan rasa sakitnya asal kita mendapatkan kecukupan hidup. Semuanya demi kita ya ikhwati…,
Dan bayangkan juga teman-teman kita di mana mereka juga ikut andil dalam merubah pribadi kita menjadi pribadi yang indah. Teman-teman kita juga memiliki peran besar dalam melatih tanggungjawab, kebersamaan dan rasa persaudaraan. Adakah kita melupakannya ?
Tak terasa, ada yang tidak kuasa menahan tangis yang semenjak tadi ditahannya. Suasana semakin menampakkan keharuan. Malam yang tadi terasa hening menjadi bergemuruh dengan isak tangis anak-anak didikku. Keharuan yang juga membuat bulu kudukku merinding. Mengenangkan masa-masa kecil adalah pengalaman tak terlupakan. Betapa banyak jasa ayah-ibu dan teman-teman. Bernostalgia dengan orang yang paling kita cinta; ibu dan ayah akan memantik emosional kita sehingga seolah kita tersadarkan dan diingatkan oleh jasa-jasa mereka; di samping juga mengingatkan betapa seringnya kita melukai perasaan mereka padahal kita belum pernah membahagiakaannya. Kita bisa memahami gejolak emosi dan perasaan mereka dengan melihat jawaban-jawaban mereka;
“Ayah, maafkan atas apa yang telah aku lakukan pada ayah. Selama ini, aku sering sekali menyakitimu, aku sering membantah, aku sering marah-marah. Maafkan atas semua perbuatanku selama ini, maafkan aku ayah….., Aku juga minta maaf pada ibu jika aku tidak berterima kasih atas apa yang ibu berikan, maafkan aku ibu jika aku selalu menjadi beban bagimu…maafkan aku ibu….jika aku selalu menyakitimu…Teman-teman, maafkan aku karena aku sering menyakitimu. Mungkin aku ini orang yang tidak mau berterima kasih pada teman-teman. Maafkan aku…”
Jawaban serupa yang mereka tulis, “Ibu, engkau wanita mulia, ingin sekali anakmu ini memelukmu dan menciummu. Berjuanglah, doakanlah aku ibu agar aku menjadi anak yang sholeh-sholehah supaya kita bisa berkumpul kembali di akherat nanti. Semoga pengorbananmu dibalas oleh Allah dengan jannah dan dosa-dosamu diampuni. Terima kasih ibu….terima kasih atas semua pengorbananmu. Terima kasih ibu….,
Pertanyaan ketiga : Sudahkan kita membalas jasa kedua orang tua kita, minimal dengan banyak mendoaan mereka ?
Pertayaan keempat : Sudahkah kita banyak beristighfar kepada Allah atas dosa-dosa kita ?”
Pertanyaan kelima : Siapakah yang akan mendoakan kita ketika kita sudah meninggal dunia ?”
Aku melanjutkan,
Saudara-saudaraku yang aku sayangi…..
Kalau kita sudah mengenang kenangan-kenangan indah bersama ayah dan ibu kita dan pengorbanan mereka yang tidak kenal lelah. Mari kita merenung sejenak, sudahkah kita membalas jasa-jasa mereka, minimal adalah dengan banyak berdoa ?
Ikhwani fillah….Mari kita banyak melantunkan doa yang dituntunkan oleh Rosululloh untuk kedua orang tua kita, -dengan suara terbata-bata saya memandu mereka untuk berdoa;
رب اغفر لي ولوالدي وارحمهما كما ربياني صغيرا
رب اغفر لي ولوالدي وارحمهما كما ربياني صغيرا
”Duhai Allah, ya Allah, ya Tuhanku….ampunilah aku dan kedua orang tuaku. Dan kasihilah mereka sebagaimana mereka mendidikku sewaktu aku kecil.”
”Ya Allah, ya Tuhanku….ampunilah aku dan kedua orang tuaku. Dan kasihilah mereka sebagaimana mereka mendidikku sewaktu aku kecil.”
Acara ini terpaksa berhenti sampai di sini lantaran waktu shalat shubuh sudah mendekati. Terasa spesial mengerjakan shalat shubuh setelah acara itu usai.
Ada tulisan indah dari salah seorang anak didikku yang menuliskan sebuah pesan dan kesan yang akan selalu ku kenang, “Sangat menjunjung tinggi rasa cinta kepada orang tua lebih terasa ikatan hati, saat engkau tunjukkan kepada kami sesuatu yang mungkin, sebelumnya kami belum pernah mendapatkannya.”
Tahukah kita betapa mereka sangat terkesan dengan acara yang membuat mereka menitikkan air mata ini. Inilah sekelumit komentar yang saya dapatkan dari mereka,
Pesan :
Pesan untuk ustadz, ustadz jangan melupakan ana dan teman-teman. Coz, ustadz akan selalu terkenang dalam memori harian ana karena ustadz itu terlalu BAIK….BAIK…..banget. oh ya ustadz, doain ana ya kalau nanti ana sudah meninggal dunia. Supaya bisa masuk jannah. Dan ana akan mendoakan ustadz agar dosa-dosa ustadz diampuni bila nanti sudah meninggal dan masuk jannah. Supaya ustadz, ana, teman-teman atau mungkin anak dan cucu ustadz nanti berkumpul di jannah.
Aku sangat terharu setiap kali membaca kata demi kata dalam tulisan berisi doa di atas. Allah….Allah…..Amin ya Allah, kabulkanlah doa-doa kami.
Kesan :
Acara kemarin seru banget. Selain seru, acaranya juga menegangkan, menakutkan dan menyedihkan. Dengan di adakannya acara kemarin, ana bisa menyadari kalau selama ini amal yang ana lakukan tidak ada apa-apanya, bahkan ana sendiri tidak tahu amal apa yang bisa ana banggakan, justru malah dosa dan maksiat yang sering ana lakukan. Mudah-mudahan setelah acara kemarin, ana bisa lebih berhati-hati dalam mengerjakan segala sesuatu.
Bagi ana, itu adalah suatu pengalaman yang menakjubkan sampai-sampai ana meneteskan air mata. Sekarang Insya’ Allah ana mengerti bagaimana harus bersikap pada orang tua dan orang-orang yang pernah saya kenal. Karena saya sadar hidup tak kan selamanya saya jalani. TERIMA KASIH ustadz, mungkin bisa jadi tulisan ini, pertemuan ini, yang terakhir untuk ustadz dengan ana dan bisa jadi kita tak kan pernah bertemu lagi ! Good luck untuk ustadz….acaranya seru dan mengharukan.
Ada satu pelajaran penting yang saya dapatkan, bila sebuah pengalaman berkesan bagi kita maka ia juga akan berkesan bagi orang lain. Terus terang, jawaban saya sama dengan jawaban mereka tatkala mengikuti kegiatan serupa.
Bahkan, setelah acara itu, selalunya saya merasa malu. Malu dengan diri saya sendiri. Dan tatkala hati ini keras membantu, mengingat kenangan malam itu adalah salah satu cara memperbarui iman dan menghadirkan kembali semangat mengisi hidup dengan kebaikan dan ketaan.
اللهم لاتؤاخذني بما يقولون واجعلني خيرا مما يظنون
Akhi….ukhti…..
Selalunya kita mengidentikkan malam pertama sebagai malam kebahagiaan bersama suami atau istri tercinta. Memang begitulah kenyataannya. Namun kita juga harus jujur; jujur kepada Allah dan diri kita sendiri. Bagaimana reaksi kita bila ternyata malam itu berubah menjelma menjadi malam pertama di dalam liang kubur yang gelap, pekat, sempit dan menyeramkan. Sendirian. Tiada kawan, tiada teman.
Tempat yang membuat Rosululloh melinangkan air matanya tatkala melihat ada seseorang yang dikuburkan; dengan berpesan kepada umatnya tercinta, “Li mitsli hadza, falya’malil ‘amilun….menghadapi hari seperti inilah, hendaknya seseorang beramal.”
Tempat yang juga membuat Utsman bin Affan berhenti sejenak sembari membayangkan apa yang terjadi dalam kubur; antara nikmat dan siksa, hingga beliau menangis dan berkata, “Aku pernah mendengar Rosululloh saw bersabda, “Kubur adalah salah satu taman dari taman-taman jannah, atau parit dari parit-parit neraka.”
Tempat yang juga membuat Harun Ar-Rasyid jatuh sakit hingga menyebabkan kematiannya. Dan tatkala ajalnya sudah hampir tiba, ia berkata, “Ya man la yazulu mulkuhu, irham man zala mulkuhu…Duhai dzat yang kekuasaannya tidak akan pernah hilang, kasihilah hamba yang akan kehilangan kekuasaanya.”
Tempat yang juga dijadikan rehat oleh salah seorang salaf tatkala ia mendapati kekerasan hatinya. Ia menggali lubang di dalam rumahnya. Tatkala tengah malam tiba, ia bangun dan tidur di pekuburan buatannya sembari berkata kepada dirinya sendiri, “Wahai jiwa, apa yang engkau inginkan sekarang? Aku ingin kembali ke dunia. Aku ingin banyak beramal shaleh” ia pun bangkit dan tumbuh semangat imannya.
Begitulah generasi terbaik umat ini membangkitkan spirit imannya. Terkadang satu kuburan lebih dahsyat dan berkesan dalam jiwa dari ribuan materi pelajaran yang didapatkan. Adakah kita memungkiri kenyataan bahwa kita akan melewatinya ? tetangga, saudara, kerabat dan orang-orang yang kita cinta pergi satu per satu meninggalkan kita namun kita lupa atau pura-pura terhadap kenyataan yang pasti akan kita temui nanti.
Sudah siapkah kita kalau pada saat ini; pagi, siang atau malam ini kita melalui malam pertama di kubur kita ?? Allahumma inna nas’alukal ‘afiyah, fid dunya wal akhirah….
Kegiatan ini diuji cobakan kepada anak-anak YUPPI, soreang pada 12 Juni 2009. Jumlah peserta sekitar 13 orang, dengan nama; akhi andi, akhi gilang, akhi iqbal, akhi hamzah, akhi gin-gin, dan lain-lain. Beribu terima kasih ku ucapkan kepada mereka. Aku merindukan kalian ya ikhwani…..,
Semoga bermanfaat,
Akhukum fillah, Ibnu Abdul Bari el Afifi.
Admin says
Berikut komentar teman-teman FB yang masuk lewat inbox ;
1. Hendra Setiadi : Tulisannya sdh ana baca…LUAR BIASA….
2. Saeful Bahri : Jayid jidan ustadz, subhanalloh tulisannya luar biasa, mengaduk2 emosi dalam diri….membuat mata ini berkaca-kaca, sadar harus banyak melakukan perbaikan….”bagaimana kalau malam ini adalah malam pertamaku?” astaghfirulloh semoga allah mengampuni semua dosa dosa kita semua, dan menerima amal kita (saya khususnya) yang cuma sedikit. amin
meskipun tulisannya panjang, tapi tidak membosankan….tulisan panjang tapi bukan tak berisi, semuanya penuh dengan hikmah disetiap kata yang terkandung, harapan ane semoga ustadz jangan pernah lelah mengingatkan kita semua. jangan berhenti menulis stadz…..(afwan kalau ane cuma comment masalah tulisan) kalau isi ustadz lebih banyak tau. ane tunggu karya selanjutnya.
3. Enno Dian Gusdiani : Subhanallah.. saya tertegun sekaligus malu. karena selama ini note saya sangat jauh dari pemaknaan akan hakekat hidup manusia. tentang ilmu-ilmu Allah yang belum saya ketahui.
4. Fulanah (Sengaja dirahasiakan demi menjaga nama baik); Assalamu’alaikum…Subhanalloh…,
Puji syukur kehadirat ALLOH Yang Maha Besar lg Maha Bijaksana.
Trimksh pa ustad,telah menandai catatan d fb yg brtuliskn nama sy..
Malam ini sedang mati lampu..sy trbangun..lalu sy mnyalakn hp utk mncr sdikt cahaya..lalu sy ingin skali mmbuka fb…
Ktika sy buka…ad catatn dr fb brnama Ibnu…timbul kesombongan dr sy..afwan bapak…sy brkata dg kesombongn tngkt tinggi(krn mrasa sdh cukup ilmu islam)”aghhh…judulny bgini,dah ktebak”…awalny sy enggan tuk mmbcny…tp sy brpikir…sy hrs mndapatkn Ridho Nya bila sy ‘main’ fb..mk sy bacalah note dr bpk…
Dg suasana gelap…sy baca…bc…bc…bc…smpai akhrny…kesombngan ini lulus…mata ini pun tak bs mnahan tangis…malu pd amal2 yg tlah sia2 d prbuat..waktu tak bs brjaln mundur…bgmn kalo esok adlh giliran sy…y ALLOH ampuni hamba…
(trmksh p ustad,sy mohon,p ustad selalu kirimi sy note..mhn y pak
smg ALLOH mengampuni dosa2 bpk,memasukkn bpk kdlm golngn org2 yg briman,smg bpk mlewati yaumul hisab dg slamat,,shirotol mustqm dg slamt…smg bpk masuk kdlm jannah Nya..amin y ALLOH
afwn y pak…komen ny pnjng…(stlh slesai bc note dr bpk…listrik lngsng nyala lg,mngkn inilah cr ALLOH mnegur ksombnganqu),.sy jd tak berdaya……Wassalammu’alaikum.
Sengaja untuk komentar teman-teman tidak ana revisi, sesuai dengan komentar mereka aslinya.
Admin says
Berikut ini beberapa komentar teman-teman FB ;
1. Maina Sulistiyowati Sulistiyowati : Menyentuh..bt sy merinding. Jd sadar betapa ‘sombongnya’ qta slma ni. Sukron ats nshtnya..
2. Ibnu Abdirrahman : Two thumbs Up! Great!
Subhanallah, sangat bermanfaat ustadz…
Ana jadi malu, gak bisa ngambil pelajaran dari berbagai hal di sekitar ana.
Syukran , entar anak-anak suruh baca tulisan ini dech….
Tips:
Tulisan yang berkesan di hati adalah yang muncul dari hati. Selalu menghidupkan hati ketika menulis, kunci kesuksesan menulis.
3. Syawaluddin Ar-Raha ; Assalamu’alaykum ya akh…ana merasa merinding,,membayangkan semuanya,,,,sanggupkah kita tinggal di balikpapan nan sunyi.
Astaghfirullaah….jazaakallaahu khayr
4. Ya Aya ; ya alloh….aku smp…dag dig dug…. benr2…mlm renungn…. trmksh byk untuk….. srmn rohny…… allohu akbr smp trs di hati.
5.Rachmania Rachma ; subhanallah…..thank’s bwngt ats saranny ngebaca ni,q nangis ngbcanya,jd inget akn dosa2 q yg bgt bnyk, thank’s….thank’s …..thnk’s bwngt for you pay atention,mga kbaikan sllu mnemani hr2 ustdz.
Admin says
6. Ricka Diah Meutia ; Subhanallah… Syukran Akhi, atas kirimannnya… Semoga saya bisa mengamalkan pelajaran tsb… Dan utk Akhi.. semoga berkah Allah selalu menyertaimu… Amien..Ya Robbal Alamin…
7. Cahaya Zakiyya Az-Zahra ; Allahu Akbar smg Allah mnmptkn dirimu ya akhi ddlm firdausNYA.Kau tlh mmbrikn sy satu lg pljrn pling brhrg sbg mnusia,pljrn bgmn brprlaku pd kdua orgtua n pljrn utk brsiap mnghdpi ajal.Syukron ya akhi,smg Allah merahmatimu dgn cahaya islamiNYA.
8. Indung Ade Sabarli ; Tulisannya sangat menyentuh .. akan selalu mengingatkan perbuatan kita di dunia ini .. apa yg akan kita bawa ke akhirat nanti ? .. Jazakallah khoiron katsiiran ..
9. Metrion Nedi Sykoembank ; Merinding dan lemas raga ini..terasa hina dina dan brdosanya diri ini..ya Allah ampuni hamba.syukran akhi..tulisannya bagus dan bermanfaat.
10. Annisa Meylia Nafilah : subhanaLLah..sebuah ran9kaian kontempLasi & muhasabah yang san99uP menYentiL pribadi qT msg2, sdHkh deTik iNi berlalu untuk-Nya? Mngenai tuLisan, saya rasa struktur dan format penuLisan’a sdH bagus, apala9i den9an sa2ran pubLish d media spt FB ini.. jika d perkenankan saya minta ijin tuk share tulisan ini k temen2 yang lain…jzkmllh
11. Seno Hadi Sumitro (Trainer Life Management Training) ; Dahsyat luar biasa…aq ikut meneteskan air mata hbs baca ini…
12. Inna Sujannah ; jazakaulah khoir ustad…..tak terasa air mata yang ana bendung tertumpah juga…stelah baca catatan ustad, ingin rasanya ana memeluk bapak sambil bersujud memohon maaf,tpi sayang bapak lbih dulu dpanggil olehNya… mohon do’akan ana,bapak,ibu,adik,kakak&saudar2 muslim smuanya ya ustad smoga terhindar dari siksa kubur&siksa neraka…!!!
smoga kita smua menjadi penghuni jannah…Amien.
Lina says
SUBHANALLAH…
Makin berasa bkn siapa” & bkn apa”.
jazakallah khoiron katsir Ust. ats MUHASABAH ny
maesitoh says
Tulisanya SUBHANALLAH….benar2 membuat ku menitikan air mata. Mungkinn benar kita sering melupakan bahwasannya kita akan mengalami kematian…kita sering terlena dengan dunia…syukron…atas tulisannya.. Jujur akhir2 ini aku merasa jauh dari sang pencipta aku lebih sering mementingkan dunia..tapi berkat tulisan ini aku sadar dunia adalah kesenangan sesaat sedangkan akhirat adalah kesenangan yang abadi…doakan aku ya Ustadz semoga bisa menjadi muslimah yang benar2 sholehah dan istiqomah di jalan lurus untuk mencari ridho ALLAH SWT…Amin…dan bisa menjadi anak yang berbakti buat ibu ku dan (ALM) ayahku…Amin
nur says
assalamu’alaikum..mohon izin untuk copy artikel ini
Admin says
Wa’alaikumus salamu wa rahmatullahi wa barakatuh….., sangat -sangat dipersilahkan. Terima kasih sudah mengunjung website oaseimani.com yang sangat sederhana dan apa adanya ini.
R. Indah says
Tanpa terasa saya menangis…
Sbnrnya pertanyaan2 itu yang sering mengisi otak saya.. Ada ketakutan untuk berpulang menghadap-Nya, belum ada bekal. Semoga dengan ini bisa memberi saya semangat untuk sembuh & menjadi manusia yg lebih baik di waktu yang mungkin akan singkat.. Jazakumullah atas ceritanya..
Naya says
Sbhanallah…ntah angin apa yg mmbuat tmbulx keinginan tuk bka2 ctatan “oase” yg trtlis bbrp bln yg lalu. Brawal dr inbox kmrn yg dkrim. Jzakallah khairn… Trkadg memag krn sdh da ilmu, ada keengganan sdkt tuk bca sswt yg qt rasa sdh tdk asing. Namun mhasabh n pringatn tu pnting…jzkumullah sdh bwt ana brlinang air mta, ingt dosa yg menumpuk, smga Allah mengumpulkn qt d jannahNya, dgn pr shodiqin wa syuhada wa sholihin..
Admin says
Amin…., semoga Allah mengabulkan semua doa dan pinta kita
adiratna says
tulisan yang sangat menambah inspirasi…izin copas
Admin says
sangat dipersilahkan…., kami semakin bahagia bila antum atau teman-teman yang lain menyebarkan artikel yang ada di blog ini. Akhukum fillah.
chacha key says
assalamu’alaykum wr.wb. mhon ijin copast y ustadz…. jazakallahu khairan katsir….
Admin says
Wa’alaikumus salamu wa rahmatullahi wa barakatuh….,
wua…., yang ini masih dibaca rupanya. mangga-mangga, sangat dipersilahkan bila antum copas atau share….., kami sangat berterimakasih, jiddan-sejiddannya.
wa jazakallahu khairan; atas kunjungan, komentar dan copas-nya.
Achmad Djatmiko says
Assaamu’alaykum warahmatullahi wa barakaatuhu.
Subhanallaah, alhamdulillaah. Melalui perantaraan tulisan Ustadz, saya mendapatkan tambahan hikmah. Semoga amal baik Ustadz dibalas setimpal oleh Allah Swt. Mohon Ijin untuk saya Share di FB saya.
Terima kasih sebelumnya. Jazakumullaah khairan katsiro.
Wass.wrwb.
Admin says
Wa’alaikumus salamu wa rahmatullahi wa barakatuh…..,
alhamdu was syukru lillahi wahdah. alhamdulillah kalau catetan ini bermanfaat bagi antum. amin amin Allahumma taqabbal dua’ana.
Kalau berminat share atau copas, sangat dipersilahkan. kami sangat berterimakasih sejiddan-jiddannya.
akhukum fillah, Ibnu Abdil Bari el ‘Afifi.
adjatmiko says
Ustadz, saya kirim 2 tulisan di-share sekiranya layak dan patut dipertimbangkan. Terima kasih,
Admin says
iya…., sudah kami publish-kan. jazakumullah ya pak…., kami nanti tulisan-tulisan bapak yang lainnya. akhukum fillah, Ibnu Abdil Bari el ‘Afifi.
siti aminah Al-hadi says
assalamualaikum ustadz…
subhanallah
keluar tetesan itu ketika bait perbait ana membacanya
sykron
semoga malam pertama itu akan indah bertaburan senyum kebahagiaan
aamiin
siti aminah Al-hadi says
afwan ustadz izin share juga ya:)
syukron
Admin says
iya, tafadhal, silahkan dishare. semoga bermanfaat. wa iyyakum….
Admin says
Wa’alaikumus salamu wa rahmatullahi wa barakatuh….,
semoga setiap tetes itu menjadi bukti muhasabah kita; betapa kita belum memiliki apa-apa untuk bersua dengan-Nya….,
amin, Allahumma inna nas’aluka husnal khatimah.
Jeje says
Assalamu’alaikum admin
Menyentuh sekali tulisannya
Sudah 17 tahun berlalu tuliskan ini admin tulis , tapi saat tak sengaja saya baca tulisan ini saya juga tanpa paksaan dan begitu saja air mataku ini berlinang, entah kenapa..
Ya Alloh ampuni aku dan admin ini..
Allohumma Aamiin