Sebab sebab tercapainya tamkin https://sugandhmalhotra.com/2024/08/07/ayuojo4ml
Tamkin merupakan ketetapan yang dijanjikan Allah swt terhadap orang-orang yang beriman. Ia akan tercapai dengan menempuh jalan yang mengarah kepada tujuan tersebut. Hal ini sebagaimana tamkin yang diperoleh oleh umat terdahulu mempunyai berberapa sebab yang mesti harus ditempuh. Sebab-sebab diperolehnya tamkin adalah sebagi berikut: Buy Yellow Xanax Bars Online
1. Iman yang bersih dan lurus Xanax Buy Cheap
Iman yang bersih dan lurus merupakan modal utama untuk mendapatkan pertolongan dari Allah swt. Tidak cukup hanya dengan istilah iman, karena pada kenyataannya banyak yang menyatakan diri iman namun tidak mendapatkan tamkin. Hal ini bisa jadi karena iman yang mereka miliki tidak bersih dan banyak tercemari dengan kotoran-kotoran.
Penyebutan kata iman dalam masalah janji kemenangan bukanlah sekedar iman dalam pengertian yang dangkal. Sebagaimana misalnya dalam firman Allah swt “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”. (Qs. As-Shaf: 10-11).
Berkata Ahmad bin Hamdan bin Muhammad asy-syahriy“Pada ayat ini yang mana Allah mengakhirinya dengan janji pertolongan dan kemenangan khitabnya adalah orang-orang beriman. Sebagimana Allah menyerunya dengan sebutan يأيها الذين أمنوا kemudian allah memerintahkan mereka untuk meraih yang dijanjikan dengan melakukan. تؤمنون بالله ورسوله ungkapan ini sebagai bentuk penguat bagi pernyataan iman di awal. Kemudian Allah memerintahkan untuk beriman kepadanya dan rasulnya sebagai bentuk peringatan untuk meluruskan iman dan membersihkannya dari kotorang-kotoran. Hingga dengannya mereka akan mendapatkan pertolongan. Dengan demikian maka pertolongan dan tamkin akan didapatkan dengan kelurusan dan kebersihan iman bukan dari yang lainnya.
Bahkan dalam beberapa kasus orang-orang yang disebut kaum mu’minin justru tidak mendapatkan kemenangan. Ini sebagaimana terjadi pada perang uhud karena ada sebagian dari mereka yang mempunyai tujuan yang tidak lurus. Keimanan mereka mulai tercemar dengan dunia ketika kaum muslimin berhasil mendapatkan ghaniamah. Sebagaimana yang disebutkan oleh ibnu mas’ud “kalau saja hari itu (perang uhud) saya bersumpah bahwa tidak tidak seorangpun yang bertujuan untuk dunia, maka akan aku penuhi sumpah itu. Sampai kemudian Allah menurunkan ayat:
منكم من يريد الدنيا ومنكم من يريد الآخرة
(di antara mereka yang menginginkan dunia dan ada yang menginginkan akhirat) (Qs. Al-Imran: 152)
Begitu pula apa yang terjadi pada perang hunain sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur’an “Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mu’minin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa’at kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.” (Qs. At-Taubah:25)
Dalam sejarah perang hunain ini Allah swt memberika pelajaran bagi kaum muslimin bahwa kemenangan adalah ditangan allah. Bukan di tangan manusia meski mereka berbangga dengan jumlah yang banyak. Dan tentu saja sikap merasa diri ini mencemari keimanan mereka bahwa kemenangan itu hanyalah ditangan Allah swt. Hingga dengannya kaum muslimin justru tidak mendapatkan apa yang dijajikan oleh Allah swt.
2. Al-Qiyadah Ar-Rasyidah
Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa kepemimpinan yang solid dalam suatu jama’ah sangat membantu tercapainya tamkin bagi kaum muslimin. Dengan keberadaannya, potensi ummat akan lebih terarah sehingga da’wah dan jihad akan berjalan lacar dan mempunyai basis pertahanan. Allah swt berfirman: “Dan jika mereka bermaksud menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mu’min”. (Qs. Al-Anfal: 62)
Ibnu katsir berkata: “berkumpulnya mereka atas keimanan kepamu dan ketaatan kepadamu membantu dan menolongmu”. Dari ayat dan penjelasan ibnu katsir dapat kita simpulan bahwa jama’ah yang menjadi pondasi utama bagi tegaknya da’wah yang akan membuahkan tamkin harus memiliki dua kriteria, yaitu jama’ah mu’minah dan mempunyai missi yang lurus untuk menolong agama Allah. Apabila dua hal ini tidak ada padanya atau hilang salah satunya maka tamkin tersebut tidak akan tercapai meski mereka tetap mempunyai loyalitas kepada islam.
Jama’ah semacam ini telah digambarkan di dalam al-qur’an tentang keadaan bani israil terhadap nabi Musa dan Harun “Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu , dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi. Mereka berkata: “Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya”. Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi ni’mat atas keduanya: “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. Mereka berkata: “Hai Musa, kami sekali sekali tidak akan memasuki nya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja” (Qs. Al-Ma’idah: 21-24)
Meski mereka mempunyai loyalitas kepada nabi musa dan harun namun mereka tidak mempunyai missi yang lurus untuk menolong agama Allah maka mereka tidak mendapatkan kemenangan.
3. Program yang tersusun rapi dan penuh perhitungan
Point ini tidak kalah pentingnya karena berkaitan dengan ikhtiyar. Dan perubahan kearah yang baik sangatlah ditentukan oleh usaha maksimal yang ditempuh oleh seseorang. Banyak nash-nash yang menjelaskan tentang besarnya keberuntungan akan diperoleh seukuran dengan usaha yang dilakukan oleh seseorang.
Kaitannya dengan keberadaan harakah-harakah islam pada hari ini, hendaknya mereka benar-benar merancang program yang lebih jitu untuk tecapainya kejayaan Islam. Hal ini tentunya dengan banyak mengaca dan mengambil pengalaman (evaluasi) dari usaha yang selama ini telah ditempuh. Syaikh Abu Mus’ab As-Shuriy memberikan gambaran teori perjuangan ummat kedepan dengan menyusun strategi yang dilandaskan kepada tiga hal :
a. Konsistensi
Maskudnya bahwa dalam menyusun program kedepan harus tetap konsisten dengan apa yang selam ini diyakini. Yaitu bahwa jihad adalah satu-satunya solusi untuk mengatasi berbagai problem yang dihadapi oleh kaum muslimin saat ini.
Melihat kepada realita bahwa kaum muslimin saat ini tertindas, teraniya dan terbantai, maka jihad menjadi fardhu ain bagi kaum muslimin. Bahkan jihad pada saat kondisi kaum muslimin tertindas merupakan kewajiban yang utama setelah iman kepada Allah swt. Berkata syaikhul islam Ibnu Taymiyah:
وأما قتال الدفع فهو أشد أنواع دفع الصائل عن الحرمة والدين واجب إجماعاً، فالعدو الصائل الذي يفسد الدين والدنيا لا شيء أوجب بعد الإيمان من دفعه
“Adapun qital difa’i maka ia merupakan jenis daf’us shail yang paling berat, dalam rangka mempertahankan harga diri dan din merupakan kewajiban menurut ijma’. Musuh yang menyerang, merusak agama dan dunia maka tidak ada amalan yang lebih wajib setelah iman kecuali melawannya”.
b. Koreksi
Merupakan dasar keyakinan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah bahwa hanya perkataan Nabi saja yang mutlak kebenarannya. Sedangkan perkataan manusia lain masih dipertanyakan. Sebagaimana perkataan imam Malik rahimahullah: “Setiap kita perkataannya bisa diterima dan bisa ditolak, keculai penghuni kuburan ini (maksudnya adalh Rasulullah saw)”. Demikian juga kaitannya dengan manhaj perjuangan ada yang bersifat tsawabit (baku) dan ada juga yang mutaghayyirat (nisbi). Dalam perkara yang sifatnya Mutaghayyirat inilah menjadi ladang koreksi terhadap program yang selama ini dilakukan.
Diantara yang perlu dikoreksi adalah tindakan yang selama ini mengarah kepada keberhasilan dan tindakan yang selam ini justru menjadi sebab kegagalan. Hingga dengan mengetahi itu semua kita akan mengubur penyebab kegagalan dan mempertahankan hal-hal yang mengarah kepada keberhasilan. Rasulullah saw memberikan gambaran tentang orang yang cerdas untuk masa depannya dengan sabda beliau “orang cerdas adalah mereka yang mengoreksi dirinya dan mengerjakan apa yang menjadi bekal setelah mati. Adapun orang yang lemah akalnya adalah mereka yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan untuk (mendaptkan ampunan) dari allah. (Hr. Tirmidzi)
c. Pengembangan
Diantara mu’jizat agama kita yang lurus bahwa hukum islam terbagi menjadi dua:
1. Konstan (tidak berubah) serta terperinci hingga tidak ada celah untuk mengganti dan mengubahnya sedikitpun. Ini sebagaiman shalat, whudlu dan yang sejenisnya.
2. Umum dan global. Yaitu garis besar dan kedah umum saja. Kaedah umum ini banyak berkaitan dengan urusan mua’malah yang berkaitan dengan gerakan dan aktivitas manusia. Dan ini bisa berubah-ubah dan berkembang asalkan masih dalam lingkup kaedah umum yang terdapat dan nash-nash syar’i.
kaitannya dengan pergerakan islam, jihad melawan orang kafir merupakan hukum yang bersifat konstan. Sedangkan metode, tata cara, perangkat dan sistemnya bisa berubah-ubah sesuai dengan kondisi. Allah memberikan keluasan bagi hambanya untuk berijtihad dalam hal-hal yang bersifat konstan tersebut.
Kaitannya dengan penyusunan program kedepan maka teori pengembangan ini mencakup tiga hal:
1. Gagasan: yaitu merancang rencana kedepan. Langkah apa yang diperkirakan tepat untuk tercapainya kemenangan.
2. Perangkat: yaitu sarana apa saja yang diperlukan dan siapa pelaku dalam melancarkan gagasan yang telah disepakati. Serta hal-hal lain yang menjadi wasilah tercapinya gagasan tersebut.
3. Metode: yaitu cara apa yang paling tepat untuk mendukung gagasan yang telah direncanakan di awal.
4. Sabar dan Tsabat (teguh pendirian)
Menyatakan diri untuk siap berjuang di jalan Allah merupakan karunia yang besar dan mendapatkan janji yang mulia di sisi Allah. Namun suatu hal perlu dicamkan dalam hati, yaitu bahwa janji yang mulia selalu disandingkan dengan pekerjaan besar. Aktivitas yang membutuhkan kesabaran dan ketegaran. Begitulah perjuang dalam rangka meraih tamkin.
Perjuangan merupakan amanah yang berat, membutuhkan keseriusan berfikir dan kerja keras. Disamping itu merupakan sunnatullah bahwa perjuangan islam pasti akan mendapatkan perlawanan dari Hizbus Syaitan yang ingin memadamkan cahaya islam. Perseteruan tensebut merupak keniscayaan yang pasti terjadi sepanjang masa. Masing-masing pihak akan berusaha untuk menjadi pemenang meski harus mengorbankan nyawa satu-satunya yang ia miliki.
Tanpa kesabaran kemenangan mustahil akan didapatkan. Karena kesabaran merupakan modal utama bagi ketegaran seseorang dalam melakukan suatu usaha. Bahkan allah swt menyatakan kebersamaanya dengan orang-orang yang bersabar “sesungguhnya allah besama orang-orang yang bersabar”. (Qs. Al-Baqarah: 153). Di ayat lain allah juga berfirman “Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung”. (Qs. Al-Anfal: 45)
Bahkan Allah swt menyangkal orang-orang mengira bahwa mendapatkan Jannah adalah urusan sepele dan remeh dengan firmannya: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (Qs. Al-Baqarah: 214)
Referensi:
– Qamus al-muhith
– Awamilun nashri wattamkin
– Fathul qadir
– Ahamiyatul jihad
– Al-jihad wal-ijtihad
– Ar-rahiqul makhtum
– www.saadarmy.com
– Tafsir ibnu katsir
– Fathul bariy
– www.aljazeeratalk.net
– perjalanan gerakan jihad (1930-2002) sejarah, eksperimen, dan evaluasi hal: 212-218
– fatawa al-kubra
-Mereka mujahid tapi salah langkah
jihad, antara nikayah dan tamkin (5)
https://blog.extraface.com/2024/08/07/ny8z1ny by Leave a Comment
Alprazolam Bulario Anvisa
Leave a Reply