Lathifah, seorang ibu yang diamanahi 12 orang anak. Sepuluh anaknya lahir ditangani oleh suaminya sendiri. Ia senantiasa yakin atas pertolongan Allah Ta’ala.
https://www.clawscustomboxes.com/3hpwp2uf08x Sore itu, perut Nur Lathifah Abdur Rasyid (44 tahun) terasa sakit seperti hendak melahirkan. Ia kemudian hendak pergi ke bidan untuk memeriksakan kandungan yang memang sudah tua itu. Namun, mendadak hujan turun sangat lebat, sehingga Lathifah, begitu biasa dipanggil, mengurungkan niatnya.
https://www.completerehabsolutions.com/blog/4k8slu7 Waktu terus berjalan, hingga tengah malam ia merasakan darah mengalir ke kakinya. Lalu ia membersihkan darah tersebut di kamar mandi. Ada sedikit ketegangan menyelimutinya. Di rumah tidak ada orang lain selain anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Sedangkan suaminya sedang berdakwah di luar kota. Ia sempat berpikir meminta tolong kepada tetangganya, tapi niat itu diurungkan. Ia tak mau merepotkan tetangganya di komplek Pesantren Darul Aman, Makassar, Sulawesi Selatan.
https://aiohealthpro.com/gtidfpb173 Sesaat kemudian terlintas di dalam benak Lathifah bayangan Maryam, ibunda Nabi Isa ‘Alaihis salam. Maryam saat melahirkan Isa juga sendirian. Hanya pertolongan Allah yang menyelamatkan Maryam dan Isa. Pertolongan Allah itu pula yang Lathifah harapkan pada malam itu.
https://inteligencialimite.org/2024/08/07/59opk2x Usai dari kamar mandi, Lathifah merebahkan dirinya di tempat tidur, sambil terus berdoa. Desakan dari dalam rahimnya semakin kuat hingga ia tak kuasa lagi menahannya. Di tengah kesunyian malam, lahirlah anak ke delapannya. Lancar dan selamat. “Ini kelahiran paling mudah di antara anak-anak saya.” Kata Lathifah.
Xanax Online Uk Lalu, dengan tenang, Lathifah pun merawat bayi yang baru dilahirkannya. Setelah itu, alumnus Ponpes al Mukmin, Ngruki, Solo, ini naik ke ruang atas dan membangunkan anaknya agar segera meminta tolong ke tetangganya. Kata Lathifah, anehnya ia tidak merasakan sakit. Padahal umumnya wanita yang baru melahirkan, jangankan untuk berjalan bahkan untuk bergerak pun terasa sakit.
Itulah ‘keajaiban’ yang dialami Lathifah. Ternyata bukan kali ini saja wanita kelahirana Solo ini merasakan dekatnya pertolongan Allah. Bahkan, kata Lathifah, seluruh kehidupannya adalah berkat pertolongan Allah semata. Tanpa rahmat-Nya semuanya tentu sudah ‘selesai’.
https://foster2forever.com/2024/08/iysyjc6wr5k.html Hidup untuk Allah
Lathifah adalah anak tiri Ustadz Abdullah Sungkar, pendiri Ponpes al Mukmin, Ngruki. Dari ayahnya pula, ia mendapat gemblengan akidah. Di antaranya, ayahnya selalu mengajarkan bahwa hidup itu hanya mengabdi kepada Allah Ta’ala. Bukan untuk yang lain. “Termasuk, hidup saya ini bukan untuk suami.” Ujar Lathifah.
https://www.psicologialaboral.net/2024/08/07/jy9rfv5 Bukan berarti mengabaikan suami, tetapi pengabdian kepada suami itu hanya sebagai perantara pengabdian kepada Allah. Dengan prinsip seperti itulah, Lathifah mengarungi bahtera hidupnya. “Bergantung kepada suami susah, bergantung kepada Allah enak.” Katanya.
https://sugandhmalhotra.com/2024/08/07/7uih5np Lathifah menikah dengan Syawal Yasin pada 1988, karena dijodohkan oleh ayah tirinya. Perjodohan itu terbilang unik karena sebelumnya Lathifah tidak mengenal Syawal. “Ayah hanya bilang ia mujahid.” Kata Lathifah.
https://mandikaye.com/blog/kooszldoaw0 Sejak diberitahu suaminya seorang mujahid, Lathifah memang sudah siap lahir batin. “Termasuk sewaktu-waktu jika suami syahid.” Kata wanita yang kini banyak membina majlis taklim di kota yang dulu bernama Ujung Pandang itu.
Termasuk soal materi, Lathifah tidak pernah khawatir. Ia yakin, Allah sudah menjamin rizki setiap makhluk ciptaan-Nya. Pernah ia kehabisan uang untuk membeli susu untuk anaknya. Ketika malam sebelum shubuh, Lathifah berdoa kepada Allah, “Kalau aku memang tidak bisa beli susu, ya Allah cukupkanlah ASI-ku untuk anakku. Jangan sampai tetanggaku tahu kekuranganku.”
https://udaan.org/4usywrz.php Doa pada pertiga malam memang mujarab. Paginya ada orang mengetuk pintu rumahnya, “Ia mengantarkan uang 400 ribu rupiah.” Kata Lathifah penuh rasa syukur padahal ia tidak kenal dengan orang tersebut.
Buy Alprazolam Nz Lathifah tidak berusaha membatasi jumlah anak. Berapapun diberi Allah, ia terima dengan lapang dada. “Prinsip saya, ridha terhadap semua ketentuan Allah.” Katanya. Prinsip itulah, kata Lathifah yang memudahkan jalan hidupnya. “Karena prinsip itu, sesuatu yang berat terasa ringan.” Lathifah menambahkan.
https://solomedicalsupply.com/2024/08/07/dd8p8dk Kini, Lathifah dikaruniai 12 anak. Yang sulung berusia 21 tahun, sedangkan si bungsu berusia 2 tahun. Lathifah mengakui, memang terasa berat diberi amanah anak sebanyak itu. Bukan soal makanan, tapi lebih kepada pendidikan anak-anak. “Karena saya tak pandai mendidik anak.” Katanya.
https://blog.extraface.com/2024/08/07/ka59cgd96ge Namun, ia buru-buru ingat pesan Allah Ta’ala. Boleh jadi, kata Lathifah sambil menguti[ surat al Baqarah ayat 216, “Kita membenci sesuatu padahal ia amat baik bagi kita. Dan boleh jadi (pula), kita menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kita. Allah mengetahui sedang kita tidak.” Karena mengingat ayat tersebut, maka Lathifah menerima semua anaknya dengan ikhlash dan rasa syukur. Kini, sebagian anaknya sedang menimba ilmu di pesantren. Ada yang di Jawa dan ada pula yang di Makassar.
https://eloquentgushing.com/pl345byi Ada yang unik dari proses kelahiran anak-anak Lathifah. Sepuluh dari anak-anaknya itu lahir di rumah dan ditangani oleh suaminya sendiri, kecuali anak nomor delapan yang ia tangani langsung. Padahal, suaminya tak punya latar belakang pendidikan kedokteran, “Kita belajar dari buku.” Aku Lathifah.
https://transculturalexchange.org/7ox3enxp Alhamdulillah, semuanya berjalan lancer. Hingga kini, anak-anaknya tumbuh secara wajar sebagaimana anak-anak lainnya.
Buying Xanax In Mexico Kalau Lathifah memilih melahirkan di rumah bukan karena tak mampu membayar biaya rumah sakit, melainkan ia merasa lebih nyaman melahirkan di rumah sendiri. “Malau kalau aurat saya dilihat orang lain.” Katanya.
Sumber : Majalah Hidayatullah, edisi 10/XXIII/Februari 2011/Shafar 1432. **oleh-oleh yang diberikan oleh dewan redaktur majalah hidayatullah ketika kami bersilaturahmi, di sela-sela acara workshop 11-25 April 2011**
Leave a Reply