https://blog.extraface.com/2024/08/07/at0eh01yqw Khutbah Iedul Fithri 1436 H:
https://merangue.com/hyw3lgl10dq
Order Xanax Bars Online Menutup Bulan Ramadhan dengan Istighfar https://foster2forever.com/2024/08/pdvehvooawq.html dan Doa
Ibnu Abdil Bari
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
إنَّ الحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ ونَستَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِالله مِنْ شُرُورِ أنفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أعْمَالِنا مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ ومن يُضْلِلْ فَلا هَادِي لَهُ، أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ ِفي اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
فَيَا أَيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ اَّلذِيْنَ رَضُوْا بِاللهِ رَبًّا وَبِاْلِإسْلامِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَرَسُوْلًا، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَا نَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُؤْمِنُوْنَ اْلمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ عَزَّ مَنْ قَائِل :
] يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ [ -آل عمران: 102
] يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا [ -النساء: 1
] يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا`يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا [ -الأحزاب: 70-71
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرَالْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَشَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا أَلَا وَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ.
https://mandikaye.com/blog/pvqfitu Allahu Akbar 3x La ilaha illallah wallahu Akbar Allahu Akbar wa Lillahil Hamd
https://solomedicalsupply.com/2024/08/07/0ccw8p7 Ma’asyiral Muslimin Rahimaniyallahu wa iyyakum …,
Yang pertama; segala puja dan puji syukur kita haturkan kepada Allah Sub hanahu wa Ta’ala atas semua nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga, terlebih nikmat hidayah dan iman yang hanya Dia berikan kepada hamba-hamba pilihan-Nya. Rasulullah pernah bersabda,
« إِنَّ اللَّهَ قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَخْلاَقَكُمْ كَمَا قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَرْزَاقَكُمْ وَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُعْطِى الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لاَ يُحِبُّ وَلاَ يُعْطِى الدِّينَ إِلاَّ لِمَنْ أَحَبَّ فَمَنْ أَعْطَاهُ اللَّهُ الدِّينَ فَقَدْ أَحَبَّهُ ».
“Sesungguhnya Allah membagi akhlak kalian sebagaimana Dia membagi rizki, dan sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memberikan dunia kepada orang yang Dia cinta, dan tidak Dia cinta, tetapi Dia tidak mengaruniai dien kecuali kepada orang yang Dia cinta, maka sesiapa saja yang dikaruniai dien oleh Allah maka sungguh Dia telah mencintanya.” (HR. Ahmad).
Lebih dari itu, dan ini yang perlu kita sadari bersama; nikmat iman inilah yang paling diinginkan oleh orang-orang kafir di neraka jahannam kelak. Allah Ta’ala berfirman,
[رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ (2) ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الأمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ ]
“Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dibuai oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (Al-Hijr : 2-3). Tidak ada hal lain yang lebih diharapkan oleh orang kafir ketika melihat siksa di akhirat kecuali agar dulu ketika di dunia mereka adalah orang-orang muslim.
Yang kedua; shalawat dan salam kita haturkan kepada uswah hasanah dan qudwah shalihah kita, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, keluarga beliau, para shahabat, para tabi’in, dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka hingga hari kiamat kelak. Semoga kita termasuk bagian dari mereka. Aamien.
https://transculturalexchange.org/f95fsp0
Buy Name Brand Xanax Online Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa Lillâhil Hamd,
https://eloquentgushing.com/ctqcb9r Ma’ Prescription Xanax Online â Xanax 2Mg Buy Online syiral Muslim î https://oevenezolano.org/2024/08/sp8ekbs5i4m n Hâdâniyallahu wa iyyâkum ….,
Ramadhan, bulan mulia itu kini telah berlalu, pergi meninggalkan kita dengan kesan-kesan yang mendalam bagi pribadi masing-masing kita….,
Maka berbahagialah mereka, hamba-hamba Allah berpuasa; menahan lapar, dahaga dan syahwatnya karena Allah semata.
Berbahagialah mereka yang melawan kantuknya ketika melantunkan ayat-ayat Allah, menahan letihnya kaki dalam shalat malamnya dengan sepenuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah semata.
Berbahagialah mereka yang membasahi lisannya dengan memperbanyak dzikir kepada Allah; memuji, mengagungkan dan mengesakan-Nya dengan membaca tahmid, takbir dan tahlil.
Berbahagialah mereka yang telah menitikkan airmatanya karena mengharapkan ampunan-Nya…, di tengah malam ketika mata-mata manusia tertidur pulas. Semoga tiap tetes airmata yang jatuh karena takut kepada Allah Yang Maha Esa menjadi sebab dosa-dosanya diampuni, dan menjadi sebab ia dimasukkan ke dalam surga.
Merekalah orang-orang yang beruntung mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ،
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ –رواه البخاري
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa Lillâhil Hamd,
https://www.clawscustomboxes.com/uux7i08 Ma’âsyiral Muslimîn RahimaniyallAhu wa iyyâkum Where To Buy Xanax Uk ….,
Bulan Ramadhan adalah bulan kebaikan, bulan di mana kita memperbanyak ibadah kepada Allah Ta’ala. Selama sebulan penuh, kita isi bulan ini dengan berpuasa pada siang harinya, kita isi dengan Shalat Malam (Shalat tarawih) pada malam harinya, kita isi dengan memperbanyak membaca firman-firman Allah Ta’ala, kita isi dengan membasahi bibir kita dengan berdzikir kepada Allah Ta’ala, kita isi dengan bersedekah, kita isi dengan menjaga Shalat wajib kita dan kita sempurnakan dengan Shalat sunah kita, kita isi dengan amalan-amalan yang mendatangkan ridha Allah Ta’ala.
Maka, setelah kita melaksanakan amal-amal ketaatan itu, ada dua hal yang perlu kita lakukan, yaitu pertama: https://homeupgradespecialist.com/79zecpcy beristighfar kepada Allah dan kedua: https://inteligencialimite.org/2024/08/07/n5015tevt berdoa agar amal shalih kita diterima oleh-Nya.
https://solomedicalsupply.com/2024/08/07/u4tpw8l22p4 Ma’âsyiral Muslimîn RahimaniyallAhu wa iyyâkum ….,
Yang pertama adalah beristighfar.
Beristighfar kepada Allah itu tidak hanya disyariatkan setelah kita berbuat dosa, tetapi juga ketika kita selesai melaksanakan amal-amal shalih, dan inilah yang harus kita lakukan setelah kita beribadah selama sebulan penuh pada bulan Ramadhan. Inilah yang dilakukan oleh orang-orang bertakwa dan ahli ibadah; mereka memohon ampunan kepada Allah setelah mereka sudah mengerahkan segenap upayanya dalam beribadah kepada-Nya. Karena mereka mengakui bahwa ada cacat dan kekurangan dalam ibadah mereka, dan mereka juga menyadari bahwa amal ketaatan mereka tidak sesuai dengan kebesaran dan keagungan Allah Ta’ala. Seandainya bukan karena perintah Allah untuk beramal, niscaya mereka akan malu menghadap Allah dengan ibadah mereka yang penuh kekurangan, dan mereka tidak akan pernah rela menyerahkan ibadah yang penuh kekurangan tersebut kepada Allah. Namun mereka tetap beribadah menjalankan perintah Allah, sekalipun ibadah tersebut penuh cacat dan kekurangan.
Istighfar inilah yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya ketika kita selesai melaksanakan Shalat, setelah kita selesai Shalat malam, setelah kita mengisi lailatul qadar dengan amal-amal yang mendatangkan ridha Allah, dan setelah kita melaksanakan ibadah haji.
https://transculturalexchange.org/xzujdncx1 Allahu Akbar 3x La ilaha illallah wallahu Akbar Allahu Akbar wa Lillahil Hamd
Ma’asyiral Muslimin Rahimaniyallahu wa iyyakum …,
Nabi Muhammad saw adalah teladan dan uswah hasanah kita dalam semua hal, termasuk dalam Shalat; beliau berdiri sesuai dengan perintah Allah, berjalan dengan tenang, memulai Shalat dengan menghadirkan niat, bertakbir dengan mengagungkan Allah, membaca dengan tartil dan perenungan, ruku’ dengan khusyu’, sujud dengan tawadhu’, mengucapkan salam dengan penuh keikhlasan kepada Allah Azza wa Jalla, tetapi petunjuk Nabi saw ketika beliau selesai salam dari shalatnya adalah beliau beristighfar sebanyak tiga kali.
Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits shahih dari Tsauban ra, dia berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا وَقَالَ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
“Apabila Rasulullah saw selesai Shalat, maka beliau beristighfar sebanyak tiga kali, dan berdoa, ‘Allâhumma antas salâm waminkas salâm tabârakta dzal jalâli wal ikrâm.” (HR. Muslim).
Lantas apa hikmah dibalik istighfar setelah melaksanakan ibadah agung ini?.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin Rahimahullah dalam Majmu’ Fatawa wa Rasail-nya menjelaskan tentang hikmahnya. Beliau berkata:
الحكمة من الاستغفار بعد الصلاة، أن الإنسان لا يخلو من تقصير في صلاته؛ فلهذا شرع له أن يستغفر ثلاثاً ثم يقول: “اللهم أنت السلام، ومنك السلام، تباركت يا ذات الجلال والإكرام”، ثم يأتي بالأذكار الواردة عن النبي عليه الصلاة والسلام
“Hikmah istighfar setelah shalat, bahwa seseorang tak lepas dari kekurangan dalam shalatnya. Karenanya, disyariatkan baginya untuk beristighfar tiga kali lalu mengucapkan:
اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
Kemudian membaca zikir-zikir yang bersumber dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.” Selesai nukilan.
Istighfar setelah shalat ini merupakan isyarat dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bahwa beliau tidak mampu menyempurnakan hak Allah dalam ibadah secara maksimal. Karena adanya was-was, teringat sesuatu, dan kekurangan dalam melaksanakan hak Allah yang agung ini. Beliau mengajarkan agar seorang hamba mengakui kelemahan dan kekurangan dirinya dalam menegakkan ibadah kepada Allah dengan sempurna. Karenanya disyariatkan istighfar untuk menyempurnakan yang kurang-kurang tadi. Istighfar ini juga mengajarkan sifat tawadhu’ (rendah hati) agar seseorang tidak terlalu berbangga diri dengan amalnya sehingga timbul ujub dan sombong –yang ini justru menghapus amal kebaikan yang dilakukannya.
Ma’âsyiral Muslimîn HâdâniyallAhu wa iyyâkum ….,
Bentuk ibadah lain yang kita juga dianjurkan untuk beristighfar ketika selesai melaksanakannya adalah shalat malam.
Allah berfirman kepada nabi-Nya,
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
“Dan pada sebahagian malam hari, bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Rabb-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (al Isra’ : 79).
Tentang ayat di atas, Ustadz Sayyid Quthb dalam Adh-Dhilal (6/168) menjelaskan, “Dengan shalat, Al-Qur’an, tahajud dan hubungan (interaksi) yang abadi dengan Allah itulah yang merupakan jalan untuk mendapatkan tempat yang terpuji. Jika Rasulullah saw saja diperintahkan untuk shalat, bertahajud dan membaca Al-Qur’an agar Rabbnya memberikan kedudukan terpuji yang diizinkan oleh-Nya, padahal beliau adalah Nabi terpilih, maka orang-orang selain beliau tentu jauh lebih butuh terhadap sarana ini agar mereka mendapatkan kedudukan yang diizinkan bagi mereka. Inilah jalan itu dan ini pulalah bekal perjalanan itu.”
Allah bahkan menegaskan bahwa salah satu ciri orang bertakwa yang dijanjikan surga oleh Allah adalah orang yang gemar shalat malam, dan lebih dari itu, mereka mengakhiri shalat malamnya dengan beristighfar kepada Allah pada waktu sahur. Allah berfirman,
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ {15} ءَاخِذِينَ مَآءَاتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ {16} كَانُوا قَلِيلاً مِّنَ الَّيْلِ مَايَهْجَعُونَ {17} وَبِاْلأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ {18}
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air. Sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Rabb mereka. Sungguh, sebelum itu, mereka ketika di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik; Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).”
Inilah kondisi orang-orang yang menghidupkan malamnya dengan beribadah kepada Allah ketika banyak manusia pulas dalam tidurnya. Mereka bercengkrama dengan Rabbnya pada saat manusia terbuai dengan bunga-bunga mimpinya. Mereka bangun untuk bermunajat kepada Rabbnya dan membaca firman-Nya pada saat manusia lebih memilih beristirahat di atas kasur empuknya. Mereka menjauhkan dirinya dari tempat tidur demi beribadah kepada Allah, di mana ini semua menunjukkan bahwa mereka lebih mengutamakan untuk mencintai Allah daripada dirinya sendiri.
Maka, tidak mengherankan jika kepercayaan Allah yang menghuni langit (aminus sama’), yaitu Jibril, menemui kepercayaan Allah di muka bumi, Muhammad, lalu Jibril berkata kepada beliau, “Wa’lam anna syarafal mu’min qiyamuhu bil laili, wa izzahu istighna’uhu ‘anin nas….., ketahuilah bahwa kemuliaan seorang mukmin adalah karena dia melakukan shalat malam, sedangkan izzahnya adalah karena dia tidak membutuhkan manusia (karena ia hanya bergantung kepada Allah saja). (HR. Ath-Thabrani dan Al-Hakim, dan dishahihkan oleh Al-Albani).
Sekalipun demikian, mereka mengakhiri munajat mereka dengan, ‘wa bil ashari hum yastaghfirun…., dan pada waktu sahur, mereka beristighfar –memohon ampunan kepada Allah” Imam Abul Barakat An-Nasafi dalam Madârikut Tanzîl wa Haqâ’iqut Ta’wîl (3/358) menjelaskan bahwa sekalipun mereka sudah menghidupkan malamnya dengan shalat tahajud, tetapi ketika waktu sahur tiba, mereka bergegas beristighfar seolah-olah mereka melakukan dosa-dosa pada waktu malam mereka.”
Imam Al-Qusyairi dalam tafsirnya (7/307) juga menjelaskan bahwa melalui ayat ini, Allah mengabarkan tentang mereka –bahwa sekalipun mereka melakukan shalat tahajud dan berdoa, mereka memosisikan diri mereka sebagaimana orang-orang yang ahli maksiat, lalu mereka beristighfar karena menganggap remeh kedudukan dan amal mereka.”
https://foster2forever.com/2024/08/93xm4ni3.html Allahu Akbar 3x La ilaha illallah wallahu Akbar Allahu Akbar wa Lillahil Hamd
https://mandikaye.com/blog/at9xocu Ma’asyiral Muslimin Rahimaniyallahu wa iyyakum …,
Pun, pada lailatul qadar, yang dibaca adalah permohonan seorang hamba terhadap kemaafan dan ampunan Allah Ta’ala. Hal ini sesuai dengan hadits Aisyah ra, bahwa suatu ketika ia pernah bertanya kepada Nabi saw, “Yâ RasûlallAh, araita ini wafaqtu lailatal qadri, mâ ad’^u?…, wahai Rasulullah, menurutmu, apa yang harus aku baca ketika mendapati lailatul Qadar?” Beliau menjawab, “Qûlî, allAhumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni…, berdoalah, ‘Ya Allah, sesungguhnya Engkau MahaPemaaf –MahaPengampun-, yang mencintai kemaafan-ampunan, maka maafkanlah aku.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad).
Inilah kondisi orang yang sudah mengencangkan sarungnya untuk mencari lailatul Qadar pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Sungguh, sebuah karunia yang agung dari Allah bagi orang-orang yang diberikan taufik untuk menghidupkan lailatul qadar tersebut. Sekalipun ia sudah mengisinya dengan ketaatan dan ibadah kepada Allah, yang mereka pinta adalah kemaafan dan ampunan Allah Ta’ala.
https://sugandhmalhotra.com/2024/08/07/k5t9c6er1nx Ma’âsyiral Muslimîn HâdâniyallAhu wa iyyâkum How To Purchase Xanax Online ….,
Allah juga telah memerintahkan para jamaah haji untuk beristighfar setelah selesai dari manasik haji yang paling agung dan paling mulia, yaitu wukuf di Arafah. Allah berfirman,
فَإِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِنْ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّالِّينَ (198)ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (199)
“Maka apabila kalian telah beranjak dari Arafah, maka berdzikirlah kepada Allah di Masy’aril Haram, dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan oleh-Nya kepada kalian, dan sesungguhnya kalian sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian beranjaklah kalian dari tempat bertolak orang-orang banyak (yaitu Arafah), dan mohon ampunlah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Baqarah: 198-199).
Inilah yang dilakukan oleh orang-orang yang shalih dan bertakwa, mereka menutup amal ibadah mereka dengan beristighfar kepada Allah; memohon ampun karena ibadah mereka masih banyak cacat dan kekurangannya, dan ibadah tersebut sejatinya tidak pantas dipersembahkan kepada-Nya. Namun, mereka melakukan itu semata-mata karena melaksanakan perintah-Nya.
Bahkan, inilah Rasul yang kita cintai, Nabi Muhammad saw. Beliau bahkan diperintah Allah untuk beristighfar setelah selesai menyampaikan risalah kenabiannya, padahal beliau telah menunaikan amanah tersebut dengan sebaik-baiknya. Maka, Allah berfirman di dalam surat yang turun terakhir kepada Rasulullah saw, “Idza ja’a nashrullAhi wal Fath, wa ra’aitan nasa yadkhuluna fi dinillahi afwaja, fa sabbih bihamdi rabbika wa-staghfir, innahu kana tawwaba….. apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu melihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu, dan mohonlah ampun kepada-Nya, sesungguhnya Dia adalah Maha Menerima taubat.” (An-Nashr: 1-3).
Melalui surat ini, Allah memberitahukan bahwa ajal beliau sudah dekat, dan Allah memerintahkan beliau untuk beristighfar setelah menunaikan tugas mengemban risalah Allah. Hal ini seolah-olah sebagai penegasan bahwa engkau wahai Rasulalllah telah menunaikan tugasmu dan tidak ada tugas yang lain setelah ini, maka jadikanlah penutupnya adalah istighfar, sebagaimana juga penutup seusai shalat, shalat malam dan juga haji.
Sungguh, ini semua mengingatkan kita tentang salah satu firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Mu’minun ayat 60 ketika Allah menyebutkan sifat orang-orang yang bersegera dalam kebaikan. Allah berfirman,
{ وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ }
“Orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut bahwa mereka akan kembali kepada Rabb mereka.”
Siapakah yang dimaksud dengan ayat yang mulia ini? Kita bisa memahami ayat di atas dengan jawaban Nabi kepada ibunda Aisyah. Di dalam sebuah hadits disebutkan,
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ فِى هَذِهِ الآيَةِ ( الَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ) يَا رَسُولَ اللَّهِ هُوَ الَّذِى يَسْرِقُ وَيَزْنِى وَيَشْرَبُ الْخَمْرَ وَهُوَ يَخَافُ اللَّهَ قَالَ « لاَ يَا بِنْتَ أَبِى بَكْرٍ يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ وَلَكِنَّهُ الَّذِى يُصَلِّى وَيَصُومُ وَيَتَصَدَّقُ وَهُوَ يَخَافُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ »
Dari Aisyah –Radhiyallâhu anha-, ia berkata, “Wahai Rasulullah –Shallallâhu alaihi wa sallam-, tentang ayat, ‘al-ladzîna yu’tûna mâ âtau wa qulûbuhum wajilatun annahum ilâ rabbihim râji’ûn”, apakah itu pada pencuri, pezina dan peminum khamer, dan dia takut kepada Allah?, beliau bersabda, “Bukan wahai putri Abu Bakar, bukan wahai putri Ash-Shiddiq, tetapi mereka adalah orang yang mendirikan shalat, berpuasa, dan bersedekah, tetapi dia taku kepada Allah Azza wa Jalla.” (HR. Ahmad dan Al-Hakim).
https://www.clawscustomboxes.com/4cvdxn3g6t Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa Lillâhil Hamd,
Ma’asyiral Muslimin Arsyadaniyallahu wa iyyakum ….,
Hal kedua yang harus kita lakukan setelah berlelah-letih dalam beribadah selama sebulan penuh pada bulan Ramadhan adalah kita harus memperbanyak berdoa kepada Allah Ta’ala; berdoa agar amal ibadah kita diterima, dan amal shalih kita berpahala. Sungguh, ini adalah sifat orang-orang mukmin.
Mari kita sejenak menghayati doa indah Nabi Ibrahim Alaihis salam. Nabi Ibrahim, abul anbiya, dan khalilurrahman yang namanaya selalu kita panjatkan dalam tasyahud kita agar Allah melimpahkan shalawt dan salam kepada beliau, di samping kepada Nabi Muhammad saw, itu berjasa dalam sejarah peradaban manusia; beliaulah orang yang berdoa kepada Allah agar Allah menjadikan Mekah sebagai negeri yang aman (Ibrahim : 35), dan beliau pula yang berdoa agar Allah menghadirkan di tengah-tengah Mekah orang yang diutus menjadi rasul yang bertugas untuk membacakan ayat-ayat Allah, mengajarkan Al-Kitab dan Al-Hikmah, serta mensucikan hati manusia (Al-Baqarah : 129), dan beliau pula yang meninggikan dasar-dasar Baitullah bersama putranya, Ismail (Al-Baqarah : 127), tapi bersamaan dengan itu semua, Nabi Ibrahim, dan putranya Isma’il Alaihimus salam menyerahkan semuanya kepada Allah, dan berdoa dengan hati yang tunduk lagi khusyuk, “Rabbanâ taqabbal minnâ, innaka antas samî’ul alim, duhai Rabb kami, terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah : 127).
Oleh karenanya, ketika menafsirkan ayat ini, “wa idz yarfa’u Ibrahîmul qawâ’ida minal baiti, wa Ismâ’îlu Rabbanâ taqabbal minnâ, innaka antas samî’ul alim, dan ingatlah ketika Ibrahim dan putranya, Isma’il meninggikan dasar-dasar Baitullah, seraya berdoa, ‘Duhai Rabb kami, terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah : 127), Ibnu Katsir dalam Tafsîr Al-Qur’ânil Azhîm (1/427mengatakan, ‘Dan ingatkanlah wahai Muhammad kepada kaummu, tentang amal Ibrahim dan Ismail dalam membangun Baitullah, serta meninggikan dasar-dasarnya, seraya berdoa, “Rabbanâ taqabbal minnâ, innakas samî’ul alîm.” mereka tengah beramal shalih, tetapi keduanya memohon kepada Allah Ta’ala agar Dia berkenan menerima amal mereka.
Maka, Wuhaib bin Ward pun berlinang airmata ketika membaca, “wa idz yarfa’u Ibrahîmal qawâ’ida minal baiti, wa Ismâ’îlu Rabbanâ taqabbal minnâ, innaka antas samî’ul alim.” Ini. Beliau menangis, dan berkata, “Yâ khalîlarrahmân, tarfa’u qawâ’ima baitir rahmân, wa anta musyfiqun an lâ yutaqabbala minka….., Wahai khalilurrahman, engkau telah meninggikan dasar-dasar Baiturrahman, tetapi engkau takut hal itu tidak diterima darimu.” (Tafsir Ibnu Katsir : 1/427). Sungguh, ini adalah kondisi orang-orang mukmin yang ikhlas dalam beramal.
Ma’asyiral Muslimin Arsyadaniyallahu wa iyyakum ….,
Padahal kita semua tahu bahwa yang memerintahkan adalah Allah Ta’ala, Dzat Yang Mahamulia. Orang yang diperintah adalah manusia pilihan dan salah satu rasul ulul azmi, Ibrahim sang kekasih Allah. Perintah tersebut juga merupakan perintah yang begitu mulia, yaitu meninggikan dasar-dasar Baitullah. Namun dengan segala kemuliaan di atas kemuliaan tersebut, Ibrahim, rasul Allah yang mulia itu memasrahkan semuanya kepada Allah seraya berdoa kepada-Nya agar Dia sudi menerima amalnya.
Kalau hamba Allah semisal Ibrahim, rasulAllah yang merupakan manusia pilihan-Nya saja meminta agar Allah sudi menerima amalnya, maka kita lebih pantas untuk selalu berdoa, “Allahumma taqabbal minna shiyamana wa qiyamana wa shalatana wa shadaqatana wa sa’ira ibadatina.”
Maka, setelah berpuasa sebulan penuh, dan mengisi bulan yang mulia itu dengan amal-amal shalih, tidak ada yang pantas kita lakukan kecuali memperbanyak beristighfar kepada Allah, dan juga berdoa dengan hati yang tunduk agar Allah berkenan menerima shalat-shiyam-qiyam-tilawah-sedekah dan ibadah-ibadah kita…., karena kedua hal ini mutlak diperlukan agar kita tidak ujub dengan ibadah yang kita lakukan, dan juga berharap agar amal kita diterima oleh Allah, dan tidak sia-sia belaka.
Karena, Allah memberitahukan dalam surat Ath-Thûr bahwa ciri penghuni surga adalah mereka yang senantiasa diliputi rasa takut ketika di dunia sehingga mereka memperbanyak istighfar, dan banyak berdoa kepada Allah Ta’ala:
وَيَطُوفُ عَلَيْهِمْ غِلْمَانٌ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ لُؤْلُؤٌ مَكْنُونٌ (24) وَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ (25) قَالُوا إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ (26) فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ (27) إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيمُ (28)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa Lillâhil Hamd,
https://oevenezolano.org/2024/08/4nlqa4krmyf Ma’âsyiral Muslimîn HâdâniyallAhu wa iyyâkum Safe To Order Xanax Online ….,
Sebagai penutup dari khutbah iedul fitri ini, mari kita berdoa agar Allah berkenan menerima amal ibadah kita….,
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ ِفي اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَّللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وْالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَيَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
الَّلهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتِيْ وَسِعَتْ كُلَّ شَئٍ أَنْ تَغْفِرَ لَنَا ذُنُوْبَنَا
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ يَا اللهُ الرَّحْمَن الرَّحِيْمُ الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ أَنْ تَغْفِرَ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَعْفُوَ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَسْتُرَ عَوْرَاتِنَا وَتَتَقَبَّلَ صَلَاتَنَا وَقِيَامَنَا وَصِيَامَنَا وَتِلَاوَتَنَا وَصَدَقَتَنَا وَزَكَاتَنَا، وَجَمِيْعَ أَعْمَالِنَا، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ لَا تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلَّا غَفَرْتَهُ وَلَا هَمًّا إِلَّا فَرَّجْتَهُ وَلَا دَيْنًا إِلَّا قَضَيْتَهُ وَلَا حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ إِلَّا قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Sepenuh cinta,
Akhukum fillah, Ibnu Abdil Bari
Selasa, 14 Juli 2015 pukul 21:57 WIB