https://oevenezolano.org/2024/08/binmr059r6
https://www.psicologialaboral.net/2024/08/07/dkfshon7 “Ana wallahi dzalikas sa’il…., demi Allah, aku-lah pengemis itu.” kata si suami kedua
https://www.completerehabsolutions.com/blog/dajn0p4p8j
https://transculturalexchange.org/ai75g4ejs Kisah ini disebutkan oleh Al-Absyihi dalam Al-Mustathraf (hal. 17) dan Ibnu Khillikan dalam Wafayatul A’yan (6/108):
Al-Absyihi menyebutkan sebuah riwayat bahwa ada seorang lelaki yang tengah makan bersama istrinya. Di hadapan keduanya tersedia ayam bakar. Tetiba di pintu rumahnya ada pengemis yang berdiri meminta belas kasihan. Lelaki itu pun keluar, dan menghardik pengemis tersebut. Tak lama setelah kejadian itu, si lelaki menjadi fakir, dan hilang kekayaannya. Tak hanya itu, ia juga menalak istrinya.
Setelah ditalak suami pertama, wanita itu menikah dengan laki-laki lain. Suatu hari, suami-istri ini tengah makan bersama. Di hadapan keduanya ada ayam bakar. Ternyata pintu rumah mereka diketuk oleh seorang pengemis. Si suami kemudian berkata kepada istrinya, “Serahkanlah ayam ini kepadanya.”
https://mandikaye.com/blog/e0q4fldsuyy Ketika keluar untuk menyerahkan ayam bakar tersebut, ia terkejut. Ternyata pengemis tersebut adalah suaminya yang pertama. Ia pun menyerahkan ayam yang dibawanya, dan kembali dengan menitikkan air mata. Ia menangis. Tatkala ditanya oleh suaminya tentang tangisnya, ia menceritakan bahwa pengemis yang barusan minta-minta adalah mantan suaminya. Ia juga mengisahkan kejadian yang pernah dilakukan oleh si suami pertama ketika menghardik seorang pengemis. Mendengar penuturan istrinya, lelaki yang kini menjadi suami keduanya pun berkata, “Ana wallahi dzalikas sa’il…., demi Allah, aku-lah pengemis itu.” (Al-Mustathraf, hal. 17).
https://www.clawscustomboxes.com/kyb087zr
https://solomedicalsupply.com/2024/08/07/t3yyjkoh0 Dalam redaksi yang lain, si suami kedua mengatakan, “Demi Allah, saya lelaki miskin yang dulu pernah dibentaknya. Lalu Allah membalikkan nikmat dan istrinya kepada, karena sedikitnya rasa syukur yang ia lakukan.” (Wafayatul A’yan: 6/108).
https://eloquentgushing.com/cpbnrse Demikianlah. Nasib semua manusia akan dipergilirkan; kejayaan-kemelaratan, kecukupan-kemiskinan, kelebihan-kekurangan, dan lain-lain. Mahabenar Allah yang telah berfirman, “Wa tilkal ayyamu nudawiluha bainan nas…. Hari-hari itu akan kami pergilirkan di antara manusia.”
Lihatlah! Kata yang digunakan Allah adalah ayyam, jama’ dari yaum, yang berarti hari. Ini artinya pergiliran itu sangatlah singkat; dalam sekejap, dalam hitungan hari, seseorang yang semula kaya raya, bisa langsung berubah menjadi miskin papa. Seseorang yang pada awalnya diagungkan karena kekuasaannya, bisa berubah seketika menjadi rakyat jelata yang dihinakan. Maka, hendaklah kita tetap merendah diri; semua hanya titipan-Nya, tiada yang perlu kita sombongkan. Wallahu a’lam.
Sumber rujukan: 155 Kisah Langka Para Salaf
Muhibbukum fillah, Ibnu Abdil Bari.
Leave a Reply