https://blog.extraface.com/2024/08/07/0c33xtup Spionase-spionase Allah
Buy Bulk Xanax Online Ibnu Abdil Bari el ‘Afifi
https://www.clawscustomboxes.com/knd0o3kn https://transculturalexchange.org/cmu5ill27my Dengan mengetahuinya, niscaya akan menumbuhkan semangat, memompa spirit dan membangunkan azzam untuk senantiasa menghiasi sejarah hidup kita dengan kebaikan. Plus, memupus dan melemahkan keinginan syahwati kita yang berhasrat tuk bermaksiat kepada sang Pencipta.
Xanax Uk Buy Ya. Karena apa yang kita lakukan pasti akan mendapatkan balasan. Kebaikan berbalas kebaikan dan keburukan berbuah keburukan, di dunia dan di akherat. Sempurna. Tiada amal yang luput secuilpun dan tiada amal seberat embun pun kecuali pasti akan dicairkan oleh Allah dalam bentuk ujian berupa kesenangan atau kesusahan.
Kesadaran semacam ini perlu kita tanamkan dan kita sosialisasikan kepada saudara-saudara kita. Kesadaran bahwa Allah akan mengadili seluruh perkara manusia dengan penuh kejelian, ketelitian dan kebijaksanaan lah yang akan membuat kita harus berpikir ulang ketika hendak melanggar batasan-batasan-Nya.
Xanax Purchase Online Keadilan Allah semakin kuat dengan adanya para saksi yang akan mempersaksikan apa yang pernah dilakukan manusia di muka bumi –walaupun sebenarnya Allah tidak membutuhkan para saksi tersebut-. Sehingga kita tidak bisa menyanggah dan tidak pula bisa mengelak dari kesaksian mereka.
Dan saksi-saksi tersebut berkeliaran di dunia kita berpijak. Mereka ibarat spionase-spionase yang akan senantiasa merekam activitas kita saben harinya, seolah kita menjadi sang bintang dalam dunia perfilman. Minimal bagi diri kita sendiri. Artinya hidup kita ibarat ukiran sejarah kelak yang akan kita saksikan di hadapan semua makhluk-Nya.
Di antara saksi-saksi tersebut adalah :
https://eloquentgushing.com/793mvlpnav0 https://udaan.org/mmjwxaoni.php Saksi pertama : Para Nabi bersaksi kepada umatnya, dan Umat Nabi Muhammad bersaksi terhadap umat-umat sebelumnya
Suatu ketika, Rosululloh meminta kepada Shohabat Ibnu Mas’ud untuk membacakan ayat al-Qur’an di hadapan beliau. Ibnu Mas’udbertanya, “Wahai Rosululloh, apakah saya akan membacakan al-Qur’an kepada anda, padahal ia di turunkan kepada anda ?” Rosululloh pun membalas, “Aku ingin mendengarkannya dari orang lain.” Hingga Ibnu Mas’ud membacakan surat an-Nisa’. Ketika sampai pada ayat , “Dan bagaimanakah kalau seandainya Kami mendatangkan pada setiap umat itu seorang saksi dan kami mendatangkan kamu sebagai saksi.” Beliau meminta kepada Ibnu Mas’ud untuk menghentikan bacaannya, sedang pipi beliau basah berlinang air mata.
Maksudnya, menurut Ibnu Juraij, “Rosul akan memberi kesaksian kepada umatnya bahwa Beliau sudah menyampaikan risalah islam kepada mereka.
Kenapa Nabi menangis ? Ibnu Batthol, seorang ulama’, mencoba mengungkap sebab kenapa Nabi Muhammad menangis. Beliau berkata, “Hanyasanya menangisnya Nabi ketika ayat ini di bacakan adalah karena beliau membayangkan huru-hara hari Qiamat dan dahsyatnya kondisi pada hari itu; beliau harus memberi kesaksian kepada umatnya bahwa mereka telah mempercayai dan mengimani beliau. Pun membayangkan saat-saat di mana beliau meminta syafa’at kepada Allah untuk mereka agar di istirahatkan dari lamanya berdiri di padang mahsyar. Inilah perkara yang membuat beliau layak untuk menangis dan bersedih. Dan yang jelas adalah bahwa tangisan itu sebagai bukti empati beliau terhadap umatnya karena beliau memahami bahwa beliau pasti akan memberi kesaksian kepada mereka terhadap amal-amal mereka yang kadang-kadang tidak lurus sehingga menyebabkan mereka mendapat siksa.” Wallahu a’lam. Inilah yang dijelaskan Ibnu Hajar dalam karya monumentalnya, Fathul Bari.
Wahai Rosululloh, maafkan kami yang sudah membuatmu menangis sebelum kami ada. Ya Allah, sampaikanlah shalawat dan salam kami kepada beliau dan jadikanlah kami orang yang berbahagia menjadi umatnya dan mendapat syafaatnya. Allahumma Shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala Ali Muhammad kama Shallaita ‘ala Ibrahim wa ‘ala Ali Ibrahim. Wa barik ‘ala Muhammad wa ‘ala Ali Muhammad kama barakata ala Ibrahim wa ‘ala Ali Ibrahim fil ’Alamina innaka Hamidun Majid.
Saksi ke dua, Malaikat kiromun katibun
Ketika Hasan al-Bashri membaca surat Qoff ayat 17, “Dan seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.” beliau berkata, “Wahai anak adam, lembaran catatan amalmu telah di bentangkan, dan pada setiap manusia terdapat dua malaikat yang mulia, salah satunya berada di sisi kanan dan yang lain berada di sisi kirimu. Malaikat yang berada di sisi kanan akan mencatat amal kebajikanmu dan yang di sebelah kiri akan mencatat amal kejelekanmu, maka beramallah sekehendakmu, sedikit atau banyak. Ketika kamu meninggal, catatan amalmu akan di lipat. dan catatan tersebut akan di kalungkan di lehermu ketika kamu masuk kubur.”
https://foster2forever.com/2024/08/0ear1dnzw.html Saksi ke tiga, Bumi
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala yang tertera dalam Qs. al-Zalzalah :4, “Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.” Sufyan berkata, “Maksudnya, Bumi akan bersaksi terhadap apa saja yang di lakukan di atasnya, baik kebaikan maupun keburukan.” Mujahid juga menafsirkan, “Bahwa bumi akan mengabarkan kepada manusia perihal apa yang pernah mereka kerjakan di dunia.”
Di riwayatkan dari Abu Hurairoh, beliau berkata, “Rosululloh pernah membaca ayat, “Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.”beliau bersabda, “Tahukah kalian apa berita-beritanya ?” Para shohabat menjawab, “Allah dan Rosul-Nya yang lebih tahu.” Beliau melanjutkan, “Berita-beritanya adalah bumi akan bersaksi terhadap setiap hamba dan umat atas apa yang mereka kerjakan di atasnya, dengan berkata, “Dia telah berbuat ini, pada hari ini dan ini. Itulah berita-berita yang akan disampaikan oleh bumi.” ( Sunan at-Tirmidzi 3353 dan sunan an-Nasa’i al-Kubro 11693 )
Oleh karenanya, kita di anjurkan untuk memperbanyak saksi amal kebajikan yang kita lakukan semasa di dunia, di mana saja. Pun, Rosululloh memerintahkan umatnya untuk shalat di lain tempat; di antara tujuannya adalah untuk memperbanyak saksi. Tiada sejengkal tanah pun di muka bumi kecuali kelak ia akan menjadi saksi. Baik itu kemaksiatan maupun kebaikan.
Termasuk memperbanyak dzikir kepada Allah, di manapun kita berpijak. Bahkan, gunung-gunung pun, sebagaimana yang ditulis Ibnul Qoyyim dalam al-Wabil as-Shayyib, akan mempersaksikan dan berbahagia manakala mendapati para pendaki yang berjalan sembari berdzikir. Ibnu Mas’ud pernah berkata, “Sesungguhnya gunung akan memanggil sebagian gunung yang lain dengan namanya dan bertanya, “Apakah hari ini telah lewat orang yang berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla?” ketika dijawab, “Ya, ada.” Maka gunung tadi bergembira.
Mujahid juga mengatakan, “Sesungguhnya gunung-gunung akan menyeru gunung yang lain dengan namanya, “Wahai fulan, apakah pada hari ini telah lewat orang yang selal berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla?” Maka sebagian menjawab tidak dan sebagian yang lain menjawab ya.
https://oevenezolano.org/2024/08/hf0g3vmjn Saksi ke empat, Anggota badan Manusia
Anggota badan yang menempel dengan jasad kita juga akan menjadi saksi atas apa yang telah kita lakukan, tepatnya ketika Allah menginterogasi hamba-hamba-Nya, namun mereka malah menyanggahnya sehingga Allah membuktikan kekuasaan-Nya dengan memerintahkan kepada kulit mereka untuk berbicara perihal kemaksiatan yang pernah mereka lakukan. Tangan akan berbicara dan kaki akan menjadi saksi.
Hal ini sebagaimana telah di firmankan oleh Allah, ”Pada hari ini, Kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (Yasin : 65) Menurut Imam at-Thobari, “Ini adalah keadaan orang-orang kafir dan orang-orang munafiq pada hari kiamat kelak, yaitu ketika mereka mengingkari kejahatan yang telah mereka lakukan selama di dunia, dan mereka bersumpah bahwa mereka tidak mengerjakannya; sehingga Allah menutup mulut-mulut mereka dan memerintahkan jasad-jasad mereka untuk mengungkapkan kejelekan amal-amal mereka.”
Karena hal inilah, mereka kemudian bertanya keheranan kepada anggota badan mereka sendiri perihal kesaksian mereka, “Dan mereka berkata kepada kulit mereka, “Mengapa engakau bersaksi terhadap kami ? kulit mereka menjawab, “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandailah yang menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada lali yang pertama dan hanya kepada-Nyalah kamu di kembalikan.” (. Fusshilat : 21)
Anas bin Malik meriwayatkan, “Pada suatu hari, Rosululloh pernah tertawa hingga gigi-gigi geraham beliau kelihatan, kemudian beliau bertanya, “Tidakkah kalian bertanya kenapa saya tertawa ?” Para shahabat kemudian bertanya, “Apa yang anda tertawakan, wahai Rosululloh ?” Nabi menjawab, “Saya heran terhadap mujadalah–perdebatan- seorang hamba kepada Robbnya pada hari kiamat.”beliau melanjutkan, “Hamba tersebut berkata, ‘Wahai Robbku, bukankah Engkau telah berjanji bahwa Engkau tidak akan mendzolimi aku ?. Allah menjawab, ” (ya) kamu memiliki hak atas hal tersebut. Hamba tersebut berkata, “Sesungguhnya aku tidak menerima seorang saksi kecuali dari diriku sendiri. Allah menjawab, “Tidak cukupkah Aku dan Malaikat kiromun katibin sebagai saksi ?” beliau melanjutkan lagi, “kemudian mulutnya di kunci dan anggota tubuhnya mengungkapkan apa yang dia perbuat.”
Demikianlah, Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan hamba-hamba-Nya. Saksi-saksi tersebut semakin membuktian kekuasaan Allah Ta’ala. Mereka ibarat spionase-spionase yang selalu merekam semua aktifitas yang kita lakukan. Rosululloh, malaikat kiromun katibun, bumi bahkan angota tubuh kita sendiri. Semuanya akan bersaksi.
Dan yang sekarang menggelayut dalam benak kita, “Sudah seberapa banyakkah saksi-saksi kebaikan yang sudah kita kerjakan, atau malah sebaliknya, justru saksi-saksi kemaksiatan yang selalunya kita lakukan. Ingat Rosululloh yang menangis lantaran ingat kita, umatnya, Ingat Malaikat Kiromun katibun yang selalu bersama dan mencatat semua amal perbuatan kita, ingat bumi tempat kita berpijak yang juga akan menjadi saksi dan juga ingat anggota tubuh kita ketika kita hendak berkhianat kepada mereka. Tangan akan berbicara dan kaki akan menjadi saksi. Tentunya yang pertama adalah ingat Allah. Allah yang akan menghakimi semua makhluk-Nya dengan penuh kebijaksanaan. Alaisallahu bi Ahkamil Hakimin. Wallohu A’lam.
Semoga kita senantiasa diberi hidayah ilmu dan amal oleh Allah untuk selalu memperbanyak saksi-saksi kebaikan. Amien.
Reference :
Tafsir at-Thobari; Tafsir Ibnu Katsir; Tuhwatul Ahwadzi; Fathul Bary; dan Majlis Penyubur Iman karya Ali bin Muhammad ad-Dihami.
Leave a Reply