إِنَّ المُؤْمِنَ يُصْبِحُ حَزِيْنًا وَ يُمْسِي حَزِيْنًا وَ لاَ يَسَعُهُ غَيْرُ ذَلِكَ ، لِأَنَّهُ بَيْنَ مَخَافَتَيْنِ، بَيْنَ ذَنْبٍ قَدْ مَضَى لاَ يَدْرِي مَا اللهُ يَصْنَعُ فِيْهِ ، وَ بَيْنَ أَجَلٍ قَدْ بَقِيَ لاَ يَدْرِي مَا يُصِيْبُ فِيْهِ مِنَ المُهَالِكِ.
Hasan al-Bashri Rahimahullah berkata, “Seorang mukmin mestinya sedih setiap pagi dan sore, dan tak ada yang lebih pantas baginya selain itu. Itu karena dirinya senantiasa dihimpit dua kekhawatiran; dosa dimasa lalu, yang ia tak tahu apa yang akan diperbuat Allah terhadapnya, dan umur yang tersisa, yang ia tak tahu dosa besar apa yang bakal diperbuatnya.” (Hilyatul Auliya‘, 1/264).