https://udaan.org/pbqxi95.php Ignaz Goldziher (1850-1921) adalah satu-satunya orientalis yang sempat belajar secara resmi di Universitas al-Azhar,Mesir.Ia bukan saja aktif menghadiri ‘tallaqi’ dengan beberapa masyayikh di Al-Azhar, bahkan ia pernah ikut shalat Jumat di sebuah mesjid di Mesir.
Xanax Bars 2Mg Buy Ignaz Goldziher seorang Yahudi yang lahir di Hungaria 1850. Ia terlatih dalam bidang pemikiran sejak usia dini. Dalam usia lima tahun, ia mampu membaca teks Bibel “asli” dalam bahasa Ibrani. Pendidikan S1-nya bermula pada usia 15 tahun di Universitas Budapest, Hungaria. Ia sangat terpengaruh oleh pemikiran dosennya, yaitu Arminius Vambery (1803-1913),seorang pakar tentang Turki. Arminius Vambery lah yang banyak mewarnai kehidupan intelektual awal Goldziher. Arminius Vambery adalah keturunan Yahudi yang mengenalkan Theodor Herz (1860-1904) pendiri Zionisme, untuk melobi Sultan Hamid II terkait pendirian Negara Israel di Palestina.
https://merangue.com/eatx5ju7jv Setelah menyelesaikan studinya di Budapest, Goldziher melanjutkan studinya di Universitas Leipzig, Jerman. Ia meraih gelar doktor dari universitas tersebut ketika berusia 19 tahun. Gelar itu diperolehnya setelah dibimbing selama dua tahun oleh Heinrich Fleisher, orientalis Jerman terkemuka. Setelah dari Leipzig, Goldziher melanjutkan penelitiannya di Universitas Leiden, Belanda, selama setahun. Selanjutnya, pada usianya yang ke-21, ia pulang ke kampung halamannya dan menjadi dosen privat (Privatdozent) di Universitas Budapest, Hunagria. Dosen privat pada saat itu adalah sebuah jabatan yang dianugerahkan kepada para intelektual muda sebagai sebuah keistimewaan untuk mengajar di universitas, namun tanpa gaji. Saat yang sama, Goldziher juga dipilih sebagai anggota ” Akademi Sains Hungaria,” sebuah penghargaan yang diberikan pada dirinya.
https://oevenezolano.org/2024/08/hignruap Sebagai “adat” para orientalis untuk mengunjungi dan menetap di negara-negara Muslim supaya secara langsung dapat berinteraksi dengan para ulama, Goldziher juga berkunjung ke Syria dan Mesir pada 1873-1874. Di Mesir, ia dikenalkan oleh Dor Bey,seorang pejebat keturunan Swiss yang bekerja di Kementrian Pendidikan Mesir. Melalui Dor Bey,Goldziher diperkenalkan kepada Riyad Pasha, Menteri Pendidikan Mesir. Setelah berkenalan beberapa lama dengan menteri pendidikan Mesir, Goldziher mengemukakan hasratnya untuk belajar di Universitas al-Azhar. Atas rekomendasi Riyad Pasha lah, Syakhul al-Azhar, ‘Abbasi,Mufti Masjid al-azhar terbujuk. Setelah bertemu dengan Goldziher yang saat itu mengaku bernama Ignaz al-Majari(Ignaz dari Hungaria) dan mengaku dirinya “Muslim” (namun dalam makna percaya kepada Tuhan yang satu, bukan seorang musyrik) , serta dengan kelihaiannya berdiplomasi, maka Goldziher bisa “menembus” al-Azhar. Ia menjadi murid beberapa masyayikh al-Azhar,seperti Syaikh al-Asmawi, Syaikh Mahfudz al-Maghribi, Syaikh Sakka dan beberapa syaikh al-Azhar lainnya.
Setelah sukses “bersandiwara,” Goldziher kembali ke Budapest. Ia menjabat sebagai Sekretaris Zionis Hungaria. Bagaimanapun, kajian tentang Islam lebih mewarnai kehidupannya dibanding keterlibatannya di bidang politik. Goldziher menulis banyak karya tentang studi Islam. Ia menulis misalnya, Muhammedanisnche Studien (Studi Pengikut Muhammad, 2 jilid,1889-1890); Die Riechtungen der islamischen Koranauslegung (Mazhab-Mazhab Tafsir dalam Islam,Leiden,1920) dan masih banyak lagi karya lainnya.
https://www.clawscustomboxes.com/xtfmehc5jy Goldziher adalah orientalis yang mempunyai pemikiran di antaranya menolak kebenaran Hadits. Baginya hadits itu tidak ada yang otentik. Sebabnya, tidak ada bukti empiris yang menunjukan bahwa hadits yang beredar memang pada awalnya berasal dari Muhammad. Dalam pandangan Goldziher, yang telah terjadi adalah “back Projection.” Maksudnya, para perawi hadits meriwatkan haditsnya dengan mengatas namakan Muhammad, padahal Muhammad sendiri tidak mengatakan itu.
Selain itu juga, Goldziher juga menegaskan, hadits itu palsu karena diriwayatkan untuk kepentingan politis dan ideologis dari kaum Muslimin yang sudah terpecah-pecah. Ia juga menyatakan, keliru kalau hukum Islam bersumber dari al-Qur’an dan hadits. Kekeliruan tersebut terletak karena mengandaikan sebelumnya pada zaman Muhammad, kedua-duanya sudah tersedia. Bagaimanapun, kondisi sebenarnya, dalam pandangan Goldziher, sama sekali tidak tersedia. Bagi Goldziher, hadits baru mulai dihimpun pada abad ke-3 Hijriah, 200-300 tahun setelah kematian Muhammad, baru hadits itu ada dalam bentuk tulisan.
https://sugandhmalhotra.com/2024/08/07/z33yw04 Pendapat Goldziher sangat naif. Bukti empiris menunjukkan, hadits telah dihimpun dan tertulis sejak awal abad pertama Hijriah. Dalam kajiannya yang intensif, almarhum Muhammad Hamidullah, seorang sarjana Muslim terkemuka, telah menunjukkan bahwa Abu Hurairah, (m 677/58 H) misalnya telah menghimpun hadits-hadits dari Rasullah saw.
https://blog.extraface.com/2024/08/07/wgnorp8a Muhammad hamidullah telah megkaji hadits-hadits yang ditulis oleh murid Abu Hurairah, yaitu Hammam bin al-Munabbih (m. 719/101 H). Manuskrip-manuskrip Hammam bin al-Munabbih ada di Damaskus dan Berlin. Menurut Muhammad Hamidullah, tulisan (koleksi) tentang hadits sudah tersebar sejak awal abad pertama Hijriah. Bukhari mendapat hadits dari buku yang memuat koleksi hadits gurunya ‘Abd al-Razzaq, yaitu al-Musannaf. Abd al-Razzaq mendapatkan hadits-hadits tersebut dari yang memuat koleksi hadits gurunya, yaitu Ma’mar bin Rashid (m. 87/212 H), yang dikenal dengan al- Jami. Ma’mar adalah murid Hammam bin Munabbih. Jadi, jika bukti empiris yang dituntut, maka bukti tersebut sudah tersedia pada abad pertama Hijriah, yaitu himpunan tulisan hadits yang ada pada buku Hammam bin Munabbih. Oleh sebab itu, pendapat Goldziher telah terbantahkan.
Ordering Xanax Online Selain itu, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan seterusnya juga sangat hati-hati dalam meriwayatkan hadits. Para ulama telah mengklasifikasikan hadits dan menggolongkan dengan kategori dhaif,mawdhu’,mudallas, munqati’ dan seterusnya. Para ulama dalam bidang hadits juga telah mengembangkan ilmu-ilmu yang berpangkal pada sanad seperti rijal al-hadits, ilmu tabaqat al-ruwat, ilmu Tarikh Rijal al-Hadits, Ilmu Jarh wa al-Ta’dil dan ilmu-ilmu yang berpangkal pada matan seperti Ilmu Gharaib al-Hadits, Ilmu Asbab Wurud al-Hadits, Ilmu Tawarikh al-Mutun, Ilmu Talfiq al-Hadits dan ilmu yang berpangkal pada sanad dan matan seperti Ilmu ‘Ilali al-Hadits.
Jadi pengingkaran terhadap hadits jelas naif. Selain bukti-bukti empiris yang menunjukkan, tulisan hadits telah dihimpun pada abad pertama hijriah, para perawi hadits juga telah disaring untuk diterima riwayatnya. Bahkan metodologi hadits yang telah dirangkum oleh para pakar hadits merupakan metodologi yang unik. Sebuah hadits diterima jika rawinya bersifat ‘adil , sempurna ingatannya, sanadnya tidak terputus, hadits itu tidak cacat (‘ilat) dan tidak janggal. Keadilan seorang rawi, dalam pandangan Ibn al-Sam’ani adalah selalu memelihara perbuatan taat dan menjauhi maksiat, menjauhi dosa-dosa kecil yang dapat menodai agama dan sopan santun, tidak melakukan perkara-perkara mubah yang dapat menggugurkan iman dan kepada qadar dan mengakibatkan penyesalan serta tidak mengikuti pendapat salah-satu mazhab yang bertentangan dengan dasar syara’.
Jadi,kriteria yang ditetapkan oleh para ulama hadits begitu ketat. Kebenaran suatu hadits bukan saja ditentukan oleh isi namun juga oleh ahlak. Biarpun isinya benar, namun jika buruk ahlaknya, maka periwatan hadits tersebut akan ditolak. Memasukkan moralitas ke dalam struktur ilmu merupakan keunikan tersendiri dalam bangunan struktur keilmuan Islam.
Kajian mereka tidak akan terkait dengan moralitas mereka sendiri apalagi dengan keimanan. Pengetahuan mereka kepada Islam seharusnya menyadarkan mereka kepada kebenaran Islam. Namun para orientalis justru dengan pengetahuan kepada Islam, semakin menjauhkan diri mereka kepada kebenaran. Dengan perkataan lain, kritikan Goldziher terhadap Islam merupakan upaya untuk “menghibur diri” bahwa agama Yahudi adalah lebih banar. Padahal jika Islam dikritik, maka kritikan sama bahkan lebih tajam terlebih dahulu harus ditujukan kepada Yahudi dan Kristen
https://nedediciones.com/uncategorized/3qu5o8psx Oleh : Adnin Armas,MA
Al-Mujtama edisi 11 Th1/9 Rabiul Awwal 1430H (diambil dari : http://muh-ali.blogspot.com/2009/04/ignaz-goldziher-orientalis-penolak.html ).