https://foster2forever.com/2024/08/6c0k7jn432.html Khutbah Iedul Adha 1431 H
https://homeupgradespecialist.com/1f7fur9 Totalitas Pasrah dan Berkorban : Inti Hari Raya Iedul Adha
https://transculturalexchange.org/u0bheiqmz بسم الله الرحمن الرحيم
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر * الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا، لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد يحيي ويميت وهو على كل شئ قدير
سبحانه والحمد نعمة منه مستفادة، ونشكر له والشكر نحمده أول الزيادة، ونشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له الملك الحق المبين خالق الخلق أجمعين، ونشهد أن محمدا عبده ورسوله وحبيبه وصفيه من خلقه وخليله، صادق الوعد الأمين، المبعوث رحمة للعالمين
https://solomedicalsupply.com/2024/08/07/euicl4093ay اللهم صل وسلم على خاتم النبيين سيدنا محمد وعلى اله الطاهرين وأصحابه أجمعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين، أما بعد :
https://sugandhmalhotra.com/2024/08/07/jhs3cq1g0 قال الله تعالى في محكم تنزيله
https://sugandhmalhotra.com/2024/08/07/8zved4jq أعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102) }
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (103) وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ (104) قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (105) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ (106) وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (107) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآَخِرِينَ (108) سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ (109) كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (110) –الصافات-
https://transculturalexchange.org/k36114jqqi Allâhu Akbar 6X, wa lillahil hamd
Xanax From Mexico Online Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullâh…,
Betapa cepat waktu berlalu. Terasa baru kemarin kita menjalankan shalat Iedul Adha, kini kita berkumpul di tempat ini untuk menjalankan kewajiban yang sama. Tak terasa hari demi hari yang kita lalui, langkah demi langkah yang kita ayunkan terus menggerogoti umur kita, seraya mendekatkan kita untuk bersua Allah Ta’ala. Untuk itulah, Allah selalu mengingatkan tentang pentingnya waktu dalam kehidupan kita,
وَالْعَصْرِ * إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ * إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ } [سورة العصر]
https://polyploid.net/blog/?p=p1xqhrlbl Ingat waktu, ingat umur…, sungguh manusia –yang menyia-nyiakan karunia waktu dan umurnya- berada dalam kerugian yang nyata, kecuali mereka yang selalu mengisinya dengan keteguhan iman dan produktifitas amal shalih, membentengi diri dengan cara saling menasehati dalam kebenaran dan kebajikan.
https://www.completerehabsolutions.com/blog/ozhk1ovlxp1 Allâhu Akbar 3X wa lillahil hamd
Kaum muslimin yang dirahmati Allah…,
Pagi hari ini merupakan momentum yang sangat indah dan penuh makna bagi umat Islam yang saat ini sedang menjalankan ibadah haji, karena dengan selesainya prosesi ibadah haji, mereka telah meraih kemenangan, yang ditandai dengan keberhasilan mereka menjauhi kefasikan ‘maksiat’, dan rafats (hal-hal kotor yang berkaitan dengan seksual). Kemenangan ini telah mengembalikan mereka kepada fitrah nan suci seperti baru dilahirkan dari perut ibu mereka sehingga patut dirayakan. Rasulullah bersabda, sebagaimana yang dicantumkan oleh al Bukhari-Muslim dalam shahihnya,
https://homeupgradespecialist.com/k838zjmrm مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
https://nedediciones.com/uncategorized/18d0xsdnahf Untuk itulah, Iedul Adha disyariatkan.
Bagi kaum muslimin yang tidak menjalankan ibadah haji, hari ini juga sangat bermakna bagi mereka, terutama bagi mereka yang telah berhasil menjalankan berbagai bentuk amal shaleh selama 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, yang ditutup dengan puasa Arafah; dimana amal shaleh pada hari itu lebih dicintai Allah dari semua bentuk amal shaleh apapun pada hari-hari yang lain.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam at Tirmidzi dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda,
Get Prescribed Xanax Online عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ ».
“Tidak ada hari-hari yang di dalamnya amal shaleh lebih dicinta Allah dari sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.” Para shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, tidak juga dengan Jihad di jalan Allah?” “Ya, tidak juga dengan jihad di jalan Allah.”jawab Nabi. “Kecuali jika ia keluar dengan jiwa dan hartanya lalu kembali dengan tidak membawa sesuatu apapun (syahid).” (HR. at Tirmidzî, kitab al Shaum ‘an Rasulillâh, bab mâ jâ’a fî ayyâmi al asyr, nomor 688).
Buy Alprazolam Canada Ada sebuah pertanyaan, mana yang lebih utama; malam lailatul qadar atau hari Arafah? Bukankah malam lailatul Qadar –malam yang lebih baik daripada seribu bulan- adalah malam terbaik?
Dalam hal ini Ibnu Taimiyyah menjawab, “Sesungguhnya tidak ada kontradiksi antara keduanya, Malam terbaik adalah malam lailatul Qadar, sementara siang terbaik adalah hari Arafah.” Keduanya merupakan bagian dari kebaikan-kebaikan yang dianugerahkan Allah kepada kita.
Karena keberhasilan mereka melewati masa 10 hari yang dihiasi dengan beragam bentuk amal shaleh tersebut, maka mereka patut merayakannya, dank arena itulah disyariatkan Iedul Adha. Sehingga dengan demikian, hari ini merupakan hari perayaan bagi seluruh umat Islam yang telah berhasil menjalan amal shaleh, dan berhasil menundukkan hawa nafsu; baik yang haji maupun tidak.
Sebagaimana Iedul Fitri yang dirayakan kaum muslimin karena telah berhasil menjalankan ibadah puasa bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah Ta’ala.
Hal ini untuk memberikan gambaran bahwa konsepsi “Hari Raya” dalam Islam adalah hari di mana seorang muslim berhasil menjalankan amal shaleh dan meninggalkan kemungkaran (al Ied huwa yaumun tuthî’ullaha fîhi wa lâ ta’shîhi). Sungguh berbeda dengan konsepsi lain yang mempersepsikan hari raya sebagai hari yang dipenuhi dengan hura-hura belaka, bersenang-senang, melepaskan diri dari rutinitas dan beban.
Allâhu Akbar 3X Allâhu Akbar wa Lillâhil Hamd
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullâh…,
Karena ketinggian hari raya ini maka kita tidak boleh melewatkan begitu saja. Keagungan hari ini harus kita maknai sehingga memiliki nilai plus dalam kehidupan kita.
Diantara makna yang terkandung dalam hari raya kurban ini berdasarkan peristiwa yang melatarbelakanginya adalah ajaran dan arahan tentang https://oevenezolano.org/2024/08/yu4v3f88r Totalitas kepasrahan diri kepada Allah.
Contoh tentang totalitas kepasrahan diri ini benar-benar dicontohkan oleh keluarga Nabi Ibrâhim alaihis salâm, sehingga bagi keluarga yang agung ini, kepasrahan diri bukan sekedar pernyataan tanpa kenyataan, bukan pula janji tanpa bukti namun ditunjukkan dan dibuktikan dengan pengorbanan; mengorbankan apa saja yang dimilikinya hingga sesuatu yang paling berharga sekalipun.
Kepasrahan keluarga Ibrahim kepada Allah ini dapat dilihat dari kepasrahan beliau dalam menerima ujian belum dianugerahi pura dari pernikahannya dengan Sarah yang sudah berjalan bertahun-tahun. Namun demikian beliau tidak putus asa, tidak pernah berhenti berharap kepada Tuhan yang Maha Mendengar segalah pengharapan, seraya berdoa, “Rabbî hablî minas shâlihîn…, Duhai Rabbku, karuniakanlah kepada kami anak yang shaleh.”
Doa yang dipanjatkan dengan penuh pengharapan dan kekhusyu’an tersebut ternyata tidak sia-sia karena pada akhirnya Allah mengabulkan permohonan tersebut dengan mengaruniakan seorang anak yang amat sabar (fa bassyarnâhu bi ghulâmin halîm, maka Kami berikan kabar gembira dengan anak yang amat sabar), yaitu Isma’il, melalui pernikahan beliau yang kedua dengan Hajar.
Namun demikian, awal dari kegembiraan yang mulai bersemi dalam keluarga Nabi Ibrahim tersebut harus berhadapan dengan gelombang ujian lanjutan karena tidak lama setelah kelahiran putra yang telah lama ditunggu-tunggunya, Ibrahim mendapatkan wahyu untuk membawa istri dan anaknya yang baru lahir menuju lembah terpencil yang tidak berpenghuni lagi gersang. Dengan penuh kepasrahan, Ibrahim, istri dan anaknya yang masih kecil mungil itu memenuhi perintah Allah; berjalan dari Harran menuju Mekkah dengan melewati Kholil Palestina. Sebuah perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan.
Tidak hanya itu, sesampainya di tempat tujuan, Ibrahim kembali mendapatkan wahyu untuk meninggal istri dan anaknya tercinta di tempat yang menyeramkan itu, dan lagi-lagi dengan penuh kepasrahan dan tawakkal, Ibrahim menerima perintah tersebut. Dengan penuh khusyu’, Ibrahim bermunajat kepada Allah, “Rabbanâ innî askantu min dzurriyatî bi wâdin ghairi dzî zar’In `inda baitikal muharrami rabbanâ li yuqîmus shalâta faj`al af`idatan nâsi tahwî ilaihim warzuqhum minats tsamarâti la`allahum yasykurûn, Duhai Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman di dekat rumah-Mu yang diberkati. Duhai Rabb kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hari sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah rezeki kepada mereka berupa buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur.”
Ketika ingin meninggalkan istrinya Sarah dan putra tercintanya Ismail, tak kuasa Ibrahim melihat wajah mereka. Beliau segera berbalik meninggalkan mereka, sang istri pun dengan tegar berkata, “Wahai Ibrahim, apakah Allah yang menyuruhmu agar engkau meninggalkan kami di tempat yang terpencil ini?” Nabi Ibrahim tidak menjawab. Diulanginya pertanyaan itu hingga tiga kali. Hingga akhirnya Ibrahim berkata, “Benar, Allah lah yang memerintahkanku demikian.” Dengan penuh kepasrahan dan keyakinan kepada Allah, Hajar berkata, “Kalau demikian, Allah pasti tidak akan menyia-nyiakan kita.”
Silsilah ujian itu tidak berhenti di sini, setelah anak kecil yang menggemaskan itu ditinggalkan beserta ibunya di tempat terpencil tersebut, dan mulai tumbuh menjadi pemuda tampan nan gagah dan cerdas, kembali kepasrahan Ibrahim dan keluarganya diuji. Wahyu kembali turun melalui mimpi, Allah memerintahkannya untuk menyembelih anak semata wayangnya.
“Fa lammâ balagha ma`ahus sa`ya qâla yâ bunayya innî arâ fil manâmi annî adzbahuka fandzur mâdza tarâ? Qâla yâ abatif`al mâ tu`mar satajidunî insyâ`Allâhu minas shâbirîn.” (al Shâffât : 102).
Dengan hati berkecamuk, dan berlinang airmata, Ibrahim berkata sembari menahan perasan manusiawinya, “Duhai anakku, sesungguhnya aku bermimpi menyembelihmu, maka apa pendapatmu?”
Isma’il menjawab dengan penuh kepasrahan, https://merangue.com/4rpw1cpmo08 “Duhai ayah, laksanakanlah apa yang diperintahkan Allah kepada anda –tanpa ragu-, Insya`Allah Ayah akan mendapati putramu menerima perintah tersebut dengan penuh kesabaran.”
Tatkala Ibrahim siap menyembelihnya, Isma`il berkata, “Wahai Ayah, tatkala engkau menyembelihku, mohon tutuplah wajahku agar kilatan pisau yang tajam itu tidak menggentarkan hatiku sehingga menjadikanku lari, lalu sampaikan bajuku ini kepada ibu agar dapat mengobati rasa rindunya terhadapku.”
Inilah kisah sebuah keluarga yang memiliki totalitas kepasrahan dan ketundukan kepada Allah sehingga keluarga ini menjadi symbol dan ikon bagi kepasrahan dan ketundukan kepada Allah, “Idz qâla lahu Rabbuhû aslim, qâla aslamtu li Rabbil `alamîn, Ketika Rabbnya berfirman kepadanya, “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab, “Aku tunduk patuh kepada Rabb semesta alam.” (al Baqarah : 131).
Sebaliknya, kebencian terhadap ajaran Nabi yang agung ini sebagai simbol dan ikon bagi pembodohan diri sendiri. Allah berfirman, “Wa man yarghabu `an millati Ibrâhîma illâ man safiha nafsahu, Tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri.” (al Baqarah : 130).
Sebenarnya kepasrahan diri yang disertai pengorbanan pada akhirnya pasti akan berbuah manis karena semuanya akan diterbus oleh Allah dengan tebusan yang besar. Allah berfirman, “Innâ kadzâlika najzil muhsinîn inna hâdza la huwal balâ`ul `azhîm wa fadainâhu bi dzibhin azhîm, Demikianlah Kami member balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (al Shâffât : 105-107).
Intinya, kehidupan tidak akan berarti tanpa jiwa yang besar. Jiwa yang besar terwujud dengan penyerahan diri kepada Allah, dan penyerahan diri kepada Allah tidak akan terwujud kecuali dengan perjuangan, dan perjuangan tidak akan bermakna tanpa adanya pengorbanan.
Sehingga sejauh totalitas penyerahan diri, perjuangan dan pengorbanan yang kita berikan, maka sejauh itu pula Allah akan menebusnya, dan melipatgandakan balasannya serta mengangkat derajat kita. Karena semangat berkorban itulah umat kita dulu diangkat menjadi umar yang besar, dan disegani.
https://www.completerehabsolutions.com/blog/54anicxfq “Berkorbanlah, dan jangan sekali-kali menjadi korban; korban hawa nafsu, korban kezhaliman terhadap diri sendiri dan orang lain, korban kebodohan, korban kecerobohan, korban kemiskinan, korban keserakan dan menjadi korban yang lainnya.”
Janganlah hanya karena kesenangan yang tak seberapa, kita mengorbankan harga diri, mengorbankan nama baik, apalagi sampai mengorbankan iman. Na`udzubillahi min dzâlik tsumma na`udzubillahi min dzâlik.
Barakallâhu li wa lakum fil Qur`anil hakim wa nafa`ani wa iyyâkum bi mâ fîhi minal âyâti wadz dzikril hakim, aqûlu qauli hadzâ wa astaghfirullâha li wa lakum wastaghfirûh innahu huwal ghafûrur rahîm.
Khutbah kedua
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullâh
Iedul Adha kali ini terasa memiliki nuansa yang berbeda, karena ketika pagi hari ini kita bergembira, bersuka cita, dan berhari raya, ribuan saudara kita sebangsa dan setanah air sedang mengalami ujian berat dari Allah. Ada banjir bandang di Wasior, Tsunami di Mentawai, dan letupan gunung Merapi di jogja dan sekitarnya.
Dalam menghadapi hal seperti ini, Islam juga mengajarkan agar kita tampil menjadi pahlawan-pahlawan yang bisa mengentaskan problem orang-orang yang menjadi korban. Tidak hanya korban bencana tetapi juga korban dalam segala hal. Hal ini dicontohkan oleh Nabi Hidhir dalam perjalanannya dengan Musa alaihimas salâm. Dalam ketiga kasus yang dilaluinya, apa yang dilakukan Hidhir tidak lain hanyalah upaya untuk menyelamatkan ketiga korban tersebut dari kedzaliman.
أَمَّا السَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِ فَأَرَدْتُ أَنْ أَعِيبَهَا وَكَانَ وَرَاءَهُمْ مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْبًا (79) وَأَمَّا الْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَا أَنْ يُرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَكُفْرًا (80) فَأَرَدْنَا أَنْ يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِنْهُ زَكَاةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا (81) وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا (82)
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam al Bukhari dari Abû Dzar, Rasulullâh bersabda, “
عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ وَأَمْرُكَ بِالْمَعْرُوفِ وَنَهْيُكَ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَإِرْشَادُكَ الرَّجُلَ فِى أَرْضِ الضَّلاَلِ لَكَ صَدَقَةٌ وَبَصَرُكَ لِلرَّجُلِ الرَّدِىءِ الْبَصَرِ لَكَ صَدَقَةٌ وَإِمَاطَتُكَ الْحَجَرَ وَالشَّوْكَةَ وَالْعَظْمَ عَنِ الطَّرِيقِ لَكَ صَدَقَةٌ وَإِفْرَاغُكَ مِنْ دَلْوِكَ فِى دَلْوِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ ».
Sementara di belahan bumi lain; di Iraq, Palestina, Kashmir, Afghanistan, dan tempat-tempat lainnya, saat kita berhari raya dengan daging korban, mereka berhari raya dengan darah dan airmata; kesulitan demi kesulitan menyertai mereka dari waktu ke waktu, dan kesulitan demi kesulitan menghantam mereka bertubi-tubi tetapi mereka mampu menikmati kesulitan itu, bahkan kesulitan itu melahirkan pahlawan-pahlawan yang terhormat.
Kondisi global umat Islam kini mengingatkan kita dengan prediksi Rasulullah tentang umat Islam. Kata beliau, di akhir zaman mereka seperti buih yang terombang-ambing oleh kondisi. Umat yang lemah, dan dilemahkan, termarginalkan dari pentas peradaban. Umat yang terpecah dengan kecenderungan individualitasnya. Umat yang lupa akan visi dan misinya di atas bumi. Umat yang menderita penyakit kronis yang disebut dengan al Wahn –sebuah sikap dan perilaku materialistic dan ketakutan dalam menghadapi al haq (kematian). (HR. Abu Dawud dan Imam Ahmad)
Kita yakin bahwa Rasulullah tidak bermaksud membuat umatny pesimis dan putus asa. Justru dibalik sabda beliau itu terkandung peringatan bahwa tantangan masa depan umat Islam semakin berat dan kompleks. Dan tantangan itu akan menjadi hambatan selagi kaum muslimin hanya berpangku tangan. Padahal dalam kamus umat Islam, tantangan bukanlah hambatan, tantangan bahkan menjadi pemicu semangat bagi kebangkitan dalam meraih masa depan yang semakin cerah.
Allâhu Akbar (6X) Allâhu Akbar wa Lillâhil Hamd
Jama`ah Shalat Ied yang dirahmati Allah
Pada hari yang mulia ini kita perlu menundukkan kepala dengan kepasrahan dan kerendahan hati dan mengingat-ingat kembali keadaan diri kita, apakah yang telah kita perbuat dengan diri kita, keluarga kita, umat kita dan agama kita.
Untuk itu marilah kita berdoa memohon ampunan Allah atas segala kelemahan dan kealpaan diri kita.
Allâhumma shalli `ala Muhammad fi-l awwalîn wa shalli `ala sayyidinâ Muhammad fi-l âkhirîn, wa shalli ala sayyidinâ Muhammad fi-l mala’i-l a`la ila yaumid dien.
Ya Allah,
Rabb yang menggenggam langit dan bumi serta seluruh isinya, yang menerbitkan matahari dari ufuk timur dan menenggelamkan di ufuk barat, yang mengatur arah angin bertiup, dan menjatuhkan dedaunan di atas bumi, menumbuhkan bebijian ke dalam bumi.
Di pagi yang berbarakah ini, kami memohon kehadirat-Mu agar Engkau sudi melimpahkan kepada kami rahmat dan ampunan-Mu ya Allah.
Ya Allah, ya Tuhan kami
Hamba-Mu yang lemah tak berdaya, dan berlumurkan dosa kini bersimpuh di hadapan-Mu, mengakui segala kesalahan-kekhilafan dan kealpaannya, lalu memohon ampunan-Mu
Ya Rahman ya Rahim
Yang mengetahui apa yang kami sembunyikan di dalam lubuk hati kami, Maha Melihat aib-aib kami, tutupilah aib kami. Jika bukan karena Rahman-Mu niscaya Engkau akan membuka semua aib-aib kami, sehingga kami tidak akan mampu menatap siapapun karena malu
Ya Rahman ya Rahim
Ya Allah yang Maha Mendengar ucapan kami, dan Maha Melihat kami, Maha Mendengar rintihan kami, yang Maha Melihat saat kami berbuat kebaikan di keramaian, tetapi berbuat kejahatan dalam kesendirian. Ya Allah, jika bukan karena sifat Rahman dan Rahim-Mu niscaya Engkau buka semua kebusukan hati kami itu. Sehingga kami menjadi hamba-Mu yang terhina
Wahai Tuhan kami
Kami sadar sesadar-sadarnya bahwa dosa-dosa kami ini telah menggunung bagaikan bilangan pepasiran, maka anugerahkanlah pengampunan-Mu wahai Raja segala Raja. Wahai Rabb kami, untuk kesekian kalinya, kami datang kepada-Mu maka janganlah Engkau tolak kami, karena jika Engkau menolak kami maka kepada siapa lagi kami akan mengadu?
Ya Allah
Kami memohon ampunan-Mu dari deraan dosa-dosa yang telah menyebabkan tali pegangan kami terputus; Adzab-Mu turun bagaikan hujan yang deras, doa-doa kami terbelenggu, Adzab-Mu turun dan harapan-harapan kami kepada-Mu terputus.
Wahai Tuhan yang telah mencicipkan kepada rasa kekasih-Nya manisnya sebuah keakraban, sehingga mereka datang kepada-Nya bermanja-manja
Wahai Tuhan yang telah menyemaikan kepada para Wali-Nya baju kewibawaan sehingga mereka datang kepada-Nya memohon ampunan.
Wahai Dzat yang Maha Kasih
Engkau tahu betapa dahsyatnya tekanan kondisi yang ada di sekitar kami, betapa beratnya tekanan hidup yang menghimpit kami, dan betapa beratnya kami harus berjuang untuk melakukan kebaikan, dan betapa kami bersusah payah melawan dahsyatnya dorongan hawa nafsu yang terus melesat bagai kuda liar yang tidak mampu kami tundukkan.
Ya Allah
Rasanya tak kan mampu menghadapi ini semua tanpa sentuhan kasih sayang dan Rahmat-Mu
Maka kini kami bersimpuh, mengangkat tangan dengan penuh pengharapan, menjerit di hadapan-Mu dengan penuh belas kasihan, turunkan Rahmat-Mu bagaikan rintik-rintik hujan yang menyejukkan, usaplah dada dengan keharibaan-Mu, seperti angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah kami yang mendatangkan kesegaran, sehingga kami mampu memikul perintah-Mu dengan ringan, dan kami mampu meninggalkan larangan-Mu dengan segala kesenangan.
Ya Allah, jika Engkau hendak menghukum kami, bukankah kami bagian dari hamba-Mu, yang masih merindukan jannah-Mu, rindu ingin melihat wajah-Mu yang lebih terang dari cahaya manapun yang pernah Engkau ciptakan
Ya Allah
Yang mendengar apa yang terdetik dalam sanubari kami, yang Maha Mendengar apa yang kami ucapkan dengan lisan kami, yan Maha Mendengar rintihan kami
Kami menyadari bahwa kelemahan telah membuat kami berlaku zhalim kepada diri sendiri dan bahkan mungkin kepada orang lain. Karenanya ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami ya Allah di atas keimanan, serta kumpulkanlah kami bersama orang-orang yang berbakti kepada-Mu
Ya Allah
Kami menyadari betapa beratnya perjuangan menegakkan dien-Mu, meninggikan kalimat-Mu, mengibarkan panji-panji-Mu. Betapa banyak tantangan yang menghadang, karenannya betapa banyak pula pekerjaan yang seharusnya kami lakukan. Tetapi ya Allah, apa yang kami perbuat hingga hari ini? Karenanya ya Allah, wahai Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau bersalah
Ya Allah, wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat, sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Allah, ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, rahmatilah kami. Hanya Engkau, ya Allah, hanya Engkau penolong kami. Maka tolonglah kami terhadap orang-orang kafir
Ya Allah,
Tunjukkanlah pada kami yang benar itu benar, dan berikanlah kepada kami kesanggupan untuk mengikutinya. Dan tunjukkanlah kepada kami yang salah itu salah, dan berikanlah kepada kami kekuatan dan kemampuan untuk menghidari dan menyingkirkannya
Ya Allah,
Bebaskanlah negeri kami dari problematika multi dimensi. Kami akui kami pelaku semua itu, maka ampunilah kami
Ya Allah, berikanlah keteguhan hati kepada saudara-saudara kami yang tertimpa musibah, limpahkanlah kepada mereka kesabaran, ketabahan dan keikhlasan, sehingga mereka mampu menjalani cobaan ini dengan ringan, serta mampu melihat peristiwa itu sebagai teguran dan pelajaran, sehingga mereka kembali ke pangkuan-Mu dengan penuh kesadaran
Ya Allah, bukalah pintu nurani kami, sehingga hati kami tergerak membantu mereka, mata kami terbuka, hingga dapat melihat kebesaran-Mu, serta telinga kami terbuka lebar, hingga mampu mendengar dengan jelas jeritan orang-orang nestapa. Orang-orang kelaparan, serta orang-orang yang terdampar di jalanan
Ya Allah, kami telah meminta kepada-Mu dengan segala kerendahan hati, sebagaimana Engkau suruhkan, maka penuhilah permintaan kami ini sebagaimana yang telah Engkau janjikan
Rabbanâ âtinâ fid dunyâ hasanah wa fi-l âkhirati hasanah wa qinâ adzâban nâr. Subhâna rabbika rabbi-l izzati `ammâ yashifûn wa salâmun `ala-l mursalîn wa-l hamdulillâhi Rabbi-l `âlamîn.
Wassalâmu`alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh
Disampaikan oleh DR. M. Khalid Mushlih, MA, di Masjid Jami` ISID (Institut Studi Islam Darussalam) pada 10 Dzulhijjah 1431 H, dengan editan seperlunya. Dan ditulis ulang oleh Akhi Ibnu Abdul Bari el `Afifi.