Tidak ada yang berbeda pada Subuh hari itu, terdengar Iqamat berkumandang, kaum muslimin di masjid Nabawi berbaris lurus dan rapat untuk shalat. Selesai memeriksa barisan, Imam menghadap kiblat dan mengangkat tangannya. Terdengar suara takbir, para makmum pun bertakbir. Suasana sunyi sejenak, kemudian terdengar bacaan surat al fatehah. Makmum menyimak al fatehah dengan khusyu’, kemudian mengucapkan Amin setelah imam membaca ayat terakhir al fatehah. Setelah diam sejenak, imam memulai membaca surat Yusuf.
Ya, surat yusuf. Ini bukan shalat subuh di tahun 2011, peristiwa ini terjadi tahun 23 H, tahun 644 MasehiImamnya adalah Umar bin Khattab, makmumnya adalah para sahabat. .Umar biasa membaca surat An Nahl, Hud dan Yusuf pada shalat subuh. Inilah hari terakhir Umar bin Khattab shalat subuh di masjid Nabawi.
Umar terus membaca, hingga sampai ke ayat 84:
وَابْيَضَّتْ عَيْنَاهُ مِنَ الْحُزْنِ فَهُوَ كَظِيمٌ
Dan Yakub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: “Aduhai duka citaku terhadap Yusuf”, dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya).
Umar berhenti membaca ayat karena tak kuasa menahan tangisnya, jamaah pun ikut menangis.
Umar bertakbir lalu ruku’, jamaah pun mengikuti. Tiba-tiba seseorang meringsek ke arah imam, lalu menusuk Umar di perutnya 3 kali. Umar bertakbir tiga kali. Orang itu berlari ke belakang, dan menyabetkan belatinya ke setiap orang yang dilewatinya. 13 orang terkena sabetan belati. 7 orang di antaranya wafat. Seorang sahabat melemparkan jubahnya ke kepala si pembawa belati, jubah itu menjeratnya. Para sahabat membekuknya, dia tidak bisa lari lagi. Dia menusukkan belatinya ke arah dirinya, kemudian menghembuskan napasnya. Dia adalah Abu Lu’lu’ah Al Majusi, seorang persia yang menjadi budak tawanan perang penaklukan imperiuam persia. Di Iran, sebuah bangunan megah berdiri di makam yang diklaim sebagai makam Abu Lu’lu’ah Al Majusi. Banyak orang berziarah ke sana.
Sebelum roboh, Umar sempat menggaet tangan Abdurrahman bin Auf untuk menjadi imam. Umar pun terkapar, darah mengalir dari perutnya. Setelah shalat, para sahabat menggotong Umar ke rumahnya, darah mengalir membasahi baju para sahabat.
Umar terbaring pingsan. Rupanya si majusi meracuni belatinya. Sahabat tidak tahu apakah Umar masih hidup atau sudah mati. Umar tetap diam, sambil darahnya mengalir. Umar tetap diam tak bergeming. Racun sudah bereaksi di tubuhnya.Mereka berupaya membangunkan, mungkin dengan memanggil-manggil namanya, ataupun menggoyang-goyang badannya, tapi Umar tetap diam tak bergerak.
Seseorang berkata, bangunkan dia dengan shalat, kalian tidak bisa membangunkannya kecuali dengan mengingatkan shalat. Ini karena semua sahabat tahu bahwa Umar sangat memperhatikan shalat. Umar tidak main-main dengan shalat.
Lalu para sahabat berkata wahai amirul mukminin, shalat, shalat,
Mendengar kata shalat, Umar terbangun, tubuhnya gemetar, katanya: ya, shalat, orang yang tidak shalat, tidak ada bagian Islam dari dirinya. Keislaman dalam jiwa Umar masih ada, bukan sekedar masih ada, tapi masih dalam kadar yang tinggi.Umar segera berwudhu dan shalat subuh, sambil darah mengalir dari lukanya.
hidup Umar adalah shalat. Ini karena Umar memahami bahwa kadar keislaman seseorang bergantung dari shalatnya.mengalahkan racun yang mengalir dalam darahnya. Yang paling berharga dalamRupanya shalat sudah begitu merasuk ke dalam jiwanya, merasuk ke setiap sel dalam tubuhnya,
Suatu kali, Umar menuliskan pesannya kepada umat Islam, dan menyebarkannya ke seluruh wilayah agar kaum muslimin mendengarnya:
إن أهم أموركم عندي الصلاة فمن حفظها حفظ دينه ومن ضيعها فهو لما سواها أضيع ولاحظ في الاسلام لمن ترك الصلاة
Sesungguhnya perkara agama yang paling penting adalah shalat. Siapa yang menyia-nyiakan shalat, maka dia akan menyia-nyiakan perkara lainnya. Orang yang meninggalkan shalat, tidak memiliki bagian dari Islam.
Meski dalam kondisi sakit dan terluka, Umar masih menjaga iman dan islamnya. Dia tahu bahwa orang yang kehilangan shalat, dia akan kehilangan islam dan iman. Orang yang kehilangan Islam dan Iman berarti telah kehilangan segalanya. Melebihi sekedar kehilangan harta dunia, melebihi kehilangan nyawa.
Shalat adalah barometer islam dan iman. Jika ingin melihat keimanan seseorang, lihatlah shalatnya, lihatlah sikapnya terhadap shalat, lihatlah bagaimana dia shalat. Tapi jangan hanya melihat ke luar, lihatlah ke diri anda sendiri. Perhatikan shalat anda, perhatikan bagaimana anda shalat, perhatikan sikap anda terhadap shalat, anda akan tahu kualitas iman anda dari shalat.
Sebuah kesimpulan yang sangat dalam. Luar biasa
Umar menyimpulkan ini semua dari Nabi Muhammad SAW, yang mementingkan shalat lebih dari segalanya, yang begitu sering memberitahukan pentingnya shalat pada sahabat, mengajarkan pada sahabat tentang pentingnya shalat. Mengajarkan dengan lisannya, yaitu dengan banyaknya hadits-hadits tentang shalat, baik yang menjelaskan keutamaannya, menjelaskan ancaman bagi yang meninggalkannya. Juga mengajarkan dengan perbuatannya, Nabi mengajarkan tatacara shalat dengan lengkap. Hari ini, kita bisa mengetahui seluruh tatacara shalat Nabi.
shalat menjadi penamat akhir kata Nabi Muhammad SAW, menjadi penutup hidupnya. Nabi Saw begitu mencintai umatnya, begitu sayang pada umatnya, tetap memikirkan umat sampai akhir hayat. Saat menjelang ajalnya, Nabi mengulang-ulang kalimat:Pada akhir hayat, pada detik-detik terakhir hidupnya, saat menghembuskan napas terakhir,
Shalat, shalat, dan budak-budakmu, shalat, shalat, dan budak-budakmu, shalat, shalat, dan budak-budakmu.
Ibnu Majah meriwayatkan dari Ummu Salamah: Nabi mengulang-ulang kalimat itu sampai suaranya tidak jelas terdengar.
Sampai suaranya tidak lagi jelas terdengar, karena ruhnya sudah mencapai leher, sampai ruhnya dicabut oleh malaikat, Nabi tidak berhenti mengingatkan umatnya tentang shalat. Hanya pesan penting yang disampaikan pada kesempatan terakhir. Seolah Nabi mengirimkan isyarat, bahwa shalat adalah sesuatu yang paling penting dalam hidup seorang muslim, baru kemudian berbuat baik pada budak.
Umar benar-benar meresapi pesan Nabi mengenai shalat dengan seluruh tubuhnya. Hingga tersimpan di memori yang paling dalam, pada otak yang mengatur kerja organ dalam, tubuh, seperti detak jantung, usus, liver dan pankreas, yang tetap bekerja meski sedang pingsan dan tidur.
Bagaimana dengan kita?
[…] By Ibnu Abdil Bari. Oase imani […]