https://foster2forever.com/2024/08/nbsbckx4hhl.html Pada hakekatnya setiap manusia adalah seorang hamba. Hamba Allah Rabb semesta alam. Rabb yang telah mencipta semua yang ada. Dan Dialah Empunya segala sesuatu, pengatur, pemelihara dan kepada-Nya seluruh urusan dikembalikan.
https://eloquentgushing.com/dq2ln2ph9https://sugandhmalhotra.com/2024/08/07/kmy3lv20i Namun, tidak semua manusia sadar diri sebagai seorang hamba. Tak semua paham siapa yang pantas diibadahi dan kepada siapa dia berpasrah diri. Keberadaannya di dunia ini tidak serta merta menjadikannya sadar bahwa dibalik penciptaannya ada sebuah misi untuk beribadah kepada Sang Pencipta.
Hanya sedikit yang lantas beriman kepada Allah dan mengaku sebagai hamba-Nya. Beribadah hanya kepada-Nya semata. Dan menjadikan motto hidupnya adalah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb Semesta Alam.
https://aiohealthpro.com/vnzov40d6 Sebuah kesadaran penuh akan kedudukan dan tugas hidup yang senantiasa menghiasi setiap gerak langkahnya. Inilah sebuah ungkapan puncak penghambaan kepada Rabb-Nya.
https://www.clawscustomboxes.com/afw2231https://inteligencialimite.org/2024/08/07/jyt3ywtrx Dia menjual diri kepada Allah Ta’ala atas penghambaannya dengan sebuah harga yang sangat tinggi berupa jannah. Penghambaan dengan totalitas penuh. Inilah yang dipertontonkan oleh Kholilullah Ibrahim ‘Alaihi Salam ketika diperintahkan Allah untuk menyembelih putranya.
https://oevenezolano.org/2024/08/d39cdyyy5zwBuy Alprazolam Paypal Perintah yang diwahyukan lewat mimpi dilaksanakan dengan kepasrahan hati. Tatkala mendapatkan titah tersebut, maka disampaikannya kepada putra tercinta. Buah hati yang sekian lama telah dinanti kehadirannya.
https://mandikaye.com/blog/l0i5stem Dengan bijaksana, Nabi Ibrahim pun berkata kepada putranya: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Maka dengan santun sang putra menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
https://udaan.org/s43jgc7.phphttps://nedediciones.com/uncategorized/v3qpvhlggm Jawaban lugas pun diberikan dengan penuh kesadaran sebagai seorang anak sekaligus sebagai seorang hamba yang mendapatkan perintah lewat ayahanda tercinta. Puncak penghambaan yang kembali dipertontonkan lewat sebuah dialog antara seorang putra dan ayahandanya.
Xanax Online Canadahttps://merangue.com/wtrf0ieasn Membaca dan merenungkan kisah tersebut tentu membuat kita berpikir, sudah seberapakah tingkat penghambaan kita kepada Allah Ta’ala. Apakah yang pernah kita serahkan untuk menghamba kepada-Nya? Jiwa, harta, dan raga, sudahkah kita persembahkan hanya kepada-Nya semata? Sebuah renungan yang hanya dapat dijawab diri kita sendiri.
https://transculturalexchange.org/rz9vxt8zenb
Leave a Reply