Kelahiran Beliau
Beliau lahir di wilayah Urzajan pada tahun 1962 M.
Studi Beliau
Beliau meneruskan sekolah di Sanj Sar, di wilayah Mayond di propinsi Qandahar. Akan tetapi, korupsi besar-besaran dan bencana yang hebat yang meporak-porandakan Afghanistan menjadi sebab terjadinya perselisihan di kalang jama’ah jihad. Hal tersebut membuat Mullah Umar mulai berpikir untuk berperang melawan korupsi dan menghancurkan mungkarat yang telah menyebar hampir di seluruh Afghanistan.
Beliau mengumpulkan murid-murid dari agama tersebut dan dari beberapa kelompok study ( halaqah ) untuk melaksanakan tujuannya pada musim panas tahun. Pada tahun 1994 M, mereka mulai bekerja dengan beberapa bantuan beberapa pengusaha dan tuan tuan tanah. Beliau bersama kelompok kecil murid sekolah ilmu syari’ah dan Maulawi Afghan di Qandahar mulai memburu para perampok dan pencuri yang menjarah para musafir maupun pedagang. Kemudian para murid yang dipimpin Mullah Umar melucuti senjata para pencuri dan mendapati beberapa wanita terbunuh, para pencuri melarikan diri dari Qandahar.
Masyarakat disana kemudian mengganti gubernur yang merupakan pengikut Rabbani yang memerintah Kabul saat itu. Penggantian ini karena ketidakmampuan gubernur untuk menangkap para pencuri yang tak terhitung jumlahnya. Kemudian mereka menunjuk Mullah Umar menjadi amir atas mereka. Kemudian beliau mengumumkan pemberlakuan syari’at di Qandahar. Dan ini cerita awalnya Amirul Mu’minin berkisah dengan mulutnya sendiri yang direkam dan di siarkan stasiun radio bernama suara syari’ah di Qandahar. Stasiun radio ini menjadi stasiun radio islam pemerintah islam. Beliau berkata : “saya telah belajar di sebuah sekolah di kota Sanj Sar di Qandahar dengan sekitar 20 murid yang lain. Kemudian korupsi, pembunuhan, perampasan dan perampok telah melampaui ambang batas dan pengawasan berada pada tangan orang korup dan jahat. Tidak seorangpun membayangkan bisa mengubah dan memperbaiki situasi. Saya telah memikirkan hal tersebut sungguh-sungguh dan berkata pada diri saya sendiri, ……Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah : 286).
Ayat ini cukup bagi saya untuk meninggalkan perkara ini karena tidak satu pun berada dalam kemampuan saya. Akan tetapi saya yakin kepada Allah dengan keyakinan yang murni dan arangsiapa yang meyakini Allah denga keyakinan ini maka harapannya tidak akan sia-sia. Orang-orang mungkin penasaran : kapan gerakan ini mulai ? Siapa di balik gerakan ini? Siapa yang membiayai? Siapa yang memimpin dan mengatur gerakan ini?
Dan saya berkata : awal dari gerakan ini adalah ketika saya menutup buku saya di sekolah dan mengajak satu orang bersama saya. Kami berjalan kaki ke wilayah Zanjawat. Dari sana saya meminjam sepeda motor kepada seseorang bernama Surur, kemudian kami pergi ke Talukan. Itulah awal dari gerakan ini dan hilangkan pemikiran lain dari benak anda.
Kami mulai mendatangi murid-murid di sekolah-sekolah dan kelompok-kelompok kajian (halaqah) pada pagi hari itu. Dan kami telah mendatangi satu halaqah yang diikuti sekitar 14 orang yang sedang belajar. Saya kumpulkan mereka mengelilingi saya dan saya berkata bersama mereka, “Agama Allah telah diinjak-injak. Masyarakat terbuka mempertontonkan perbuatan setan. Ahli agama menyembunyikan agama mereka, sehingga setan mengendalikan seluruh wilayah mereka. Mereka mencuri uang masyarakat, menyerang kehormatan masyarakat, membunuh orang lalu menindihnya dengan batu di pinggir jalan. Mobil yang lalu-lalang melihat mayat dipinggir jalan dan tidak bergerak untuk menguburkannya di bumi secara layak.”
Saya berkata kepada mereka. “Tidak mungkin hanya meneruskan belajar pada kondisi seperti ini. Masalah-masalah tidak mungkin diselesaikan hanya dengan slogan-slogan. Kami, para murid, ingin bangkit melawan korupsi. Jika kalian ingin benar-benar bekerja bagi agama Allah, maka kita harus meninggalkan bangku study. Saya akan jujur kepada kalian. Tidak seorangpun membantu kami meskipun satu rupee (mata uang Pakitan). Sehingga kalian tidak akan berasumsi kami akan menyediakan makanan untuk kalian, bahkan mungkin kami yang akan meminta bantu an makanan dan tenaga dari masyarakat.
Saya berkata, “Ini bukanlah pekerjaan satu hari, satu minggu, satu bulan atau bahkan satu tahun. Ini akan memakan waktu yang sangat lama. Apakah kalian sanggup atau tidak?
Saya berkata untuk memberi semangat mereka, “Setan yang sedang bertahta itu seperti ketel besar yang menghitam karena panasnya. Padahal hari itu adalah hari-hari pada musim panas yang sangat panas. Perang melawan agama Allah sedang dilancarkan. Kami mengaku berasal dari pasukan Allah dan kami tidak dapat melakukan aksi apapun untuk mendukung syari’at-Nya.”
Saya berkata kepada mereka, “Jika kita menaklukkan satu wilayah, kita akan mempertahankannya. Jangan mengeluh tidak bisa belajar atau kekurangan uang dan persenjataan. Jadi, dapatkah kalian melakukan aksi ini atau tidak?”
Kemudian tidak satu pun dari empat belas orang tersebut yang menerima rencana untuk melakukan aksi dan mereka berkata, “Kami mungkin bisa melaksanakan beberapa tugas pada hari jum’at.” Jadi saya berkata kepada mereka, “Siapa yang mau melakukan di ujung ini?”
Saya menjadikan Allah ta’ala sebagai saksi bahwa ini adalah kebenaran saya akan bersumpah atas hal tersebut di hadapan Allah ta’ala, di hari pembalasan. Gerakan ini adalah akibat dari keyakinan kepada Allah karena jika saya mengukurnya dari hasil pendidikan sekolah atau halaqah seperti halaqah tersebut, saya mungkin telah kembali ke sekolah. Tetapi saya memenuhi janji kepada diri saya sendiri untuk mencari ridha Allah ta’ala. Sehingga Allah ta’ala menolong saya seperti yang telah anda lihat sekarang ini. Setelah itu saya pergi ke tempat halaqah yang lain, saya diikuti tujuh orang. Setelah saya menjelaskan apa yang telah saya paparkan sebelumnya, semua peserta halaqah siap ikut melakukan aksi gerakan bersama saya.
Semua peserta berasal dari satu bangsa, tidak ada perbedaan antara yang muda dan yang tua, antara yang anak-anak dan yang remaja, yang pria dan wanita. Pekerjaan didasarkan pada ketetapan dari Allah ta’ala, sehingga Allah menguji saya sejak permulaan gerak ini. Kemudian kami pergi lagi mengendarai motor ke beberapa sekolah dan halaqah, sampai waktu shalat ‘Ashar tiba, terkumpul 53 orang yang siap. Kemudian saya mengatakan kepada mereka, “Datanglah besok pagi.” Dan saya kembali ke sekolah di Sanj Sar. Akan tetapi, mereka telah datang pada pukul 01:00 dini hari ke Sanj Sar. Jadi, itulah permulaannya.
Pekerjaan telah dimulai bahkan 24 jam berlalu dari idenya. Salah satu dari teman saya memimpin mereka shalat. Ketika dia telah selesai memimpin shalat shubuh, seorang pengikut berkata, “Malam tadi ketika saya sedang tidur, saya melihat para malaikat memasuki Sanj Sar dan tangan-tangan mereka begitu lembut, jadi saya minta mereka mengusap saya untuk perlindungan.”
Dan pagi itu, pada pukul 10:00, kami minta dua bantuan mobil dari al-Hajj Bishri, salah satu pengusaha di wilayah tersebut. Dia memberi kami dua buah mobil, sebuah mobil kecil dan sebuah truk kargo besar. Kemudian kami memindahkan murid-murid tersebut ke wilayah Kashk Nukhud. Beberapa orang lagi bergabung bersama kami, sehingga jimlah kami menjadi banyak. Kami meminjam persenjataan dari masyarakat. Jadi, inilah permulaan gerakan ini dan ini berlanjut.”
Jihad Beliau
Beliau mulai berjihad jauh bertahun-tahun lampau dan tidak pernah berbicara dalam wawancara dengan republik atau jurnalis. Beliau telah menghabiskan masa jihad melawan Uni Soviet, sebagai pemimpin sekelompok mujahidin di medan jihad di bawaqh komando Mullah Tik Muhammad yang menjadi bagian dari al-Jam’iyyah al-Islamiyah di propinsi Qandahar. Beliau terluka pada sebuah peperangan melawan Uni Soviet yang menyebabkan beliau kehilangan sebelah matanya. Kemudian beliau dari satu organisasi ke organisasi yang lain, sampai menetap pada satu organisasi sebelum peristiwa genting Thaliban dalam “Gerakan Politik Islam” yang dipimpin Maulawi Muhammad Nabi.
Berita perdamaian menyebar di Qandahar. Konvoi dari para murid dan penduduk pripinsi barat daya yang berbatasan dengan Qandahar mulai berdatangan. Penduduk Qandahar yang telah mengetahui perjuangan para murid melawan kejahatan meminta mereka mengambil alih tersebut menjadi wilayah kekuasaan mereka dan menerapkan syari’at islam. Mereka membantu pengalihan kekuasaan dan penerapan syari’at. Dengan begitu para murid disebut “Taliban” (jama’ dari Talabah yang berasal dari bahasa Pashto/Pashtun) mengambil alih kekuasaan hampir seperlima Afghanistan tanpa peperangan, tetapi dengan keinginan penduduknya menginginhkan syari’at dan keamanan.
Taliban, murid ilmu syari’ah di kalangan masyarakat Afghan, telah maju kedepan melewati propinsi-propinsi di utara dan timur tanpa banyak usaha dan Rabani, penguasa di Kabul, tidak mengumumkan sikapnya dikarenakan pengetahuannya bahwa dari pasukan saingannya, Hikmatyar, adalah mereka yang memisahkan wilayah mereka dari Kabul. Sebagai gantinya, dia menawarkan bantuan kepada mereka sebagai sebuah gerakan syari’ah yang memegang kendali atas penduduk yang sangat banyak, menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Tetapi Hikmatyar memerintahkan pasukannya untuk tidak menyerah kepada Thalibandi wilayah Ghazni. Kemudian bagian utara mencapai Kabul, dimana wilayah-wilayahnya telah jatuh ketangan Thaliban satu persatu tanpa peperangan atau dengan sedikit peperangan. Sebagian besar kekuatan, kelompok dan bahkan pencuri dan perampok ulung pun ragu-ragu untuk berperang melawan murid-murid ilmu syari’ah (Thaliban).
Beberapa partai yang lain, seperti partai “Yunus Khalis” dan pasukan “Haqqani” menyerahkan wilayah mereka di Baktiya dan Khost kepada Thaliban. Sebagian besar kekuatan “Sayyaf” menolak berperang dengan Talabah dan menyerahkan “Nankarhar” dengan ibu kotanya “Jalalabad” ketika mereka melihat kepemimpinan Talabah, penerapan syar’i mereka, amar ma’ruf nahi mungkar mereka, perlindungan keamanan yang mereka berikan dan pemberantasan kejahatan tingkat tinggi dan pengamanan jalan raya.
Mullah ‘Umar Sebagai Amirul Mu’minin
Setelah Talabah mencapai pinggir kota Kabul, pertemuan besar digelar oleh para ulama yang jumlahnya mencapai 1500 orang. Pertemuan itu langsung antara 31 Maret sampai4 April 199 M dan Mullah Muhammad ‘Umara secara resmi dipilih sebagai amir dari gerakan Thaliban dan diberi gelar Amirul mi’minin. Sejak hari itu Thaliban mengangapnya sebagai amir syar’I yang menurut mereka memiliki seluruh hak dari khalifah.
Talabah mencapai pinggiran kota Kabul dan pergi menemui Rabbani dengan sejumlah permintaan. Permintaan yang paling penting adalah :
- Penerapan syari’at.
- Menganti penguasa komunis dan pengikutnya dari pemerintahan.
- Memindahkan wanita dari gedung pemerintahan.
- Mencegah korupsi, pelacuran, sinema, musik, video bejat yang telah menyebar di Kabul.
Rabbani meminta satu konvoi dari Thaliban untuk berunding dengannya. Mereka mengirim satu konvoi dan ternyata dikhianati oleh pasukan menteri pertahanan, bahkan setelah mereka mengirim perjanjian bahwa mereka akan menyerahkan senjata, berhenti berperang dan memulai negoisasi. Kemudian pasukan menteri pertahanan tersebut membunuh sejumlah peserta konvoi Thaliban yang datang kepada mereka. Disebutkan bahwa jumlah Thaliban yang dibunuh mencapai 250 orang. Setelah itu tidak ada lagi yang terjadi kecuali Thaliban menyerang Kabul yang takluk begitu cepat pada 26 September 1996 M.
Thaliban menaklukkan wilayah-wilayah utara Afghanistan pada tahun 1997 M. sedang Bamiyan, yang menjadi pusat Rafidhah di Afghanistan takluk pada tahun 1998 M. sebelum itu, lembah Kayan yang dikontrol tentara Aghakani Isma’ili juga tumbang. Thaliban memperoleh rampasan perang berupa senjata yang tak terhitung jumlahnya. Di sebutkan bahwa ahlu sunnah tidak pernah memasuki lembah ini selama 800 tahun sebelumnya.
Seperti itulah kurang dari empat tahun. Thaliban telah menguasai 95 persen tanah Afghanistan sejak Mullah Muhammad ‘Umar, semoga Allah melindunginya dan saudara-saudara mujahidin mulai melindungi kehormatan sekelompok muslimah yang dirusak pencuri dan perampok.
Sumber : Book The Giant Man
Leave a Reply