Ubaid bin Umair berkata, “Aku pernah mendatangi Aisyah dan bertanya, “Duhai ibunda, ceritakanlah kisah paling menakjubkan dalam kehidupan Rasulullah.” Diingatkan kembali memori indah bersama suami tercinta, membuat nafasnya terasa sesak di dada. Ada keharuan yang ia rasakan kala itu. Ada tangis yang tertahan ketika mendengar nama orang yang paling ia cinta, Muhammad. Bahkan karena tak kuasa menahan, air matanya tertumpah tanpa bisa ditahannya. Ia menangis sesenggukan dan berkata, “Aku tidak tahu kisah apa yang mesti aku ceritakan kepadamu. Semua perjalanan hidup bersama beliau selalunya menakjubkan. Semuanya fantastic. Tetapi baiklah, akan aku ceritakan kepadamu satu kisah yang masih senantiasa aku ingat.”
“Pada suatu malam, pernah beliau mendekatiku. Kulit beliau sudah menempel pada kulitku, malam itu. Tapi tiba-tiba saja, beliau hendak meninggalkanku seraya meminta keikhlasanku untuk sejenak bermunajat kepada Allah Ta’ala. Kemudian aku katakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, duhai suamiku…, aku ingin dekat di sisimu. Aku siap memenuhi hajatmu.” Namun beliau bergeming dan berlalu meninggalkanku untuk mengambil air wudhu.
Kemudian beliau berdiri shalat malam. Sepanjang shalat, beliau selalu menangis. Ketika berdiri, beliau menangis hingga membasahi janggutnya. Ketika duduk, beliau menangis hingga membahasahi pahanya. Ketika berbaring, beliau menangis hingga membasahi tempat sujudnya. Begitulah keadaan beliau malam itu. Menangis sepanjang shalatnya sehingga Bilal bin Rabbah datang.
Kedatangan Bilal bin Rabbah adalah untuk mengumandangkan adzan pertama; adzan untuk membangunkan manusia agar mereka bangun dan shalat malam. Sedangkan beliau masih dalam keadaan menangis sesenggukan.
Melihat orang yang paling dicintainya di dunia, menangis sesenggukan, Bilal pun iba dan tak terasa air matanya berlinangan juga. Bilal ikut menangis dengan suara serak seraya bertanya, “Duhai Rasulullah, anda menangis ? Bukankah Allah telah mengampuni dosa-dosa anda, baik dosa yang lampau maupun yang akan datang ?”
Beliau menjawab, “Tidakkah pantas bila aku menjadi hamba yang bersyukur. Sungguh, pada malam ini telah turun kepadaku satu ayat; maka sungguh celakalah siapa yang membacanya namun tidak mau memikirkan isinya.”
Ayat tersebut adalah, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (Ali Imran : 190).
“Gemetarnya hati, berlinangnya air mata, dan badan yang menggigil di saat menyimak ayat-ayat Allah dan melantunkan dzikir-dzikir yang disyariatkan merupakan keadaan terbaik yang telah disinyalir dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.” (Fatawa Ibnu Taimiyah : 22/522).
Ikhwati…, luangkan waktu sejenak. Dan belajarlah menangis. Menangis yang murni dari lubuk hati terdalam yang mengakui kealpaan diri kita yang belum secuil pun melaksanakan hak-hak Allah dengan semestinya…., menangis yang tertumpah karena ternyata kita seringkali mendzalimi diri kita dengan mengenyampingkan “CEMBURU”nya Allah ketika Dia menyaksikan kemaksiatan kita. Namun Allah selalu menyayangi kita dengan menutupi dosa-dosa kita dari pandangan mata manusia; agar kita kembali dan menyesali sedemikian rupa di hadapan-Nya. Tumpahkanlah semuanya karena itulah yang Rasulullah ajarkan kepada kita semua. Menangis karena takut siksa-Nya dan menghiba kemurahan-Nya.
Rabbana zhalamna anfusana wa in lam taghfirlana wa tarhamna la nakunanna minal khasirin….,Ya Allah, Duhai Allah, Ya Rabb kami, kami telah menzhalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami, sungguh kami akan merugi.
Selesai ditulis pada Senin sore, 5 April 2010 pukul 16.51 dengan bertemankan lantunan tilawah Syaikh Mathrud ketika sampai pada ayat,
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نزلَ مِنَ الْحَقِّ وَلا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الأمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (al-Hadid : 16).
Reference : Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah, Tafsir Ibnu Katsir dan Hindari neraka dengan air mata.
Akhukum fillah, Ibnu Abdil Bari
Leave a Reply