Dalam training jurnalistik dasar, ada satu materi yang sering kali disampaikan, yakni teknik penulisan artikel. Secara garis besar, isi materi tidak jauh berbeda antara satu pemateri dengan pemateri lainnya. Bedanya, metode penyampaian dan inovasi yang dilakukan pemateri. Dalam hal ini, siapa pun sepakat jika menulis adalah kerja praktik. Jika pun materi penulisan artikel disampaikan bukan jaminan peserta training jurnalistik akan menjadi penulis. Menjadi penulis bukan terletak pada seberapa seringnya mengikuti training jurnalistik, tapi pada komitmen dan kemauan seseorang membiasakan dirinya menulis. Tanpa pernah mengikuti training jurnalistik pun, seseorang bisa menjadi penulis.
Mungkin kita sejenak bisa bertanya, apakah Buya Hamka pernah ikut training jurnalistik sehingga bisa menghasilkan karya tulis? Apakah Muhammad Natsir menulis karena mendapatkan teori teknik penulisan artikel? Apakah Imam Bukhari ikut training kepenulisan sehingga bisa melahirkan karya menakjubkan? Apakah Al-Ghazali mendapatkan teori teknik penulisan artikel sehingga mampu menulis?
https://www.clawscustomboxes.com/qz54b7llg6yDalam khazanah Islam, menulis merupakan tradisi selain membaca. Ketika peradaban Islam lahir, membaca dan menulis tidak dapat dilepaskan. Kita pun sering kali mendengar ungkapan Ali bin Abi Thalib, ”Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.” Prof Dr Wahbah Zuhaili (1991) pernah mengatakan salah satu cakupan yang sangat prinsipil dari surat Al-’Alaq adalah keutamaan membaca (iqra’) dan menulis (’allama bi al-qalam) sebagai keutamaan manusia dari makhluk-Nya yang lain.
Menulis sebagai tradisi Islam tentu tidak diragukan. Ulama-ulama tempo dulu memiliki segudang karya tulis yang bisa kita nikmati sampai kini. Imam Bukhari, misalnya, tidak hanya menghasilkan Shahih Bukhari. Beliau menghasilkan kitab pertama kali pada usia 18 tahun. Pernah juga beliau menulis kitab At-Tarikh di atas makam Rasulullah SAW . Dalam riwayat, beliau menghasilkan lebih dari sepuluh kitab. Seorang orientalis Johannes Padersen pernah mengatakan bahwa jarang ada kebudayaan lain dimana dunia tulis-menulis memainkan peranan yang begitu penting seperti dalam peradaban Islam.Pada dasarnya, setiap diri kita memiliki potensi menulis. Jika pun ada training kepenulisan ataupun jurnalistik, itu hanya untuk merangsang dan mengasah kemampuan kita menulis. Selebihnya, ya terserah Anda. Mungkin saja kita perlu menapaktilasi perjalanan ulama-ulama zaman dahulu yang produktif menulis. (By; HENDRA SUGIANTORO).
https://foster2forever.com/2024/08/7qrv2dzqj.html
https://inteligencialimite.org/2024/08/07/dkwx09v29b […] tidak mencoba terapi kesehatan dengan cara ini? Bukankah cara ini mudah, murah, dan praktis? Bahkan menulis tak perlu training. Cukup curahkan semua beban pikiran kedalam bentuk tulisan. Jangan pernah takut salah. InsyaAllah […]
https://oevenezolano.org/2024/08/y7e7gnf5