Al manshur, sering disebut dengan Abu Ja’far. Dia bernama Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas.
Ibunya bernama Salamah Al Barbariyah (yang berasal dari Barbar) seorang budak yang dikawini oleh ayahnya.
Dia lahir pada tahun 95 Hijriyah. Dia sempat bertemu dengan kakeknya namun dia tidak meriwayatkan apa-apa dari kakeknya. Dia hanya meriwayatkan dari ayahya serta dari ‘Atha’ bin Yasar. Sedangkan orang yang meriwayatkan darinya adalah anaknya sendiri, Al Mahdi.
Dia dibaiat sebagai khalifah berkat penobatan dirinya sebagai putra mahkota oleh saudaranya, As Shaffah. Dia adalah orang yang sangat terpandang dari kalangan Bani Abbas dan terkenal dengan karisma, keberanian, tekad yang kuat, pendapatnya yang cemerlang dan kekejamannya. Dia adalah seorang penumpuk harta yang sangat terkenal. Dia sangat anti dengan semua yang bersifat main-main dan sendau gurau.
Di samping itu, dia juga terkenal sebagai pemilik akal yang sempurna, luas ilmu pengetahuannya dan ahli tentang kejiwaan.
Dia juga terkenal sebagai orator ulung dengan ungkapan kata yang mempesona. Namun berbede dengan As Shaffah, dia adalah sosok yang sangat kikir. Sehingga digelari dengan Abu Ad Dawaniq karena dia menghitung harta sampai pada hal-hal yang kecil untuk pekerjaannya.
Al Manshur menjabat sebagai khalifah pada awal tahun 137 H. Yang dia lakukan pertama kali adalah membunuh Abu Muslim Al Khurasanik, padahal dialah yang telah berjasa mengajak orang-orang untuk membaiat Bani Abbas sebagai khalifah dan sekaligus orang yang melicinkan jalan bagi Bani Abbas duduk di kursi kekhilafan.
Pada tahun 140 H, dia memulai proyek pembangunan kota Baghdad.
Pada tahun 141 H, muncul gerakan Ar Rawindiyah yang mengatakan tentang reinkarnasi. Al Manshur menumpas gerakan aliran sesat ini. Dan pada tahun ini Thibristan ditaklukkan.
Adz Dzhabi berkata: “Pada tahun 143 H, ulama-ulama Islam memulai penulisan hadits-hadits Rasulullah, fikih dan tafsir. Kala itu Ibnu Juraij menulis di Makkah, Malik di Madinah, Al Auza’I di Syam, sedangkan Ibnu Abi ‘Arubah, Hammad bin Salamah dan yang lainnya menulis di Bashrah. Ma’mar menulis di Yaman, Sufyan Ats Tsauri di Kufah. Ibnu Ishaq saat itu menulis kitab Al Maghazi, Abu Hanifah mengarang masalah fikih. Tak lama setelah itu Husyaim, Al Laits dan Ibnu Lahi’ah melakukan tindakan yang sama. Lalu disusul oleh Ibnu Al Mubarok, Abu Yusuf dan Ibnu Wahab.
Ilmu-ilmu keislaman berkembang pesat. Bahasan-bahasan tentang bahasa arab mulai dibukukan, demikian juga sejarah dan kehidupan bangsa-bangsa. Sebelum masa ini para imam berbicara tentang ilmu berdasarkan hafalan yang ada di dalam otak mereka dan melihat ilmu dari mushaf-mushaf yang belum terstruktur.
Pada tahun 145 H, dua orang bersaudara, yakni Muhammad dan Ibrahim, dua anak Abdullah bin Hasan bin Al Husein bin Ali bin Abi Thalib melakukan pemberontakan. Namun, al Manshur mampu memadamkan pemberontakan tersebut dan dia membunuh keduanya beserta sejumlah besar kalangan Ahli Bait Rasulullah.
Pada tahun 146 H, terjadi perang Cyprus.
Pada tahun 147 H, al Manshur memecat pamannya, Isa bin Musa, dari posisinya sebagai putra mahkota yang sebelumnya telah ditetapkan oleh u Saffah untuk menjadi khalifah setelah al Manshur. Isa inilah yang telah memerangi kedua bersaudara di atas dan memenangkan peperangan. “Balasan” yang dia terima dari kemenangan ini adalah pencopotannya dari putra mahkota. Setelah itu Al Manshur mengangkat anaknya, Al Mahdi sebagai putra mahkota.
Pada tahun 148 H, semua kerajaan kecil telah berada di bawah Al Manshur. Pada saat itulah Al Manshur menjadi seorang pemimpin yang disegani dan memiliki charisma yang sangat hebat. Kota-kota besar kini tunduk di bawah kekuasaannya. Tak ada kota yang menyatakan memisahkan diri dari kekuasaannya kecuali Andalusia. Sebab di sana telah berkuasa Abdur Rahman bin Mu’awiyah Al Umawi Al Marwani, namun Abdur Rahman tidak pernah menyebut dirinya sebagai Amirul Mukminin. Dia hanya menyebut dirinya sebagai amir saja. Dmeikian pula yangdilakukan oleh anak-anaknya.
Pada tahun 149 h, proyek pembangunan kota Baghdad selesai.
Pada 150h, tentara-tentara yang berasal dari Khurasan menyatakan memisahkan diri dari kekhilafahan bani Abbasiyah di bawah pimpinan Ustadzsis. Dia berhasil menguasai sebagian besar wilayah Khurasan. Huru-hara terjadi, kejatahan merebak. Peristiwa ini membuat al Manshur berang. Julah tentara dari orang-orang Khurasan sekitar tiga ratus ribu penunggang kuda dan pejalan kaki. Saat itulah diutus Ajtsam Al Marwazi untuk memadamkan pemberontakan ini, namun Ajtsam terbunuh dan para tentaranya dibantai. Lalu diutuslah Hazim bin Khuzaimah untuk memadamkan pemberontakan orang-orang Khurasan tersebut dengan tentara yang lebih besar. Kedua pasukan tentara itu pun bertemu. Peristiwa itu sangat terkenal dalam sejarah sebagai peristiwa yang memilukan. Sebab dalam peperangan ini dari kedua belah pihak terbunuh sebanyak tujuh puluh ribu orang. Dan ustadzsis mengalami kekalahan. Akhirnya dia melarikan diri ke bukit-bukit. Pada tahun setelah itu, Hazim memerintahkan agar semua tawanan dipancung kepalanya. Jumlah mereka adalah empat belas ribu orang. Kemudian dia mengepung Ustadzsis selama beberapa waktu. Ustadzsis terpaksa menyerahkan diri dan tentara Al Manshur mengikatnya lalu mereka melepaskan tentara Khurasan yang berjumlah tiga puluh ribu orang.
Pada tahun 151 H, Al Manshur membangun jalan-jalan dan meratakannya.
Pada tahun 153 H, Al Manshur mewajibkan rakyatnya untuk memakai kopiah yang panjang. Mereka menggunakan kayu dan dedaunan dengan warna hitam.
[…] Al-Manshur bin Abdullah; […]